Polisi terus mendalami kasus dugaan penipuan oleh biro umrah yang menimpa ratusan warga. Kasus tersebut telah ditingkatkan dari penyelidikan ke penyidikan.
Kasi Humas Polres Lamongan, Ipda M Hamzaid menegaskan, penyidik Satreskrim Polres Lamongan sudah menaikkan ke tahap penyidikan dari status semula penyelidikan.
"Saat ini sudah tahap penyidikan, mas," kata M Hamzaid saat dikonfirmasi detikJatim, Selasa (5/8/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penyidik, lanjut Hamzaid, juga sudah memanggil sejumlah korban maupun saksi untuk dimintai keterangan. Terkait penetapan status tersangka, Hamzaid menyebut masih menunggu penyidikan yang masih berlangsung.
"Kami sudah memanggil sejumlah pihak, baik korban maupun saksi," ujarnya.
Hamzaid juga menambahkan, penanganan kasus dilakukan secara profesional dan sesuai dengan prosedur hukum yang berlaku. Pihak kepolisian terus mendalami kasus ini guna mengungkap apakah terdapat unsur pidana dan siapa yang harus bertanggung jawab.
"Kami masih terus mendalami kasus ini, setiap perkembangan akan kami sampaikan ke rekan-rekan," imbuhnya.
Sebelumnya, puluhan orang yang mengaku sebagai korban penipuan travel haji-umrah mendatangi Polres Lamongan. Puluhan orang itu tak hanya dari warga setempat, namun juga dari Gresik dan Lamongan.
Salah satu pelapor yang juga adalah korban, Wahyudiono mengatakan, kedatangannya ke Polres Lamongan untuk melaporkan travel haji-umrah yang ada di Kecamatan Brondong, Lamongan.
Mereka terpaksa lapor karena merasa dirugikan pihak travel tak memberi kejelasan keberangkatan. Padahal mereka sudah melakukan pelunasan pembayaran umrah.
"Kasusnya mulai mencuat Januari 2025. Pihak travel tak ada kabar terkait keberangkatan, kantornya pun kosong tidak ada aktifitas sejak April lalu," kata Wahyudiono kepada wartawan, Kamis (24/7/2025).
Wahyudi mengaku, kedatangannya ke Polres Lamongan juga untuk mewakili puluhan korban lainnya yang merasa kecewa dan merasa dibohongi pihak travel. Wahyudi menyebut korbannya bisa mencapai seribuan orang dengan total kerugian ditaksir bisa mencapai Rp 17 miliar hingga Rp 18 miliaran.
"Nah, korbannya itu kurang lebih kalau saya data sekitar seribuan orang dengan kerugian berkisar Rp 17-18 miliar untuk data sementara," ujarnya.
(auh/hil)