Muhammad Afiq Gibran Alfarabi, anak penjual es asal Jember menorehkan prestasi juara olimpiade sains nasional (OSN) kebumian. Prestasi siswa SMAN 1 Jember ini sekaligus mengantarkannya otomatis diterima di Fakultas Ilmu dan Tekhnologi Kebumian (FITB) Institut Teknologi Bandung.
Afiq adalah anak dari Nurul Adibah, seorang single parent yang harus membesarkan 3 anak dengan berjualan es capcin di kantin sekolah SMPN 12 Jember.
Pihak SMAN 1 Jember membenarkan prestasi siswanya itu. Bahkan video prestasi Afiq saat juara olimpiade OSN kebumian sempat viral di media sosial.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Guru Bimbingan Konseling (BK) SMAN 1 Jember, Tia Wahyu Lestari menyampaikan bahwa sosok Afiq memang anak yang berprestasi di sekolah. Tekad Afiq juga sangat kuat untuk memperbaiki masa depannya.
"Afiq itu memang anak yang berprestasi, baik secara akademik di sekolah maupun lomba di luar seperti OSN. Ibunya single parent, kakaknya (mbak) Afiq alumni sini anak IPS. Kalau Afiq kan masuk paket kelompok IPA," katanya, Kamis (19/6/2025).
"Afiq anak yang gigih untuk memperjuangkan masa depannya. Karena bapaknya kan sudah lama meninggal, jadi ibunya jualan di kantin SMP 12 Jember," tambahnya.
Selanjutnya kata dia, Afiq sangat bertekad untuk mengangkat derajat orang tuanya. Ibunya Afiq juga sangat mendukung setiap hal yang dilakukan oleh Afiq.
"Tekad Afiq ini sangat kuat untuk mengangkat derajat orang tuanya. Ibunya sangat support mengenai pendidikan, jika Afiq ke ITB ya ibunya sendirian di rumah," ujarnya.
Menurutnya, sosok Afiq di sekolah dikenal sebagai orang yang rajin belajar alias sering ke Perpustakaan. Selain itu, Afiq juga dikenal sebagai sosok yang santun dan rajin sholat Dhuha.
"Afiq itu sangat rajin sering ke perpus dan santun. Setiap pagi Afiq ini juga sering sholat Dhuha," paparnya.
"Di ITB Afiq ini daftar KIPK, semoga nanti lulus ya," imbuhnya.
Sementara itu, Kepala SMAN 1 Jember, Suryadi menyebut bahwa Afiq merupakan anak yang bisa membalikkan keadaan. Dia mampu menjadikan suatu keterbatasan (ekonomi) sebagai semangatnya untuk menata masa depannya.
"Saya percaya setiap anak memiliki satu kompetensi yang baik. Dan Faiq ini mampu menjadikan sesuatu yang bagi banyak orang adalah keterbatasan namun bagi dia itu merupakan peluang," ungkapnya.
Kabar diterimanya Afiq di FITB ITB merupakan kabar yang sangat membanggakan bagi pihak sekolah SMAN 1 Jember. Suryadi berharap, agar semangat yang dimiliki oleh Afiq bisa mengalir terus terhadap adek-adeknya.
"Afiq mampu bangkit dari setiap keinginan baiknya, kabar ini menjadi kabar yang membanggakan bagi kami. Mudah-mudahan semangat membaranya mas Afiq ini bisa bergulir (berkelanjutan) ke adek-adeknya," tandasnya.
Afiq Kerap Bantu Jualan Ibunya
Ibunya, Nurul Abidah menuturkan setelah almarhum ayahnya meninggal pada tahun 2010. Sejak saat itu, Afiq selalu membantu ibunya menyiapkan jualan es capcin saat malam hari dan sebelum Subuh atau sebelum berangkat sekolah.
"Almarhum ayah saya dulunya profesi guru IPA fisika di salah satu SMP. Saya biasanya bantu ibu menyiapkan dagangan saat malam hari dan sebelum berangkat sekolah," katanya.
Kendati membantu ibunya, Afiq tetap menyempatkan diri untuk belajar. Biasanya, Afiq belajar sejak habis Maghrib hingga jam 21:00 WIB.
"Sepulang sekolah saya istirahat dulu sebentar, setelah magrib itu saya belajar hingga jam 9 malam," ujarnya.
Diketahui, nilai Ujian Nasional Afiq saat masih di Sekolah Dasar (SD) menjadi yang tertinggi nomor 2 Kabupaten Jember. Ketika SMP pihaknya selalu masuk di peringkat tiga besar dan sering di peringkat 1.
Lalu saat di SMAN 1 Jember, Afiq selalu mendapatkan peringkat 1 saat kelas 10 dan kelas 11. Sementara saat penerimaan raport SMA, nilai raportnya mencapai angka 93,08.
"Kalau yang saya lihat dan saya hitung waktu itu, nilai raport saya mencapai nilai 93,08," paparnya.
Ibunda Afiq, Nurul Adibah menyampaikan bahwa Afiq memanglah anak yang penurut sejak kecil. Menurutnya, Afiq juga sama seperti anak-anak lainnya.
"Anaknya memang penurut dan mudah diatur. Ya sama seperti anak lainnya juga, dia suka baca komik Naruto dan One piece," ungkapnya.
Nurul Adibah sendiri sebelumnya juga adalah tenaga pendidik. Namun akhirnya lebih memilih melepas profesinya dan berjualan es capcin di kantin SMPN 12 Jember dikarenakan harus mendidik tiga orang anak.
"Saya sebelumnya juga seorang tenaga pendidik. Namun sejak almarhum (suami) meninggal, saya lepas profesi itu dan lebih memilih untuk mendidik tiga orang anak," tandasnya.
Afiq sendiri merupakan anak terakhir. Kakak pertamanya kuliah di Universitas Gadjah Mada (UGM) dan kakak kedua di Universitas Bina Sarana Informasi jurusan Ilmu Komunikasi.
Sementara Afiq baru saja mendapatkan penghargaan dari PT Paragon Technology and Innovation (ParagonCorp) perusahaan manufaktur dan distribusi produk kecantikan terkemuka di Indonesia sebagai anak berprestasi. Dia juga baru saja diterima di Fakultas Ilmu dan Tekhnologi Kebumian (FITB) Intitut Tekhnologi Bandung (ITB).
(dpe/abq)