Graffiti di mata masyarakat awam identik dengan vandalisme atau perbuatan tak terpuji yang merugikan orang lain. Stigma negatif yang melekat itu coba diubah oleh komunitas Malang Graffiti Movement (MGM).
Para pelaku graffiti di Malang sebenarnya sudah ada sejak lama. Namun mereka memutuskan untuk membentuk sebuah komunitas yang diberi nama Malang Graffiti Movement sejak 2019.
![]() |
"Ini merupakan wadah yang digunakan untuk menampung teman-teman biar lebih terarah. Komunitas ini juga menjadi tempat kami untuk saling bertukar pikiran," ujar salah satu pelaku graffiti Andis Fairuz, Rabu (20/12/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelum ada komunitas MGM, para pelaku graffiti cenderung membuat kelompok-kelompok kecil. Karena tidak ada arahan yang jelas atau wadah hal ini membuat keberadaan pelaku graffiti di Malang semakin memudar.
"Melihat situasi itu, kami memutuskan untuk mengumpulkan para pelaku graffiti dan membuat Malang Graffiti Movement," kata Fairuz.
Di dalam forum komunitas MGM, salah satu yang dibahas ialah bagaimana cara mengubah pandangan masyarakat umum yang selalu menilai graffiti sama dengan vandalisme. Salah satunya dengan memberikan pemahaman terkait aturan yang tidak seharusnya dilanggar.
![]() |
"Di dalam komunitas kami membahas aturan-aturan yang tidak boleh menggambar di mana aja. Kayak temen-temen sendiri di MGM tidak pernah membuat vandal di sekolah, rumah ibadah, monumen," terangnya.
"Dengan adanya MGM ini sedikit berguna untuk menyampaikan bahwa graffiti tidak selamanya negatif," sambungnya.
Selain itu, terbentuknya komunitas MGM juga menjadi perantara pelaku graffiti membangun solidaritas serta meningkatkan keterampilan mereka lewat tukar informasi terkait teknik dan konsep menggambar.
"Saat ini pandangan masyarakat perlahan sudah mulai berubah. Banyak orang yang melihat karya kami menawarkan untuk tokonya atau rumahnya digambar. Artinya, image graffiti saat ini sudah mulai positif," kata Fairuz.
Tidak berhenti di situ, para pelaku graffiti saat ini sudah mulai tertarik dengan mengikuti kompetisi maupun pameran untuk memanfaatkan kemampuannya dalam menggambar.
![]() |
"Nggak jauh beda dengan komunitas lain. Kami juga mengikuti event atau kompetisi di luar daerah. Jadi kami mengirimkan perwakilan dan terakhir kali itu di Solo," ungkapnya.
MGM yang berdiri sejak 2019 itu kini sudah memiliki puluhan anggota aktif. Selain dari Malang, anggota MGM juga ada dari beberapa unsur mahasiswa.
(dpe/iwd)