7 Fakta Warga Ponorogo Buron Interpol Jaringan 2 Ton Sabu

7 Fakta Warga Ponorogo Buron Interpol Jaringan 2 Ton Sabu

Hilda Meilisa Rinanda - detikJatim
Kamis, 29 Mei 2025 10:50 WIB
Dewi Astuti buronan Interpol dari Ponorogo
Dewi Astuti buronan Interpol dari Ponorogo/Foto: Istimewa
Ponorogo -

Dukuh Sumber Agung, Balong, Ponorogo mendadak gaduh. Kabar tentang seorang perempuan desa yang kini menjadi buronan Interpol, diduga otak penyelundupan 2 ton sabu, membuat warga terperangah.

Sosok itu tak lain adalah PA (43), yang selama ini dikenal sebagai perantau, namun kini namanya viral di media sosial sebagai Dewi Astutik.

Nama yang selama ini dikenal warga sebagai perempuan periang dan pekerja migran, kini menyisakan tanda tanya besar. Sosok yang dulu pamit kerja ke Kamboja, kini disebut polisi sebagai bagian dari jaringan narkoba internasional Fredy Pratama.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berikut fakta-fakta mencengangkan di balik kasus ini:

1. PA Diduga Otak Penyelundupan 2 Ton Sabu

Kasus ini bermula dari pengungkapan 2 ton sabu di Batam oleh BNN dan aparat gabungan. Dalam penyelidikan, nama PA alias Dewi Astutik muncul sebagai otak di balik pengiriman barang haram itu.

"Ini hasil dari tangkapan BNN dan gabungan di daerah Batam, 2 ton sabu dari hasil investigasi awal memang masih satu jaringan dengan Fredy Pratama," ujar Kapolres Ponorogo AKBP Andin Wisnu Sudibyo, Selasa (28/5/2025).

ADVERTISEMENT

2. Gunakan Identitas Palsu Milik Adik Kandung

Untuk menghindari kejaran aparat, PA diduga memalsukan identitas dan menggunakan nama adiknya sendiri, Dewi Astutik, sebagai kedok dalam aktivitas kejahatannya.

"Identitas yang pertama dipalsukan, pakai nama adiknya. Orang (Ponorogo) juga, tapi kartunya dipalsukan," ungkap Andin Wisnu.

3. Interpol Terbitkan Red Notice

PA telah lama masuk daftar buronan internasional. Bahkan, Interpol sudah menerbitkan red notice atas namanya dan disinyalir saat ini bersembunyi di Kamboja.

"Sudah diterbitkan red notice oleh Interpol. Disinyalir keberadaannya di Kamboja, jadi bukan ditangkap di Ponorogo," jelas Andin Wisnu.

4. Warga Tak Percaya, Sosoknya Dikenal Sebagai Perantau

Di mata warga Dukuh Sumber Agung, PA dikenal sebagai perantau yang sudah lama bekerja di luar negeri. Kepergiannya ke Kamboja tahun lalu bahkan sempat dilepas hangat oleh kerabat.

"Dia pamit waktu itu. Katanya mau kerja ke Kamboja. Saya tanya, kok jauh? Dia bilang di rumah nggak ada kerjaan," tutur Mbah Misiyem, salah seorang warga, Rabu (28/5/2025).

5. Identitas Dewi Astutik Tak Terdata di Dukuh Sumber Agung

Saat polisi melakukan pelacakan ke kampung halaman PA, nama Dewi Astutik ternyata tidak pernah terdata di basis data Dukuh Sumber Agung.

"Alamatnya memang di sini, tapi orangnya saya nggak kenal," kata Gunawan, Kepala Dusun Sumber Agung.

6. Sosok PA Lebih Dikenal Warga Dibanding Nama Dewi Astutik

Nama Dewi Astutik nyaris asing bagi warga. Mereka lebih mengenal sosok PA sebagai perempuan yang menikah dengan pria setempat dan jarang pulang.

"Kalau Dewi Astutik nggak ada. Tahunya PA. Dia menikah dengan orang sini, lalu kerja ke luar negeri," ucap Sri Wahyuni, warga setempat.

Menurut penuturan warga, PA jarang pulang kampung. Lebaran tahun lalu pun hanya sempat tinggal selama sebulan sebelum kembali ke luar negeri.

"Pulang cuma libur sebulan, lalu berangkat lagi. Dandannya berubah-ubah, terakhir rambutnya pendek," kata Mbah Misiyem.

7. Polisi Temukan Data Ganda di Kependudukan

Polres Ponorogo memastikan bahwa identitas yang digunakan PA adalah milik keluarganya. Saat diverifikasi, memang ada data yang berkaitan namun atas nama orang lain.

"Anggota kami melakukan penyelidikan di lokasi. Ada kesamaan atau data yang bersangkutan warga Ponorogo, cuma identitas yang digunakan milik keluarganya," jelas Wakapolres Ponorogo, Kompol Gandi Darma Yudanto.

PA memang telah lama bekerja sebagai Pekerja Migran Indonesia (PMI) di luar negeri. Hal ini yang membuat keberadaannya di kampung halaman tak terlalu terpantau warga.

"Yang bersangkutan menjadi PMI di luar negeri, sehingga jarang pulang ke Ponorogo. Sementara menggunakan identitas palsu. Kita masih mendalami kembali," tandas Gandi Darma Yudanto.




(irb/hil)


Hide Ads