Patricia Jane, violis yang merupakan Arek Suroboyo asli selalu mengenakan dress batik saat tampil di New York, AS. Dia bahkan sempat tampil memukau di panggung New York Fashion Week (NYFW) saat memainkan biolanya.
Saat ini Patricia memang tengah berada di New York. Selama di negeri Paman Sam dia selalu berupaya membawa identitas Indonesia dalam setiap pertunjukannya bermain biola.
Salah satu penampilannya baru-baru ini yakni di pertunjukan musik dan tari bertajuk "Eden" di outdoor garden, Upper West Side, New York. Patricia mengiringi penampilan sejumlah penari dengan gesekan biolanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menariknya, perempuan berusia 22 tahun ini memakai dress batik rancangan desainer Indonesia, Patricia Soegiharti saat bermain biola. Dengan rasa bangga dan percaya diri dia tampil memukau sekaligus mengenalkan hasil budaya Tanah Air ke Amerika Serikat.
"Penyelenggara acara sangat open minded dan senang sekali atas representasi gaun yang saya gunakan. Warna gaunnya juga matching dengan kostum penari dari koreografinya dan benar-benar unplanned atas kekompakan ini. Saya mendapat banyak pujian atas koneksi dengan penarinya dan mereka tidak kaget saat mendengar bahwa saya juga penari. I guess, jiwa artis memang seiringan ya," kata Patricia saat dihubungi detikJatim, Senin (29/7/2024).
Patricia menceritakan, ketika dirinya menampilkan permainan biola memakai busana batik banyak audiens-nya terpukau dengan pakaiannya dan tertarik dengan budaya Indonesia. Pattern hingga warna netral pada gaun batik pun dipuji dan membuatnya semakin PD.
Selain bermain biola menggunakan dress batik, Patricia juga terpilih sebagai rehearsal director dalam pertunjukan tari bertajuk 'Turkey Lurkey' yang digagas salah satu Broadway Legend, Baayork Lee.
"Itu juga salah satu pengalaman saya di tahun 2024 ini. Saat itu saya tergabung sebagai salah satu tim inti yang bertanggung jawab mengajari grup yang akan tampil. Proses di balik layarnya pun ditayangkan oleh salah satu stasiun TV, CBS," ceritanya
Tak lama, Patricia dipercaya tampil dalam 'How to Succed in Business Without Really Trying' yang dimentori Baayork Lee dan menjadi satu-satunya performer asal Indonesia sekaligus merepresentasikan komunitas Asia. Pertunjukan itu digelar oleh National Asian Artist Project (NAAP).
Penampilannya itu menjadi musikal teater pertamanya di New World Stages. Ia tampil bersama aktor dan aktris Broadway dari berbagai negara di Asia dengan jam terbang tinggi.
"Pertunjukan tersebut juga dimaksudkan untuk menunjukkan eksistensi seniman Asia. Bahwa seniman Asia juga bisa memproduksi pertunjukan yang tidak kalah bagus seperti bule," ujarnya.
Tahun ini, Patricia juga mencatatkan pengalaman manggung di New York Fashion Week 2024. Dia mainkan biola mengiringi model di atas runway. Patricia pun menambahkan sentuhan stage act dengan sedikit gerakan menyesuaikan irama musik agar tidak monoton.
"Mesti koordinasi supaya nggak nabrak sama modelnya. Jalannya juga harus diatur. Tapi bangga banget bisa pakai gaun yang bagus dan tampil solo. Juga bisa engage sama audience yang ternyata support applaus-nya itu lebih fun dibanding pertunjukan seni klasik," urainya.
Meski disibukkan dengan dunia seni, wanita berambut panjang ini masih menyempatkan waktu aktif terlibat beberapa proyek sosial kemanusiaan. Salah satunya melalui pertunjukan dance dan opera "Table of Silence" di Lincoln Center.
Anggota Persatuan Mahasiswa Indonesia (Permias) di Amerika Serikat ini pernah terlibat dalam pertunjukan β "Prismatic Vicissitudes" oleh The Dynamite Experience untuk penggalangan dana, sekaligus campaign untuk pasien kanker.
"Di situ saya berakting sekaligus menari untuk membantu mengumpulkan dana demi kebutuhan research and treatment buat pasien kanker. Senang sekali karena bisa menyalurkan passion yang akhirnya bisa membantu orang lain" katanya.
Saat ini, ia masih tinggal di New York beberapa saat untuk memperkaya ilmu dan pengalaman di dunia seni. Di usia yang masih belia, ada banyak impian yang ingin dia wujudkan.
"Mumpung masih muda, saya perbanyak jam terbang di Amerika, khususnya New York yang memang menjadi pusat pertunjukan seni. Nanti kalau pengalamannya sudah cukup, baru Patricia merasa pantas dan berhak buat sharing. Tentu saya ingin menjadi bagian dalam upaya agar kesenian Indonesia bisa lebih besar dan tidak dipandang sebelah mata," pungkasnya.
(dpe/iwd)