Cerita Haru Ibu Avan yang Tak Menyangka Anaknya Tembus ITB

Cerita Haru Ibu Avan yang Tak Menyangka Anaknya Tembus ITB

Charolin Pebrianti - detikJatim
Selasa, 08 Jul 2025 22:00 WIB
Umi Latifah, ibu Avan Ferdiansyah Hilmi, remaja Ponorogo yang lolos ITB lewat jalur prestasi
Umi Latifah, ibuAvan Ferdiansyah Hilmi, remaja Ponorogo yang lolos ITB lewat jalur prestasi (Foto: Charolin Pebrianti/detikJatim)
Ponorogo -

Di balik keberhasilan Avan Ferdiansyah Hilmi menembus ITB lewat jalur Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP), tersimpan kisah perjuangan luar biasa dari sang ibu, Umi Latifah. Ibu rumah tangga yang juga berdagang minuman ringan keliling ini mengaku tak pernah membayangkan putra sulungnya bisa kuliah di salah satu kampus terbaik di Indonesia.

"Alhamdulillah, saya bangga," ucap Umi saat ditemui detikJatim, Selasa (8/7/2025).

"Dari nol, saya dulu sampai tanya-tanya ke orang sana-sini, gimana caranya biar anak bisa ikut lomba, biar bisa seperti anak-anak lain," sambungnya lirih.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejak kecil, Avan memang sudah menunjukkan potensi akademiknya. Sang ibu masih ingat bagaimana anaknya selalu mendapat juara kelas dan aktif ikut berbagai lomba sejak duduk di bangku SD.

"Mulai kelas 2 SD dia sudah mulai prestasi. Gurunya selalu menyuruh dia ikut lomba-lomba, dan hampir semuanya dapat juara," kenang Umi.

ADVERTISEMENT

Namun, di balik rasa bangga itu, Umi tak memungkiri bahwa ekonomi menjadi kekhawatiran utama saat Avan dinyatakan lolos ITB. Apalagi ITB merupakan kampus favorit dengan biaya kuliah yang tidak murah.

"Saya ndak pernah mengira anak saya keterima di ITB. Cuma coba-coba saja. Tapi saya doa terus, mudah-mudahan anak ini bisa tembus cita-citanya," ungkapnya.

"Tapi karena biaya selangit, saya sempat khawatir. Apalagi itu sekolah favorit, mahal, dan saya nggak punya saudara di sana," lanjutnya.

Avan saat ini tengah mengurus Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIP-K), namun hingga kini beasiswa itu belum juga turun. Umi berharap ada perhatian dari pemerintah daerah maupun pihak kampus.

"Kami sudah mengajukan KIP. Tapi ini kan ranahnya provinsi. Kami masih menunggu. Harapannya semoga dapat KIP atau ada respon dari pemda," ujar Umi.

Meski tak pernah menyewa guru les atau bimbingan belajar, Avan dikenal tekun belajar secara mandiri. Ia hanya belajar menjelang ujian dan selebihnya membagi waktu membantu orang tuanya berjualan.

"Dia belajar kalau mau ulangan saja. Semua dia atur sendiri. Saya selalu bilang, kalau mau sekolah ya itu tanggung jawabmu. Tapi di rumah dia juga bantu jualan," kata Umi.

Kisah Avan menjadi bukti bahwa keterbatasan ekonomi bukan penghalang untuk meraih cita-cita besar. Dari rumah sederhana yang penuh piala, ia kini melangkah menuju kampus impiannya ITB.




(auh/abq)


Hide Ads