Wingko: Jajanan Khas Babat Lamongan yang Resepnya Sampai Semarang

Wingko: Jajanan Khas Babat Lamongan yang Resepnya Sampai Semarang

Eko Sudjarwo - detikJatim
Rabu, 02 Nov 2022 16:32 WIB
Lamongan -

Sejarah wingko tidak bisa dilepaskan dari Kota Babat, salah satu kecamatan di Lamongan. Di Babat, jajanan yang terbuat dari tepung ketan dan kelapa ini dibuat sejak 1898.

Wingko pertama kali dibuat oleh pasangan Loe Soe Siang dan istrinya Djoa Kiet Nio. Usaha wingko ini kemudian dilanjutkan oleh anaknya yang bernama Loe Lan Ing, yang kemudian menjadi merek dagang wingko itu sampai sekarang.

"Saya adalah generasi kelima dari wingko babat Loe Lan Ing ini," kata Olivia Gondokusumo, pemilik gerai kue Loe Lan Ing, Rabu (2/11/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Loe Lan Ing meneruskan usaha wingkonya di Babat. Sementara saudara perempuannya yakni Loe Lan Hwa pindah ke Semarang dan mendirikan usaha yang sama.

Usaha Lan Hwa dimulai pada 1946 di Semarang dengan merek Wingko Babat Cap Spoor. Mengapa dinamakan wingko babat, karena wingko berasal atau dibuat pertama kali di Babat.

ADVERTISEMENT

"Ya karena dari Babat, makanya dinamakan wingko babat," ujarnya.

Salah seorang karyawan Loe Lan Ing yang sudah 25 tahun bekerja, A Rafik mengungkapkan, awalnya kue ini dijajakan secara door to door. Juga di kereta api serta bus-bus yang lewat Babat. Hingga dititipkan di warung atau kios.

Sejarah wingko tidak bisa dilepaskan dari Kota Babat, salah satu kecamatan di Lamongan. Di Babat, jajanan yang terbuat dari tepung ketan dan kelapa ini dibuat sejak 1898.Wingko Loe Lan Ing, Babat Lamongan/ Foto: Eko Sudjarwo/detikJatim

"Aslinya wingko ya dari Babat sini, Loe Lan Ing ini punya saudara 3. Di mana salah satunya pindah ke Semarang, yaitu Loe Lan Hwa yang kemudian juga membuat wingko," tutur Rafik.

Lambat laun, jajanan wingko babat semakin terkenal dan digemari orang-orang hingga kini. Wingko babat milik Loe Lan Ing atau LLI, terus bertahan sebagai salah satu jajanan khas Lamongan.

Selain dikenal sebagai wingko dengan nama Loe Lan Ing, ungkap Rafik, akronim LLI juga bisa berarti Lunak Lezat Istimewa sesuai dengan rasa dan tekstur kue ini.

"Wingko dari dulu memang dari Babat, yang kemudian semakin diteguhkan dengan adanya Tugu Wingko," terangnya.

Di depan gerai wingko yang berada di tepi jalan poros nasional Lamongan-Babat ini, juga terdapat sebuah batu dengan tulisan 'Puisi Wingko'. Berdasarkan keterangan dari keluarga Loe Lan Ing, mereka sudah berjualan wingko babat sejak masa penjajahan Belanda.

Bahkan saking lamanya, pihak keluarga Loe Lan Ing tidak bisa menjelaskan secara pasti berapa lama mereka sudah berjualan wingko babat. Namun yang pasti sudah 100 tahun lebih.

"Sudah menjual wingko sejak zaman Belanda," imbuhnya.

Rafik menyebut, Pemkab Lamongan mendirikan Tugu Wingko di perempatan Pasar Babat. Itu untuk mengukuhkan bahwa wingko khas Babat.

Meskipun sekarang jajanan wingko ada di mana-mana, tambah Rafik, sebutannya tetap wingko babat. Itu menegaskan Babat sebagai asal dari kue ini.

"Mengapa dinamakan wingko babat ya karena memang asalnya adalah makanan khas dari Babat," jelasnya.

Seiring perkembangan zaman, wingko dan gerai Loe Lan Ing di Babat pun semakin berkembang. Dari hanya berbentuk kios biasa, kini tampil menjadi gerai jajanan yang modern. Yang tampil dengan sebuah batu prasasti yang disebut sebagai 'Puisi Wingko', yang berdiri di depan gerai.

Sejarah wingko tidak bisa dilepaskan dari Kota Babat, salah satu kecamatan di Lamongan. Di Babat, jajanan yang terbuat dari tepung ketan dan kelapa ini dibuat sejak 1898.Tungku Wingko Loe Lan Ing, Babat Lamongan/ Foto: Eko Sudjarwo/detikJatim

Sebagai penerus usaha wingko babat, Loe Lan Ing tetap mempertahankan ciri khas wingko babat. Tidak mengurangi cita rasa yang telah ada. Caranya dengan mempertahankan resep dan cara masak yang sama sejak awal berdiri.

"Yang membuat wingko LLI tetap aksis karena tetap mempertahankan proses konvensional, yang diajarkan secara turun temurun. Mulai dari memasak yang masih menggunakan tungku kayu, resep dan proses packing pun masih menggunakan cara manual," papar Rafik.

"Seingat saya, sejak tahun 1980-an sudah ada varian rasa selain rasa wingko yang original. Karena memang selera masing-masing orang berbeda," pungkasnya.



Hide Ads