Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi angkat bicara soal aksi tiga emak-emak Kader Surabaya Hebat (KSH) di Jalan Gemblongan, Kelurahan Alun-alun Contong, memalak berkedok sumbangan Agustusan di toko Pods Authentic.
Eri melarang RT/RW maupun kelurahan menarik sumbangan acara Agustusan dengan mematok nominal minimal. Ia meminta setiap permintaan sumbangan disertai pernyataan tidak memaksa, dan nominalnya seikhlas warga atau pembeli.
"Dan saya juga berharap untuk seluruh aparat desa atau aparat kelurahan itu bisa memberikan atau ketika meminta bantuan maka bisa memberikan sebuah pernyataan ini tidak memaksa," kata Eri di Balai Kota, Kamis (14/8/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, ia mengingatkan pentingnya gotong royong warga untuk memeriahkan HUT ke-80 RI.
"Siapapun ayo memberi sumbangsih kita. Apakah perlu harta kita, tenaga kita, pikiran kita untuk memeriahkan ulang tahun ke-80 ini," ujarnya.
Eri bercerita, dirinya juga pernah diminta sumbangan oleh kampung untuk perayaan Agustusan. Karena bersifat sumbangan, warga dapat memberi semampunya tanpa paksaan.
"Kalau sumbangan ya sukarela, kalau mampu Rp 200 ribu ya Rp 200 ribu. Termasuk aku dijaluki (dimintai) sumbangan pisan (juga)," ceritanya.
Imbauan ini disampaikan Eri menanggapi dugaan sumbangan memaksa dengan nominal Rp 500 ribu yang dilakukan RW setempat ke toko rokok elektronik di Jalan Gemblongan, Surabaya, dengan alasan untuk perayaan Agustusan.
Sebelumnya, viral di media sosial tiga orang emak-emak diduga melakukan pemalakan di toko Pods Authentic di Jalan Gemblongan, Kelurahan Alun-alun Contong. Ketiga orang itu mengaku dari RT RW setempat meminta sumbangan untuk Agustusan.
Dalam video kamera pengawas atau CCTV tampak ketiga emak-emak tersebut mendatangi toko pada Kamis (7/8), pukul 15.58 WIB. Aksi itu kemudian diunggah pemilik toko Pods Authentic Surabaya Kevin Wiliam (22).
Dalam keterangannya, Kevin menyebut ketiga emak-emak tersebut meminta sumbangan untuk kegiatan Agustusan dengan nominal Rp 500 ribu sampai Rp 1 juta.
Karena hal ini, Kevin pun berniat memberikan Rp 5-10 ribu, karena sifatnya sumbangan, bukan iuran. Namun emak-emak itu tidak mau menerima nominal tersebut sampai akhirnya adu mulut.
(esw/hil)