Bondowoso dikenal sebagai penghasil kopi jempolan dengan label Java Ijen-Raung. Kopi ini dihasilkan dari perkebunan rakyat. Bagaimana sejarahnya?
Java Ijen-Raung Coffee asal Bondowoso merupakan kopi yang memiliki sertifikasi Indikasi Geografis (IG). Indikasi Geografis adalah suatu tanda yang menunjukkan daerah asal suatu barang dan atau produk yang dihasilkan memiliki kekhasan.
Ciri khas ini dipengaruhi karena faktor lingkungan geografis, termasuk faktor alam, faktor manusia, atau kombinasi dari kedua faktor tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kopi arabica Bondowoso dengan label Java Ijen-Raung merupakan satu-satunya kopi di Jawa Timur yang telah mendapatkan sertifikat Perlindungan Hak Indikasi-Geografis dengan Nomor: ID G 0000000023 yang dikeluarkan KemenkumHAM pada tanggal 10 September 2013.
Selain Bondowoso, di Indonesia ada beberapa daerah yang telah memiliki kopi bersertifikasi IG. Antara lain kopi Gayo (Aceh), Simalungun, Mandhailing (Sumatra Utara), Java Preanger (Jawa Barat), Sindoro-Sumbing (Jawa Tengah), Kintamani (Bali), Kalosi dan Toraja(Sulawesi), dan Bajawa (Flores).
Kopi rakyat di Bondowoso mulai ditanam secara massal oleh masyarakat sekitar tahun 1980-an. Yakni di wilayah Kecamatan Sumberwringin dan sekitarnya. Sementara kopi yang dikelola perkebunan di Kecamatan Ijen sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda, tepatnya akhir abad 19.
Perkebunan kopi yang dikelola masyarakat sebagian besar berada di kawasan Perhutani. Yakni di lereng gunung Raung dan Ijen. Kawasan tersebut terletak di wilayah Kecamatan Ijen dan Sumberwringin.
Karena di bawah pengelolaan Perhutani, masyarakat menggunakan sistem bagi hasil dengan Perhutani sebagai pengelola kawasan. Persentasenya yaitu 60:40.
![]() |
Perkebunan kopi rakyat di lereng Gunung Raung di Bondowoso tersentral di Desa Sukorejo dan Sumberwringin, Kecamatan Sumberwringin, serta sebagian Kecamatan Ijen.
Luas lahan kopi rakyat di kawasan tersebut mencapai total sekitar 13,5 ribu hektar. Luasan tersebut berada di kawasan hutan yang dikelola Perhutani dan lahan pihak lainnya.
Ada beberapa varietas kopi arabica yang ditanam masyarakat di lereng gunung Raung dan Ijen. Diantaranya varietas Blu Mountain, Yellow Catura, Orange Bourbon, dan beberapa varietas lainnya.
Menurut salah seorang petani kopi, Suyitno (61), saat ini di wilayah Sumberwringin dan sekitarnya terdapat ratusan petani penggarap kopi. Mereka mengelola lahan kopi yang berada di kawasan hutan lereng Gunung Raung dan Suket.
"Kopi dari sini terbanyak memang diekspor ke berbagai negara. Pun untuk pasar dalam negeri," terang petani kopi mengaku sudah 30 tahunan menjadi petani kopi ini, ketika berbincang dengan detikJatim, Minggu (19/3/2023).
Ia menceritakan, pada awal menanam kopi, petani masih menggunakan pola tradisional. Yakni kopi langsung ditanam begitu saja. Sehingga pohonnya tinggi-tinggi.
"Tapi seiring perkembangan, pohon kopi saat ini sudah dipangkas agar pendek. Sehingga memudahkan saat petik panen," tukas Suyitno.
(hil/fat)