Namanya 'Tajhin Palappa' diambil dari bahasa lokal (Madura). Tajhin artinya bubur dan palappa berarti bumbu. Jadi, 'Tajhin Palappa' dalam makna luas adalah bubur berbumbu.
Sama seperti bubur lazimnya, tajhin palappa berasal dari beras yang dimasak dijadikan bubur. Yakni, beras yang sudah dicampur dengan santan dimasak selama beberapa jam hingga hancur menjadi bubur.
Sebagai topping untuk sajian, bubur yang sudah matang tersebut lantas disiram bumbu kacang yang telah dihaluskan. Bumbu kacang itu lantas disiram ke bubur yang telah dicampur sayuran dan taoge. Sama seperti rujak atau pecel.
Lauk pendukungnya bervariasi sesuai selera. Bisa ceker ayam atau daging, atau telur rebus atau telur dadar yang diiris tipis-tipis. Tak lupa ditambah kerupuk sebagai pendamping. Mau pedas atau tidak, bergantung selera.
Menikmati tajhin palappa paling afdol memang dilakukan di pagi hari, sebagai menu sarapan. Sebab, tajhin palappa ini terbilang bukan makanan berat, relatif tidak begitu mengenyangkan. Sehingga bisa disebut sebagai makanan pendamping atau kudapan.
Saat ini tajhin palappa sudah mulai banyak dijual di beberapa titik di kota Situbondo. Di antaranya di seputar Jalan Ijen, Jalan Madura, kawasan Panji, Mimbaan, serta beberapa kawasan lainnya.
"Kalau mau berangkat kerja, saya sering mampir untuk sarapan tajhin palappa ini," aku Diana, saat berbincang dengan detikJatim, Minggu (30/1/2022).
Sebab, imbuh ibu 3 anak ini, makanan itu sudah terbilang jarang diolah di rumah-rumah. Padahal, zaman dulu tajhin palappa ini sering disajikan sebagai makanan rumahan.
"Selain untuk sarapan, juga untuk sekadar mengobati kerinduan pada kuliner tempo dulu dan khas di Situbondo ini," pungkas Diana.
(fat/fat)