Ratusan perusuh yang terlibat dalam demo anarkis di Jawa Timur telah ditangkap. Polda Jatim kini memburu dalang dan siapa pendananya.
Kapolda Jatim Irjen Nanang Avianto mengatakan para perusuh diduga terafiliasi dengan kelompok tertentu yang berada di Jakarta. Hal ini lah yang sedang jadi fokus penyelidikan.
"Dari semua yang kami proses akan kami dalami, dari situ kita cluster dari masing-masing perbuatan, lalu kami analisa dan evaluasi, ini (aksi berakhir rusuh) kan serentak di Indonesia, berawal dari Jakarta lalu menyebar, kelihatan sekali ada yang menggerakkan," kata Nanang saat konferensi pers di gedung Bidang Humas Polda Jatim, Kamis (18/9/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tapi, kami perlu pembuktian-pembuktian yang valid, kami akan terus bekerja dan bekerja untuk mengungkap," imbuhnya.
Kemudian Nanang menuturkan aksi unjuk rasa mahasiswa di Polrestabes Surabaya pada 30 Agustus 2025 lalu. Menurutnya, saat itu aksi berlangsung aman, damai, dan lancar.
Namun, ketika akan berakhir, disusupi oleh sekelompok perusuh. Lalu mereka melakukan provokasi dan melakukan perusakan serta berupaya menyerang petugas.
"Seperti saat di depan Polrestabes Surabaya, adik-adik mahasiswa melakukan penyampaian pendapat depan Polres, lalu disusupi anarko, mereka melempari kemudian kami melindungi adik-adik mahasiswa dan saya yakin sebagai calon-calon intelektual memiliki pemikiran-pemikiran yang baik dan mempunyai aturan-aturan dalam penyampaian pendapat," ujarnya.
"Mereka akhirnya diserang anarko dan dapat diselamatkan, kami tidak ingin mereka ditunggangi oleh kelompok-kelompok yang tidak bertanggungjawab, termasuk aksi dari ojek online, untung saja semua saling mengingatkan," sambungnya.
Nanang membeberkan pihaknya kini telah menahan 997. Mereka merupakan perusuh yang yang terjadi pada akhir Agustus di sejumlah wilayah di Jatim.
Polisi dengan 2 bintang di pundaknya itu menyatakan para perusuh didominasi anak-anak. Saat diamankan, mereka mengaku hanya sekedar ikut-ikutan. Pun dengan gang motor yang juga ikut melakukan aksi kerusuhan.
"Kita tetap bekerja dan mengumpulkan info sekecil apapun akan kami olah, dan perlu diingat jejak digital tidak akan pernah hilang. Dari jenis usia, latar belakang pendidikan, pekerjaan, semua progresnya ada dalam pendataan di Ditreskrimum," beber Nanang.
"Kami sampaikan bahwa rata-rata (perusuh) di bawah umur karena ikut-ikutan, kemudian muncul gang-gang motor seperti mencari jati diri. Kalau kita lihat mereka gampang terprovokasi karena belum menemukan suatu figur dalam kelompok itu, lalu dalam ponselnya ada suatu daya tarik untuk melakukan kegiatan-kegiatan itu dan tidak ada yang mengingatkan," imbuhnya.
Nanang berharap masyarakat juga turut membantu dan aktif memberikan informasi secara valid agar kasus kerusuhan dapat terbongkar hingga ke akarnya. Ia juga berharap masyarakat tak mudah terprovokasi dan kamtibmas di Jatim tetap bisa terjaga.
"Kepada masyarakat, apabila ada informasi yang penting segera disampaikan dan jangan ragu-ragu, tujuan kita sama jangan sampai harkamtibmas terganggu. Semoga bisa terungkap pelaku-pelaku yang mendesain bahkan yang mendanai kegiatan ini," tandasnya.
(irb/abq)