Dengan mengenakan masker dan baju tahanan nomor 27, Mat Nadin tampak digiring dua petugas di Polres Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya. Pria 55 tahun itu dihadirkan dalam jumpa pers sebagai tersangka pembunuhan tetangganya, Achmad Suhandi.
Tak ada rasa penyesalan dalam raut wajah Mat Nadin. Sebaliknya, pria yang sehari-hari bekerja sebagai tukang parkir itu mengaku puas menghabisi Suhandi karena telah menyelingkuhi istrinya.
"Ndak, saya ndak nyesal. Puas pak. Karena (Suhandi) nyalahi saya. Ganggu istri. Setiap harinya kalau diganggu kan nggak enak. Siap saya dihukum," kata Mat Nadin kala itu.
Pembunuhan yang dilakukan Mat Nadin bermula saat bulan Januari 2019. Saat itu, ia memergoki istrinya tengah berduaan dengan Suhandi dalam kamar rumahnya sepulang ngopi.
Suhandi yang dipergoki Mat Nadin langsung kabur keluar kamar. Mat Nadin yang tahu itu tak sempat mengejar. Ia lantas mencecar istrinya kenapa Suhandi bisa di dalam kamar.
Mendapat pertanyaan itu, istrinya berdalih bahwa Suhandi hendak mencarinya, tapi tak ada. Mat Nadin tak puas dan kembali mencecar kalau mencarinya kenapa harus sampai masuk kamar. Kali ini istri Mat Nadin hanya menjawab tak tahu.
Jawaban istrinya ini membuat Mat Nadin tak puas dan sakit hati. Ia lantas keluar mencari Suhandi di rumahnya. Namun beberapa hari mencari, Mat Nadin tak berhasil menemui Suhandi.
Seminggu berlalu, Mat Nadin kemudian pulang ke rumah orang tuanya di Camplong, Sampang. Di sana, ia lantas membeli sebilah celurit di pasar setempat seharga Rp 100 ribu. Senjata khas Madura itu lantas dibawa ke Surabaya dan disimpan di rumahnya Jalan Wonosari Wetan.
(abq/iwd)