Crime Story

Tragedi Wirjo Banyuwangi Bantai 32 Orang Jelang Pemilu

Tim detikX - detikJatim
Jumat, 07 Feb 2025 15:15 WIB
Ilustrasi Suwirjo alias Wirjo (Foto: Edi Wahyono/detikcom)
Banyuwangi -

April 1987, Desa Banjarsari, Kecamatan Glagah, Banyuwangi mendadak menjadi mencekam. Penyebabnya, warga setempat bernama Suwirjo alias Wirjo (42) mengamuk membabi-buta dengan celuritnya.

Sebanyak 32 orang baik dewasa maupun anak menjadi korban celurit Wirjo. Dari jumlah itu, 20 di antaranya tewas. 18 korban tewas di tempat kejadian sementara 2 korban meninggal di Rumah Sakit Umum (RSU) Blambangan, Banyuwangi.

Sisanya, yaitu 12 orang, mengalami luka bacokan dan sayatan senjata Wirjo. Tragedi itu kemudian mengubah suasana desa yang tenang menjadi mencekam selama beberapa hari.

Pintu-pintu rumah warga terkunci rapat dan kosong ditinggalkan para penghuninya. Sedangkan, warga yang tetap memilih tinggal harus berkumpul. Setiap 10 keluarga berkumpul menjadi satu di rumah tetangga atau kerabat yang lebih jauh.

Perempuan dan anak-anak meriung di dalam rumah. Sementara itu, kaum laki-laki berjaga penuh waspada di luar rumah dengan berbekal bambu runcing, pentungan, dan golok.

Aparat keamanan memang melarang warga keluar dari rumah atau berada di jalanan. Sebab, Wirjo saat itu belum tertangkap, juga sewaktu-waktu bisa muncul dan mengamuk kembali.

Apalagi saat itu beredar rumor bahwa Wirjo menguasai ilmu kanuragan (kesaktian). Tubuhnya kebal senjata tajam, mampu menghilang, dan berada di dua tempat yang berbeda dalam waktu bersamaan.

Tragedi pembantaian Wirjo ini bermula saat Wirjo tengah mengasah celurit dan parang yang biasa digunakan untuk memotong rumput di belakang rumahnya pada Rabu, 15 April 1987, pagi.

Ketika mengasah kedua perkakas itu, Wirjo hanya mengenakan celana pendek dan bertelanjang dada. Saat mengasah celurit dan parang itu, mata Wirjo tak henti-hentinya mengawasi anak angkatnya, Sri Reny (4) yang tengah bermain dengan riang bersama teman sebayanya, Arbaiyah, di depan rumah.

Entah setan apa yang merasuki, sekonyong-konyong Wirjo lari mengejar Reny sambil mengacungkan senjatanya. Dia langsung menebaskan celurit itu ke arah Reny, tapi korban dapat berkelit dan lari menghindar.

Melihat sasarannya lolos, Wirjo malah menyasar Arbaiyah, yang dekat dengannya. Bocah malang itu pun langsung tersungkur dengan luka yang mengenaskan. Reny menjerit langsung lari menuju ibunya, Indirah (32), yang berada di sawah. Ibu dan anak yang ketakutan itu langsung berlari menuju jalan kampung untuk meminta pertolongan.

Wajah Wirjo datar, tak ada ekspresi apa pun. Dia membiarkan istri dan anak angkatnya itu lari begitu saja. Sejurus kemudian, Wirjo malah mendatangi rumah Maskur (80), yang berada di sebelah rumahnya. Dia masuk melalui pintu dapur di belakang rumah. Dia mendapati istri Maskur, Mursiyah (43), tengah menanak nasi.

Tanpa menyapa, Wirjo langsung masuk dan menebas perempuan itu tanpa ampun. Satu kali sabetan celurit mengakhiri hidup Mursiyah. Lehernya terluka hebat akibat sabetan celurit. Mendengar kegaduhan di dapur, Maskur mendatanginya.

Tapi, karena tubuhnya sudah renta, Maskur tak bisa membela diri ketika Wirjo menyerangnya. Tubuh Maskur pun langsung ambruk tak bernyawa lagi di tempat kejadian.

Seperti orang tak takut berdosa, Wirjo terus menenteng celurit dan parang di tangannya sambil berjalan kaki. Siapa pun yang ditemuinya langsung menjadi sasaran amukannya, termasuk Gimin.




(abq/iwd)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork