Tiga bocah SD di Gresik yang kepergok mencuri motor, kini diamankan di Unit Perlindungan Perempuan (PPA) Polres Gresik. Polisi akan berkoordinasi dengan Pemkab Gresik untuk penanganan kasus ini. Sebab, para pelaku masih di bawah umur.
Ketiga pelaku pencurian motor itu nantinya akan mendapat pendampingan psikologis. Saat ini, Pemkab Gresik sedang memetakan akar masalah atau penyebab ketiga anak itu nekat mencuri motor.
"Dari keterangan awal yang kami dapat, ada dua pemicunya kenapa mereka mencuri. Pertama faktor ekonomi dan yang kedua karena pola asuh," jelas Kadinas KBPPPA Kabupaten Gresik Titik Ernawati, Rabu (19/3/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Titik menambahkan, ketiga anak itu hidup di keluarga yang tidak mampu. Di usia mereka, ketiga pelaku ini masih punya keinginan bermain. Sayang, ekonomi keluarga mereka tidak bisa memenuhi keinginan itu.
"Setelah menjual motor curian, hasil jualannya itu dipakai buat bermain di game center dan beli jajan di mal," tambah Titik.
Terkait dengan pola asuh, lanjut Titik, ketiga bocah itu tidak mendapatkan kasih sayang yang utuh dari kedua orang tuanya. Mereka tidak mendapat peran ibu di keluarga.
"Ayah dan ibunya cerai, itu bisa jadi faktor melakukan pencurian," lanjutnya.
Setelah ini, ketiga anak itu akan dititipkan ke Bapas Surabaya untuk mendapatkan pendampingan. Dua di antara anak tersebut juga putus sekolah. Saat ini, Pemkab masih mempertimbangkan terkait kelanjutan pendidikan mereka.
Namun yang jelas, ketiga anak itu akan mendapat pendampingan psikologi. Selain mereka, para orang tuanya juga mendapat pendampingan yang sama.
"Mereka akan mendapat layanan konseling. Termasuk juga orang tua ketiga anak itu," pungkasnya.
Sementara itu, Wakil Bupati Gresik, dr Asluchul Alif mengungkapkan, saat ini Dinas KBPPPA Gresik melakukan pendampingan dalam proses hukum. Kemudian, asesmen untuk penanganan lebih lanjut, serta koordinasi langsung dengan pihak keluarga ABH.
"Dinsos melalui pekerja sosial melaksanakan pendampingan dalam proses hukum dan upaya rehabilitasi sosial (rehabsos) guna memberikan pembinaan kepada anak tersebut," kata Dokter Alif, sapaan akrab Wabup Gresik.
Dijelaskan, dari hasil asesmen awal yang dilakukan menunjukkan bahwa faktor lingkungan yang kurang mendukung, termasuk minimnya pengawasan keluarga. "Ini menjadi salah satu penyebab utama anak-anak ini kembali melakukan tindakan melanggar hukum," terang wabup.
Dengan status dalam kategori ABH, imbuh Dokter Alif, penanganannya dilakukan sesuai regulasi yakni melalui rehabilitasi sosial. Langkah ini bertujuan memastikan anak-anak yang terlibat tetap mendapatkan perlindungan.
"Ini sekaligus menjadi pembinaan agar tidak kembali melakukan pelanggaran hukum," jelas Dokter Alif.
Alif menegaskan Dinsos menjalankan peran sesuai kewenangannya, yaitu melaksanakan rehabilitasi sosial guna memastikan anak yang terlibat mendapatkan pembinaan yang sesuai.
"Kami tegaskan bahwa dalam setiap kasus yang melibatkan anak, kepentingan terbaik bagi anak harus selalu diutamakan. Anak-anak yang berhadapan dengan hukum akan mendapatkan bimbingan mental, fisik, spiritual, dan sosial agar dapat kembali ke masyarakat dengan kehidupan yang lebih baik," pungkas Wabup Gresik dr Asluchul Alif.
(hil/iwd)