Pagi di Dukuh Sumber Agung biasanya berjalan pelan. Angin menyapu lembut ladang jagung dan suara ayam bersahut dari balik pagar rumah-rumah warga. Tapi sejak kabar itu berembus, kampung itu mendadak gaduh.
Nama Dewi Astutik, atau yang dikenal sebagai PA, muncul dalam pengungkapan kasus penyelundupan narkoba besar-besaran. Sebanyak 2 ton sabu diamankan Badan Narkotika Nasional (BNN) di wilayah Batam.
Dalam penyelidikan mendalam yang telah dilakukan Dewi alias PA disebut sebagai otak di balik pengiriman itu. Dia diduga kuat bagian dari jaringan internasional gembong narkoba kelas kakap, Fredy Pratama.
"Dia pamit waktu itu. Katanya mau kerja ke Kamboja. Saya tanya, kok jauh? Dia bilang di rumah nggak ada kerjaan," ujar Mbah Misiyem duduk di teras rumahnya, Rabu (28/5) pagi, sambil mengenang momen terakhir pertemuannya dengan PA usai lebaran tahun lalu.
"Saya bilang, hati-hati ya, terus saya tanya suaminya gimana ditinggal jauh? Dia jawab 'nggak apa-apa'," lanjutnya mengenang momen terakhir itu.
Mbah Misiyem mewakili warga desa itu mengenal Dewi sebagai seorang perantau. Perempuan itu telah bertahun-tahun bekerja di Taiwan. Lebaran tahun lalu dia pulang cuma sebentar lalu pergi lagi ke Kamboja.
"Pulang cuma libur sebulan, lalu berangkat lagi. Dandannya berubah-ubah, terakhir rambutnya pendek," kata Mbah Misiyem.
Kini wajah PA atau Dewi menyebar di media sosial dan menghiasi pemberitaan media massa sebagai buronan internasional. Polisi menyatakan perempuan itu memalsukan identitas dengan memakai nama adiknya, Dewi Astutik.
"Dari hasil investigasi awal, ini masih satu jaringan dengan Fredy Pratama," ujar Kapolres Ponorogo, AKBP Andin Wisnu Sudibyo
Andin mengatakan bahwa Dewi sudah lama menjadi target operasi. Interpol telah menerbitkan red notice atas namanya. Namun hingga saat ini perempatan itu belum tertangkap.
Warga desa tempat PA berasal kebingungan. Kepala Dusun Sumber Agung, Gunawan mengaku tidak pernah mendengar nama Dewi Astutik di dusun yang dia pimpin.
"Alamatnya memang di sini, tapi orangnya saya nggak kenal," ujarnya.
Saat polisi datang untuk mengecek data kependudukan, hasilnya nihil. Nama itu tidak tercatat dalam basis data warga RT 01, RW 01. Hal serupa dikatakan oleh Sri Wahyuni, warga lain yang lebih mengenal sosok PA.
"Kalau Dewi Astutik nggak ada. Tahunya PA. Dia menikah dengan orang sini, lalu kerja ke luar negeri," tuturnya.
Senada dengan Mbah Misiyem, Sri mengatakan PA terakhir terlihat di dukuh itu sekitar setahun lalu sebelum kembali pergi ke tempat yang dia tidak tahu.
(dpe/abq)