Berawal dari mimpi masa kecil ingin melihat dunia luar, Evan Haydar, pemuda asal Gresik, kini berhasil menembus perusahaan raksasa otomotif dan energi bersih Tesla. Perjalanannya meraih impian dimulai ketika ia mendapat peluang kuliah di Jerman.
Evan mengungkapkan, motivasi awal untuk pergi ke luar negeri karena mimpinya sejak kecil ingin explore dunia luar. Kesempatan itu datang ketika ia sedang mengenyam pendidikan di bangku SMA kelas 3.
"Waktu itu SMA kelas 3 kesempatannya datang waktu aku tahu kalau ternyata kuliah di Jerman itu biayanya hampir bisa dibilang gratis, 0 rupiah, cuma ada biaya administrasi aja, dan kurang lebih cuman Rp 6 juta per semester, tapi itu juga udah termasuk biaya transportasi, biaya perpustakaan dan lain-lain. Jadi yang waktu itu karena orang tuaku support, akhirnya ayahku pinjam uang untuk bisa memberangkatkan aku ke Jerman," jelas Evan kepada detikJatim, Kamis (4/12/2025)
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak mudah, proses berangkat ke Jerman dipenuhi lika-liku. Sebelum berangkat ke Jerman, ia harus terlebih dahulu mengikuti kursus bahasa Jerman sebagai salah satu persyaratan. Bahkan, ia harus rela bolak-balik ke Surabaya hanya untuk mengikuti kursus bahasa Jerman.
"Bahasa Jerman itu susah karena dia beda dengan bahasa Inggris, karena ada peraturan-peraturan yang berbeda-beda. Dan waktu itu aku pertama kali banget mendengar dan membaca Bahasa Jerman, jadi masih sangat asing sekali, dan belajarnya susah banget," tambahnya
Selain itu, ia mengaku cukup kaget ketika pertama kali tiba di Jerman. Cara orang lokal berbicara, sangat berbeda dengan guru Bahasa Jerman di Indonesia.
Tempo bicaranya juga jauh lebih cepat. Ia mengaku sering tak paham saat berinteraksi dengan orang Jerman. Tak jarang, ia meminta lawan bicaranya untuk berbicara lebih pelan atau memilih pura-pura mengerti saja.
Sedangkan mengenai budaya, ia juga pernah mengalami shock culture. Sebab, negara ini lebih bebas dan banyak hal yang ia temui sangat berbeda.
Lulus SMA, Evan Haydar mengambil kuliah dengan jurusan International Business di Hochschule fΓΌr Technik und Wirtschaft (HTW) Berlin. Alasannya, karena ia merasa bisnis dapat mengantarkannya ke lebih banyak pintu peluang.
"Jadi waktu itu aku masih belum tahu betul aku pengen membangun karier di bidang apa, tapi setidaknya aku mikir kalau aku ambil bisnis, nanti aku bisa masuk ke marketing, bisa masuk ke finance, bisa masuk ke PHR, kayak gitu kan. Jadi itu membuka peluang aku.," jawabnya.
Setelah lulus kuliah, Evan sempat bekerja di beberapa perusahaan multinasional di Berlin hingga berakhir menjadi HRD di Tesla. Baginya, budaya kerja di Tesla menjadi salah satu hal yang paling terasa berbeda.
Ia menilai, para pekerja di sana jauh lebih cepat dan sigap. Lebih jauh, ia menjelaskan budaya kerja di sana juga tidak terlalu mementingkan hierarki. Artinya mereka dapat berbicara dengan siapa saja di kantor.
"Habis itu kita enggak banyak meeting-meeting, tapi kita di-encourage untuk lebih independen.
Jadi kita bisa mengerjakan banyak hal tanpa harus meeting sering-sering, terus nanti lebih banyak hal yang kita bisa achieve. Jadi lebih satset dan lebih banyak hal yang istilahnya kita solve. Itu yang kerennya aku lihat dari awal kalau di Tesla," ujarnya
Evan juga memberi tips untuk pemuda-pemudi yang ingin kuliah atau kerja di luar negeri. Salah satunya jangan malas untuk mencari informasi dari manapun
"Kalau kita gak mau cari tahu sendiri itu kita akan susah juga nantinya. Padahal kalau kita sampai tinggal di luar negeri, itu kita harus bisa tuh mencari informasi yang baik dan yang benar kayak gitu. Jadi itu skill yang penting juga sebetulnya dalam hidup," pungkasnya.
(irb/hil)











































