.webp)
Komunitas Begandring Soerabaia diberi penghargaan oleh Perkumpulan Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI) sebagai Komunitas Pelestari Cagar Budaya tahun 2023. Komunitas yang berdiri pada 2018 itu dinilai telah mengaktualisasikan sejarah dan budaya.
Ketua Umum IAAI Drs Marsis Sutopo mengatakan Begandring Soerabaia layak mendapat anugerah karena telah memenuhi kriteria dan dinilai sebagai komunitas yang berhasil mewujudkan pesan-pesan pelestarian warisan dengan cara kreatif.
"Bisa berkolaborasi dengan banyak pihak. Organisasi ini bisa berdampak bagi masyarakat luas. Kami memilih setelah para dewan pakar IAAI rapat marathon dan memutuskan dalam sidang," katanya dalam keterangan tertulis, Senin (7/8/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Marsis mengungkapkan Begandring tak hanya sekedar merawat cagar budaya tetapi juga mampu memanfaatkannya menjadi kegiatan yang edukatif, kreatif, terbuka, dan berdampak untuk publik.
"Festival Peneleh dan Java Coffee Culture 2023 misalnya, merupakan hasil inisiasi bersama antara Begandring Soerabaia, Bank Indonesia, dan Pemerintah Kota Surabaya. Hasilnya, dibukanya Peneleh sebagai Kawasan Wisata Sejarah dan Budaya," ujarnya.
Keberhasilan Begandring Soerabaia menjadikan Kawasan Peneleh sebagai tempat kegiatan-kegiatan komunitas, jelajah wisata sejarah, diskusi, penerbitan, hingga pembuatan film dan pameran foto menjadi salah satu penilaian IAI dalam memberikan penghargaan.
Hal itulah, kata Marsis, yang membuat Begandring Soerabaia terpilih menjadi satu-satunya komunitas pelestari cagar budaya terbaik di Indonesia. IAAI menilai komunitas ini mampu mengelaborasi dan mengolaborasi sejarah secara apik dengan Pemerintah Kota, akademisi, dan Masyarakat Surabaya.
Pemberian penghargaan IAAI terhadap Begandring Soerabaia itu berlangsung Senin (31/7/2023), dalam Seminar Nasional bertajuk Kontribusi Arkeologi Dalam Pengembangan Kebudayaan Nasional Indonesia di Yogyakarta.
Ketua Komunitas Begandring Soerabaia Nanang Purwono mengaku bangga menerima penghargaan dari perkumpulan IAAI, tapi juga asosiasi ilmuwan di bidang arkeologi yang berdiri sejak 1965. Penghargaan itu menjadi pengakuan dan legitimasi yang berharga bagi komunitas yang dia pimpin.
"Sebagai penerima penghargaan, Begandring adalah satu-satunya komunitas yang mendapat penghargaan, bersanding dengan tokoh-tokoh besar dalam pelestarian cagar budaya di Indonesia. Mulai Prof. R.P. Soejono, Prof. Dr. Soekmono, dan Prof. Dr. Timbul Haryono," kata Nanang kepada detikJatim.
Pegiat sejarah Begandring Soerabaia lainnya Kuncarsono Prasetyo mengatakan bahwa sejak awal komunitas itu berdiri pada 2018 kegiatannya memang fokus pada cagar budaya.
Mulai dari upaya penyelamatan bangunan Benteng Kedung Cowek yang belum ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya, hingga akhirnya Benteng Kedung Cowek ditetapkan Bangunan Cagar Budaya dengan SK Wali Kota Surabaya Nomor 188.45/261/436.1.2/2019 tanggal 31 Oktober 2019.
Selain itu, penemuan dan pelestarian Sumur Jobong di Kawasan Peneleh, tepatnya di Jalan Pandean 1 Surabaya juga diklaim sebagai salah satu upaya Begandring dalan melestarikan sejarah. Mulai dari penemuan sumur, sampai uji karbon di laboratorium National University of Australia.
"Kami rutin mengawal berkoordinasi dengan Pemerintah Kota Surabaya. Ketika sumur tertua di Surabaya itu mengalami keretakan, kami segera mengakselerasi upaya perbaikan dengan cara mengoordinasikannya pada Dinas terkait dan juga Balai Pelestarian Kebudayaan Trowulan," tuturnya.
Terbaru, mereka sedang melakukan kajian tipologi dan historiografi Makam Eropa Peneleh Surabaya. Hasil kajian itu bertujuan sebagai pedoman dalam revitalisasi makam yang rencananya akan dipugar dan dijadikan destinasi wisata.
(dpe/iwd)
