Khofifah Sebut Sekolah Rakyat Putus Mata Rantai Kemiskinan

Khofifah Sebut Sekolah Rakyat Putus Mata Rantai Kemiskinan

Faiq Azmi - detikJatim
Senin, 14 Jul 2025 22:45 WIB
Senyum Khofifah mendampingi anak yang hendak bersekolah di salah satu sekolah rakyat di Jatim.
Senyum Khofifah mendampingi anak yang hendak bersekolah di salah satu sekolah rakyat di Jatim. (Foto: Istimewa)
Surabaya -

Hari pertama Sekolah Rakyat (SR) disambut keceriaan siswa di Jawa Timur. Mereka datang membawa perlengkapan yang diperlukan untuk tinggal di asrama. Anak laki-laki juga melengkapi diri dengan sarung dan kopyah untuk beribadah. Di Jatim, Sekolah Rakyat dibuka di 19 titik.

Muhammad Riyan, siswa kelas 1 SMP di Kota Probolinggo mengaku sangat senang mengikuti pendidikan berasrama di Sekolah Rakyat Kota Probolinggo.

"Saya memiliki teman baru dan bisa bersekolah gratis. Kalau kangen orang tua kan bisa dikunjungi," kata Riyan ditemui eks gedung Rusunawa PPI Mayangan Kota Probolinggo yang menjadi tepat sekolahnya, Senin (14/7/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Antusiasme menyambut hari pertama pengoperasian Sekolah Rakyat juga ditunjukkan wali murid bernama Sugiarti dan banyak wali murid lain di sejumlah kabupaten/kota di Jatim.

Sugiarti rela jalan kaki 3 kilometer mengantar anaknya menempuh pendidikan di Sekolah Rakyat. Setiap hari Sugiarti hanyalah seorang ibu rumah tangga, sementara suaminya hanya buruh tani yang penghasilannya tak menentu. Mengetahui program Sekolah Rakyat ini, Sugiarti sangat bersyukur dan menyambutnya dengan antusiasme tinggi.

ADVERTISEMENT

"Senang karena sangat membantu, bahkan sebelum tahu adanya sekolah gratis ini, saya sempat berpikir takut tidak bisa membiayai sekolah untuk anak saya," katanya.

Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawasa terlihat bahagia melihat keceriaan dan kesiapan siswa serta orang tua mereka dalam mengikuti pendidikan di Sekolah Rakyat yang ada di Kota Probolinggo.

Dia yakin Sekolah Rakyat yang merupakan implementasi gagasan Presiden Prabowo Subianto dalam menjamin akses pendidikan berkualitas bagi seluruh lapisan masyarakat ini berjalan efektif dalam memutus mata rantai kemiskinan.

"Pendidikan adalah jalan paling efektif dalam memutus rantai kemiskinan," kata Khofifah.

Khofifah menambahkan, pelaksanaan pendidikan di Sekolah Rakyat ini juga difokuskan pada pembentukan karakter anak. Programnya dimonitor secara intensif melalui keberadaan wali asrama dan wali asuh.

"Dengan asrama, pembinaan karakter dan agama bisa lebih terarah," tegas orang nomor satu di Jatim ini.

Pada bagian lain, Khofifah membenarkan penerapan SR ini sangat tergantung pada kesiapan ruang dan sarana pendukung, salah satunya kesiapan asrama.

"Masih ada yang perlu diperbaiki lagi untuk fasilitas ke depannya," ujarnya.

Karena itu, pelaksanaan Sekolah Rakyat di Jatim dibagi dalam tiga kloter. Kloter 1A yang dimulai Senin hari ini menampung 1.183 siswa di seluruh Jawa Timur.

"Ada tiga siswa yang izin belum hadir. Kloter 1B akan dimulai 19 Juli 2025 dan kloter 1C menyusul pada bulan September 2025 mendatang," katanya.

Naik Ambulans Hari pertama Sekolah Rakyat di Jombang juga disambut antusias. Anak-anak dari keluarga miskin dan miskin ekstrem datang menjinjing tas besar. Mereka datang naik ambulans desa ke lapangan Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) di Kecamatan Mojoagung, Jombang, Senin (14/7/2025).

Samsul (53) turun lebih dulu. Wajahnya letih, namun matanya menyala. Di belakangnya, Ani (52), istrinya yang penyandang disabilitas, menggamit dua anak perempuan mereka: Nisa (17) dan Jingga (13). Keempatnya menjinjing tas besar-bukan berisi obat atau peralatan medis--melainkan harapan yang dikemas dalam pakaian sederhana.

"Ini bawa baju untuk tinggal di sekolah. Semua gratis, alhamdulillah," ucap Ani lirih, sembari membetulkan jilbab Nisa. Dia tampak lebih tenang dari sebelumnya-dari hari-hari saat anak sulungnya terpaksa berhenti sekolah karena tak ada biaya. Kini, anak itu kembali belajar, meski harus memulai ulang dari kelas X.

Di sisi lain, seorang ibu muda bernama Rini (46) terlihat memarkir motor tuanya. Di boncengannya, Sherly (16), anak semata wayangnya. Mereka datang dari Desa Sambirejo, Wonosalam-desa pegunungan yang jauh dari Mojoagung. Mereka telah menunggu sejak Subuh.

"Saya rela anak tinggal di sekolah, biar masa depannya lebih baik," ujar Rini, buruh tani yang tiap harinya bekerja di ladang orang lain.

Tak hanya di Jombang, di Pacitan, wilayah paling selatan dan barat di Jatim, hari pertama masuk Sekolah Rakyat Menengah Atas (SRMA 23) Pacitan, Senin, dipenuhi wajah-wajah penuh harap para siswa dari berbagai desa di Kabupaten Pacitan.

Salah satunya adalah Nadjua Tihta Nadia Wardhani (15), siswi asal Desa Sawahan, Kecamatan Donorojo, yang tampak antusias mengikuti rangkaian kegiatan awal.

Sejak pagi, Nadjua tiba di Gedung Karya Dharma, lingkungan Pendopo Kabupaten Pacitan, yang menjadi lokasi tes kesehatan dan kebugaran sebelum Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS). Ia datang ditemani keluarga yang turut memberikan semangat di hari penting itu.

"Senang banget, hari pertama masuk bisa ketemu teman-teman dari desa dan kecamatan lain se-Kabupaten Pacitan. Tadi diantar sama keluarga," ujarnya.

Sedang di Kabupaten Mojokerto, sebanyak 50 siswa akan belajar di Gedung Diklat Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKPSDM) Kabupaten Mojokerto yang 'disulap' sebagai Sekolah Rakyat (SR) di Mojokerto.

Bintang Kurnia Purnomo Putri (13) merupakan salah satu siswa Sekolah Rakyat (SR) Mojokerto datang ke sekolah diantar kedua orang tuanya, Dony Hendro Purnowo (47) dan Apriliana (37) ke Gedung Diklat BKPSDM Kabupaten Mojokerto. Orang tuanya berharap putrinya kerasan dan bisa mengikuti pendidikan di SR.




(dpe/abq)


Hide Ads