Kedua orang tua santri asal Bali berinisial AR (14) yang sedang dirawat di ruang ICU RSUD Blambangan, Banyuwangi terlihat tertunduk khusyuk. Mata ayah dan ibu salah satu santri di Ponpes Nurul Abror Al-Robbaniyin Alasbuluh itu tampak sembab meski terpejam. Mulutnya terus bergerak-gerak.
Sesekali sang ayah yang mengenakan penutup kepala abu-abu dan bersarung itu membuka mata untuk melihat istrinya yang juga tak putus berdoa di ruang tunggu ICU. Mereka mendoakan putra tercinta yang belum setahun dikirim ke Ponpes di Kecamatan Wongsorejo, Banyuwangi untuk menuntut ilmu.
Tak mereka sangka, keputusan mengirimkan putra mereka ke ponpes menjadi petaka di awal 2025. AR masih belum sadarkan diri setelah mengalami penganiayaan oleh 6 orang Santri seniornya. Dokter menyatakan remaja itu mengalami koma.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ayyub Erdianto koordinator pelayanan publik RSUD Blambangan mengungkapkan saat tiba di Rumah Sakit kondisi AR sudah mengalami keparahan dengan kondisi nyaris koma pada 28 Desember 2024 pukul 03.00 WIB.
"Datang dengan kondisi hampir koma di UGD langsung kami CT Scan karena ada bekas luka di kepala dan hasilnya ada pendarahan otak di bagian kiri depan sampai belakang," terang Ayyub kepada awak media, Kamis (2/1/2025).
Setelah melihat kondisi itu, pihak RSUD melakukan upaya pertolongan dengan berkonsultasi kepada dokter bedah syaraf yang langsung melakukan langkah evakuasi otak melalui tindakan operasi.
"Langsung penindakan pembedahan Cito (Craniotomy) untuk membuat rongga pada kepala dengan membuka batok kepala agar ada ruang bagi otak karena ada pembengkakan dan mengeluarkan pendarahan," tegas Ayyub.
Kondisi AR hingga hari ini masih koma dengan status mati batang otak (MBO), upaya pertolongan terus dilakukan dengan perawatan intensif di ruang ICU. Sejumlah peralatan terlihat dipasang pada tubuh korban mulai dari ventilator hingga air warmer blanket karena suhu tubuh AR tinggi.
Dokter dan perawat pun terus menerus menyuntikkan obat-obatan untuk memacu gerak jantung korban yang saat ini dinyatakan masih dalam keadaan kritis. Atas kondisi inilah kedua orang tuanya tak putus mendoakan putra mereka.
"Kondisinya masih kritis dan sekarang makin kritis. Kita Doakan bersama semoga AR bisa melewati masa-masa kritis ini. Sebuah mukjizat untuk pasien dengan kondisi MBO," tegas Ayyub.
Sebelumnya, AR yang berasal dari Buleleng, Bali diduga dikeroyok 6 orang seniornya pada 27 Desember 2024 sekitar pukul 22.00 WIB. Santri kelas 9 itu dkeroyok di lingkungan ponpes hingga tak sadarkan diri dan dinyatakan koma.
"Penganiayaan itu terjadi di dalam lingkungan pondok," kata Kapolresta Banyuwangi Kombes Rama Samtama Putra Rama, Rabu (1/1/2025).
Setelah melakukan serangkaian penyidikan, polisi menetapkan 6 santri senior korban sebagai tersangka kasus dugaan pengeroyokan terhadap AR. Keenamnya yakni HR (17), IJ (18), MR (19), S (18), WA (15) dan Z (18).
"Mereka sudah ditetapkan menjadi tersangka dan kini ditahan di rumah tahanan Polresta Banyuwangi," kata Rama.
(dpe/fat)