Ubaya serius dalam memproduksi massal mobil listrik bernama Center for Electric Vehicles Innovation atau CEVI-C1, Mobil listrik dengan sederet inovasi dan harga terjangkau ini ditarget akan diproduksi massal pada akhir tahun 2023.
Mobil listrik ini besutan mahasiswa dan dosen Program Studi Teknik Mesin dan Manufaktur Fakultas Teknik. Dalam pengerjaannya, Ubaya juga bekerja sama dengan PT Great Asia Link untuk mengikuti program matching fund.
"Karena nanti ada dana dari pemerintah dan saya yakin pemerintah akan mendukung. Kurang lebih satu tahun sampai akhir 2023. Setelah itu kami siapkan untuk produksi massal. Proyek ini akan selesai akhir 2023, artinya setelah itu, segera," ujar Rektor Ubaya Ir Benny Lianto di kampus Ubaya, Sabtu (11/3/2023).
Tak hanya itu, Ubaya juga berencana membuat stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU). Nantinya, akan ada dua titik yang berusaha diwujudkan tahun ini.
"Ubaya sudah menentukan titik, kemungkinan akan dibangun di parkiran Ubaya. Sehingga bisa diakses dosen, mahasiswa dan publik. Ini sedang dalam perhitungan. Mudah-mudahan segera diwujudkan tahun ini. Ada dua, sementara di Ubaya dulu," kata Benny.
Mobil listrik ini akan diproduksi secara massal dan dijual dengan harga terjangkau. Secara kesuluruhan, nilai jual CEVI-C1 TMM Ubaya kurang lebih Rp 100 juta. Namun, jangan khawatir, rencananya akan ada keluaran model baru dengan harga yang bisa ditekan sampai setengahnya atau Rp 50 juta.
Meskipun harganya terjangkau, mobil buatan Ubaya ini juga diklaim berbeda dengan sederet inovasi. Benny Lianto mengatakan, city car ini memiliki kapasitas baterai sebesar 60 volt, 200 ampere.
Di mana, dapat digunakan untuk menempuh jarak 200 kilometer dengan kecepatan rata-rata 60 km/jam sekali isi daya. Kecepatan maksimumnya pun mencapai 70 km/jam.
"Nanti bisa menempuh jarak yang lebih panjang. Sekarang 200 km/jam, ke depan bisa 400 km/jam sekali cas," ujar
Benny.
Sementara itu, Penanggung Jawab CEVI-C1, Dr Susila Candra MT mengatakan, CEVI-C1 dirancang sebagai mobil listrik berkonsep city car. Tujuan utamanya, agar bisa digunakan masyarakat perkotaan dalam proses perekonomian.
"Bisa sampai 200 kilometer. Untuk perjalanan kota-kota, seperti Surabaya dari ujung ke ujung sekitar 20 kilometer, kalau PP 40 kilometer, baru bisa di-charging 2 hari kemudian. Kalau motor lebih jauh lagi, bisa sampai 250 sampai 300 kilometer, tergantung penggunaannya," kata Susila.
Susila mengatakan, CEVI-C1 memiliki keunggulan di atas mobil listrik komersil yang ada di masyarakat. Sehingga, mobil listrik buatan anak bangsa ini bisa lebih unggul.
"Perbedaan dengan yang sudah ada sekarang beredar, kalau dilihat dari arus dinamikanya streamline dari bodi ini lebih bagus. Kalau dari daya hambat angin dibanding dengan yang sudah beredar lebih bagus ini," tandasnya.
Simak Video "Magnet Tarawih Kilat Bagi Jemaah di Blitar"
[Gambas:Video 20detik]
(hil/iwd)