Kronologi Lengkap Pembacokan Hingga Tewas Saksi Cabup Sampang

Kronologi Lengkap Pembacokan Hingga Tewas Saksi Cabup Sampang

Praditya Fauzi Rahman - detikJatim
Kamis, 21 Nov 2024 20:15 WIB
Tiga pembunuh saksi paslon Pilbup Sampang
Tiga pembacok hingga tewas saksi paslon Pilbup Sampang (Foto: Praditya Fauzi Rahman/detikJatim)
Surabaya -

Kronologi kasus pengeroyokan hingga menewaskan Jimmy Sugito Putra (44), saksi Paslon Pilbup Sampang Slamet Junaidi-Achmad Mahfudz diungkap Polda Jatim. Insiden itu terjadi berawal ketersinggungan.

Dirreskrimum Polda Jatim Kombes Farman menjelaskan insiden peristiwa tersebut terjadi pada Minggu (17/11). Saat itu rombongan Cabup Sampang Slamet Junaidi ke Ponpes Babussalam yang diasuh Kiai Mualif di Ketapang Laok.

"Saat itu, saudara Slamet Junaidi ke padepokan tersebut dalam rangka sowan kepada pemilik Padepokan yaitu Kiai Mualif," kata Farman, Kamis (21/11/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Karena hal ini, Kiai Mualif lantas meminta seseorang bernama Asrofi untuk mengumpulkan jemaah dzikir menyambut kedatangan Slamet. Kedatangan mendadak tersebut ternyata diketahui Kiai Hamduddin.

Antara Kiai Mualif dan Kiai Hamduddin sendiri masih ada hubungan keluarga. Kiai Mualif merupakan menantu keponakan Kiai Hamduddin. Karena merasa lebih sepuh, Kiai Hamduddin rupanya tak senang karena Cabup Slamet malah datang ke Kiai Mualif.

ADVERTISEMENT

"Kemudian dilakukan blokade jalan dengan mobil Kiai Hamduddin dan potongan kayu untuk menghalangi akses keluar jalan dari padepokan milik Kiai Mualif," jelasnya.

Atas pemblokiran tersebut lah, terjadi cekcok antara kelompok Kiai Mualif, korban (Jimmy), Muadi, Mat Yasid, Abdussalam dengan Kiai Hamduddin. Namun Kiai Hamduddin menolak dan menyuruh agar Cabup Slamet keluar lewat jalur lain.

Di sisi lain, massa dengan senjata tajam juga mulai berdatangan dari kediaman Kiai Hamduddin. Mengetahui hal ini Muadi yang berada di pihak Kiai Mualif menyampaikan kalau mau carok akan diladeni.

"Muadi menyampaikan kepada massa penghadang dengan kata kata 'Mon Acarok Gih Degik Yeh' yang artinya kalau mau carok nanti saja, kemudian rombongan Slamet Junaidi meninggalkan lokasi melalui jalur lain," jelas Farman.

Sesaat setelah rombongan Junaidi meninggalkan lokasi cekcok pun tak terhindarkan. Kali ini terjadi antara Asrofi dengan Kiai Hamduddin.

Kiai Hamduddin saat itu marah ke Asrofi yang mengumpulkan santri zikir tanpa permisi kepada Kiai Hamdudin. Dari sini, Asrofi dan Kiai Hamduddin adu mulut.

"Percekcokannya, 'Kurang ajar, di sini kamu cuma pendatang kok mendatangkan orang. Kurang ajar' Lalu, dijawab saksi Asrofi 'Kurang ajarnya seperti apa? di sini cuma mampir. Salahnya di mana? Masak (Cabup Slamet) mau ditolak? Kan tidak enak'," kata Farman menirukan percakapan Kiai Hamduddin dan Asrofi.

"Selanjutnya dijawab lagi oleh Kyai Hamdudin 'Diam Kamu! Nanti tak tempeleng kamu!, lalu dijawab lagi oleh saksi Asrofia "Coba kalau berani nempeleng!', Selanjutnya saksi Asrofi ditarik masuk oleh kiai Muhtar ke padepokan dengan dibantu oleh Jimmy Sugito Putra," jelas Farman.

Saat itu, Jimmy berusaha melindungi Asrofi dari kejaran massa yang marah setelah adu mulut dengan Kiai Hamdudin. Karena hal ini, massa semakin marah, apalagi saat itu dihembuskan bahwa Kiai Hamduddin telah dipukul. Karena hal ini, massa kemudian menyerang Jimmy hingga tewas.

Usai peristiwa itu, Jimmy langsung mendapatkan perawatan medis di RSUD Ketapang Sampang. Namun, nyawanya tak tertolong dan dinyatakan tewas mengenaskan dengan luka bacokan celurit di sekujur tubuhnya.

Peristiwa penganiayaan Jimmy ini sempat terekam kamera dan beredar viral di media sosial. Kasus itu kemudian mendapat atensi dan diambil alih Polda Jatim. Dua hari setelahnya, tiga orang kemudian ditangkap dan ditetapkan sebagai tersangka yakni Abdul Rohman, Fendi Sranum, dan M Suaidi.




(abq/iwd)


Hide Ads