Lontong Cap Gomeh Warung Legend Sri Rejeki Blitar Mengenyangkan, Patut Dicoba

Lontong Cap Gomeh Warung Legend Sri Rejeki Blitar Mengenyangkan, Patut Dicoba

Erliana Riady - detikJatim
Sabtu, 29 Jan 2022 12:49 WIB
Lontong Cap Gomeh Warung Legend Sri Rejeki Blitar Mengenyangkan, Patut Dicoba
Lontong cap gomeh Blitar (Foto: Erliana Riady/detikcom)
Blitar -

Kota kecil seperti Blitar meninggalkan banyak kenangan manis bagi warganya yang merantau. Salah satu cara merangkai kembali kenangan itu, adalah menikmati kulinernya yang melegenda. Lontong Cap Gomeh Blitar satu di antaranya.

Menyebut menu itu, ingatan warga asli Blitar pasti langsung menuju warung Sri Rejeki. Lokasinya di depan sisi selatan Pasar Legi. Tepatnya di Jalan Mawar nomor 45. Warung dengan dominasi warna hijau toska ini seakan mengingatkan kembali romansa masa muda para pelanggannya.

Seperti cerita Sisilia, sambil melahap menu lontong cap gomeh yang dipesannya, wanita keturunan Tionghoa ini bilang sudah merasakan masakan-masakan otentik rasa Sri Rejeki sejak usianya masih empat tahun.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sejak umur 4 tahun aku sudah sering makan sama mama papaku. Dulu gak di sini. Tapi masih di depan Pasar Templek. Jalan Anggrek itu lho. Yang jualan masih oma, mertuane yang sekarang," tuturnya penuh kenangan, Sabtu (29/1/2022).

Yup...lontong cap gomeh adalah menu andalan warung ini sejak berdiri tahun 1962. Sekarang, warung ini dikelola oleh generasi ketiga. Yang tetap konsisten menjaga bumbu dan rasa otentik masakan warung Sri Rejeki.

ADVERTISEMENT
Lontong Cap Gomeh Warung Legend Sri Rejeki Blitar Mengenyangkan, Patut DicobaLontong Cap Gomeh Warung Legend Sri Rejeki/ Foto: Erliana Riady

"Baru tahun 2000 pindah ke sini. Zaman nenek saya, turun ke mama, lalu ke saya. Dulu menunya, lontong, rawon, soto dan sop. Lama-lama ada pembaharuan. Tapi yang identik khas Sri Rejeki ya lontong cap gomeh ini kata orang-orang," kata Reni Dwi Sulistyani.

Lontong Cap Gomeh di sini tidak berbeda dengan tampilan pada umumnya. Namun bahan dasar yang selalu dihadirkan adalah rebung. Sebagai teman utama, potongan lontong berukuran sedang yang porsinya pas untuk sarapan.

"Beras untuk lontong ini saya istimewakan. Tidak pernah ganti jenis beras. Proses masak sama seperti zaman nenek saya. Untuk menjaga kualitas rasanya," imbuhnya.

Lodeh rebung dipadu dengan suwiran ayam kampung yang diolah bumbu kuning. Lalu disiram kuah santan kental yang gurihnya natural. Tak lupa, ditaburi koyah bubuk kedelai yang membuat masakan ini menggoyang lidah.

Biar kenangan makin membekas, para pelanggan lain yang umumnya sedang pulang kampung ini menambahkan kerupuk puli. Kerupuk berbahan nasi dikeringkan ini, kata pelanggan sebelah, juga pendamping setia sejak zaman perang,

"Kalau makan lontong cap gomeh, jangan lupa kerupuk pulinya. Itu sejak zaman perang agresi Belanda sudah ada. Makin mantap rasanya," pungkasnya sambil terkekeh bahagia.




(fat/fat)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads