Komunitas Surabaya Astronomy Club (SAC) menjadi wadah bagi kalangan yang menekuni hobi astronomi. Komunitas ini mayoritas diisi anggota yang bukan berasal dari latar belakang akademik astronomi, melainkan mereka yang memiliki ketertarikan terhadap benda-benda langit.
"Fokusnya ke astronomi yang digerakkan sama orang-orang non-profesional. Jadi banyak dari anggota Surabaya Astronomy Club itu bukan astronom, bukan pakar. Memang ada beberapa yang astronom, tapi mayoritas nggak punya background astronomi. Cuma suka gitu aja," ujar Ketua SAC, Muhammad Rizky Pradana kepada detikJatim, Rabu (12/3/2025).
Ada pun kegiatan utama yang sering dilakukan SAC adalah pengamatan benda-benda langit seperti matahari, bulan, dan planet-planet di tata surya. Terutama saat ada fenomena astronomi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Beberapa kali kami juga mengadakan pengamatan planet, terutama ketika ada fenomena astronomi menarik," kata Cak Dana.
Salah satu lokasi yang kerap jadi jujugan komunitas ini untuk melakukan pengamatan fenomena astronomi adalah kawasan Kenjeran Park yang memiliki langit lebih gelap dibandingkan pusat kota Surabaya.
Selain pengamatan planet, SAC juga rutin menggelar kegiatan untuk menyaksikan peristiwa langit yang lebih langka, seperti gerhana matahari, gerhana bulan, dan hujan meteor. Mereka juga pernah terlibat dalam kegiatan pemantauan hilal atau rukyatul hilal untuk penentuan 1 Syawal.
![]() |
Namun, Cak Dana juga menyebut bahwa akhir-akhir ini fenomena astronomi yang menarik dan mudah diamati di Kota Surabaya mulai jarang terjadi. Meski begitu, pada 1 Maret 2025 lalu komunitas baru saja mengamati fenomena Surabaya tanpa bayangan atau kulminasi.
"Fenomena ini terjadi ketika matahari berada tepat di atas kepala, sehingga bayangan benda di permukaan bumi nyaris tidak terlihat," kata Cak Dana.
Dalam menjalankan aktivitasnya, SAC kerap menghadapi kendala, terutama dalam hal lokasi pengamatan. Menurut Cak Dana, pengamatan benda langit di tengah kota sangat sulit dilakukan karena polusi cahaya dari lampu-lampu kota dan gedung-gedung tinggi.
"Kadang kita harus ke Kenjeran yang agak jauh dari kota, terutama untuk mengamati fenomena malam seperti bulan, bintang, dan planet," tambahnya.
Meski menghadapi sejumlah tantangan, SAC tetap berupaya menarik minat masyarakat terhadap astronomi. Contohnya saat anniversary komunitas 2 tahun lalu mereka menggelar pengamatan planet Saturnus yang dihadiri oleh berbagai komunitas astronomi lain.
Dalam kegiatan itu, mereka menggunakan teleskop milik komunitas dan anggota secara pribadi. Ke depan, SAC ingin terus mengadakan kegiatan publik agar semakin banyak orang yang mengenal dan memahami astronomi.
"Harapannya, masyarakat lebih tertarik pada astronomi. Kami juga berupaya memberi penjelasan kepada mereka dan memberikan informasi terkait fenomena yang terjadi agar pemahaman mereka semakin luas," tutup Cak Dana.
(dpe/iwd)