Siswi SMAN 1 Sidoarjo Jadi Perwakilan Indonesia di Asian Girls Campaign

Siswi SMAN 1 Sidoarjo Jadi Perwakilan Indonesia di Asian Girls Campaign

Katherine Yovita - detikJatim
Minggu, 27 Apr 2025 10:10 WIB
Azkarana Rectaversa Almadira, siswi SMAN Sidoarjo yang terpilih sebagai perwakilan satu-satunya dari Indonesia dalam  Asian Girls Campaign di Taiwan.
Azkarana Rectaversa Almadira, siswi SMAN Sidoarjo yang terpilih sebagai perwakilan satu-satunya dari Indonesia dalam Asian Girls Campaign di Taiwan. Foto: Istimewa
Sidoarjo -

Siswi kelas XI-9 Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Sidoarjo (Smanisda), Azkarana Rectaversa Almadira terpilih sebagai perwakilan satu-satunya dari Indonesia dalam ajang kompetisi internasional, Asian Girls Campaign (ACG).

Terdapat dua tahap persiapan yang harus dilalui para kandidat dalam proses seleksi. Tahap pertama adalah pengiriman berkas, di mana setiap kandidat diwajibkan untuk mengisi data diri, surat rekomendasi, serta membuat video perkenalan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain itu, peserta juga wajib membuat perencanaan project yang harus berkaitan dengan salah satu poin SDGs. Azka, sapaan akrabnya, mengatakan project miliknya fokus untuk mengembangkan literasi pada anak-anak jalanan.

"Aku memilih project yang fokus pada literasi untuk anak-anak jalanan. Judulnya Bridges of Words. Nah, goals-nya sendiri untuk memfasilitasi dan memberi dukungan literasi kepada anak-anak jalanan yang lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bekerja," ujar Azka kepada detikJatim.

ADVERTISEMENT

Lebih lanjut Azka menjelaskan, dirinya hanya punya waktu sekitar satu bulan untuk mempersiapkan project ini. Setelah melalui banyak pertimbangan dan berkonsultasi dengan kakak kelasnya yang dulu pernah menjuarai ajang ini, Azka semakin yakin untuk memilih topik literasi.

Ia percaya bahwa meskipun belum ada parameter yang jelas, literasi merupakan suatu hal yang penting diterima anak-anak jalanan agar bisa melihat dunia dari perspektif yang lebih luas, sekaligus sebagai bekal untuk masa depan yang lebih cerah.

Dari proses pemilihan yang ketat pada tahap pertama, hanya 35 kandidat dari 20 negara yang terpilih untuk melanjutkan ke tahap kedua, yakni tahap Flash Interview. Meskipun hanya berlangsung selama 5 menit, menurut Azka, tahap interview merupakan tahap yang cukup menantang.

"Tahap interview itu cuma sekitar 5 menit, tapi cukup sulit sih. Karena ini tahapan yang krusial, jadi, dari 35 orang itu bener-bener disaring mana saja yang project-nya paling bisa berkelanjutan atau sustain," ucapnya.

Azka mengaku terlibat dalam project ini bukanlah suatu hal yang mudah di tengah kesibukannya sebagai pelajar SMA. Oleh karena itu, salah satu hal yang penting untuk dimilikinya adalah membagi waktu dengan baik.

"Aku sempat kesulitan bagi waktu, bahkan seminggu sebelum ujian aku masih ngurusin project ini. Jadi, pas pekan ujian aku benar-benar fokus sama mata pelajaran supaya nilainya nggak turun. Jadi antara ujian, project, sama lomba harus benar-benar bisa bagi waktu," jelas Azka.

Terpilih menjadi satu-satunya kandidat yang mewakili Indonesia menjadi suatu hal yang membanggakan. Namun, bukan berarti prosesnya tidak menantang.

Azka pun berpesan kepada seluruh anak-anak muda untuk tidak takut mencoba hal baru dan berlarut dalam kegagalan. Sebab, ia meyakini selalu ada peluang terbuka yang bisa dicoba dimulai dari keingininan dan tekad yang kuat.

"Coba saja dulu, apapun itu, kalau ada kesempatan jangan ragu untuk diambil. Semakin banyak kesempatan yang diambil, semakin banyak pintu peluang yang terbuka di depan," ungkapnya.

Pada bulan Juli, Azka akan berangkat ke Taiwan untuk belajar dan bertemu anak-anak muda berpengaruh lainnya untuk saling bertukar pikiran terkait project masing-masing. Setelah belajar di Taiwan, project-nya akan dapat pembiayaan dan digelar di Surabaya.




(ihc/irb)


Hide Ads