Prestasi Rizky Cahyani (13), anak difabel Surabaya patut dibanggakan. Dengan kemampuan bakat seninya, ia bakal memamerkan lukisannya ke Eropa.
Gadis yang akrab disapa Tata ini merupakan anak didik Rumah Anak Prestasi (RAP) Dinsos Surabaya sejak tahun 2022. Tata baru saja berhasil meraih best Line Master kategori usia 10-13 tahun dalam ajang We Are The World Event pada 21 hingga 25 Agustus 2024 di Jakarta yang diadakan oleh pusat seni yang berasal dari Paris.
Berkat prestasinya, karya lukisan Tata akan di pamerkan di Paris pada 1 Desember mendatang. Karyanya berjudul 'Infinity in Diversity' terinspirasi dari beberapa lagu mancanegara yang sering ia dengarkan yang menggambarkan perbedaan culture musik setiap negara.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini pertama kali ikut lomba tingkat internasional, perasaannya ya senang, bangga dan ada bingung juga," kata Tata di RAP Kedung Cowek, Jumat (30/8/2024).
Siswi SMP Muhammadiyah 13 Surabaya ini menceritakan, media yang digunakan saat melukis ialah cat air, pensil warna dan spidol.
"Inspirasinya dari lagu-lagu yang sering saya dengar, seperti lagu English, China, Jepang, Thailand dan juga Indonesia," ceritanya.
Perolehan yang diraih, Tata pun semakin semangat mengembangkan kemampuannya dengan mengikuti lebih banyak lomba dan terus berlatih di RAP. Baginya, melukis merupakan bagian dari kegemarannya sehari-hari.
"Kalau mau melukis jangan dipaksa, gambar saja yang mau digambar. Jadi jangan buat itu sebagai pekerjaan tapi sebagai hobi," ujarnya.
Sang ibu, Beta Ami (47) merasa sangat bangga atas prestasi putrinya dan mampu membuktikan bahwa kondisinya tidak tak kalah dengan anak lainnya yang mampu berprestasi hingga tingkat Internasional.
Beta menceritakan, anaknya didiagnosa Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), saat kelas 3 SD diketahui ada diseleksia. Berjalannya waktu, dokter menyebut ada autis ringan.
Ia mengaku sempat kebingungan untuk menggali potensi putrinya. Kemudian menemukan RAP Nginden dan mengikutsertakan Tata dalam pelatihan melukis setiap minggu dan bakatnya terus terasah.
"Tata itu tidak mau sekolah, kalau disuruh sekolah nangis saja maunya hanya menggambar. Lalu saya bawa ke Dinas Kebudayaan Kota Surabaya supaya bisa ikut kelas inklusi, tapi tidak bisa karena fisik anaknya normal. Akhirnya disarankan untuk ke RAP Nginden," jelas warga Pacar Keling itu.
Selain pelatihan melukis, Beta juga rajin mengikutsertakan putri keduanya dalam pelatihan public speaking, membatik dan modeling di RAP. Ia berharap Tata bisa bersaing dengan anak seusianya dan tidak diremehkan di lingkungan.
"Saya akan terus mendukung bakat putri saya di bidang seni, khususnya menggambar atau melukis. Kalau ke depan hobinya ini bisa menjadi mata pencahariannya ya saya akan mendukung. Karena secara akademik dia memang kesulitan. Jadi jangan patah semangat terus berusaha, karena setiap anak pasti punya kekurangan dan kelebihan," harapnya.
Sementara Kepala Dinsos Surabaya Anna Fajriatin mengatakan, pelatihan di RAP mendorong anak-anak berkebutuhan khusus untuk mengikuti kompetisi agar dapat meningkatkan kompetensi dan aktualisasi diri. Nantinya, mereka akan menjadi anak yang berprestasi dan mampu menunjukkan karyanya.
Saat ini sudah ada empat RAP yang tersebar di setiap wilayah Kota Surabaya, yaitu RAP Nginden, RAP Kedung Cowek, RAP Sonokwijenan dan RAP Dukuh Menanggal. Fasilitas RAP bisa dinikmati warga Kota Pahlawan secara gratis tanpa dipungut biaya.
"Jumlah anak di setiap RAP sudah mencapai ratusan. Mereka juga bisa memanfaatkan fasilitas di empat RAP yang ada. Misalnya, melakukan pelatihan di RAP Nginden tapi terapinya di RAP Dukuh Menanggal itu diperbolehkan," pungkasnya.
(abq/hil)