Seorang perempuan bernama Maria Livia (23), warga Ende, NTT nekat membegal driver taksi online di Gunung Anyar Surabaya. Motifnya pun butuh uang untuk liburan dan bekerja di Australia.
Menurut Pakar Kriminolog Universitas Airlangga (Unair), I Wayan Titib Sulaksana motif yang disampaikan pelaku hanyalah alasan. Faktor utamanya dari rasa keputusasaan.
"Enggak, modus saja itu, bohong. Buat makan saja susah kok liburan. Kalau liburan ke Australia jangan begal taksi. Itu luapan dari rasa keputusasaan, makan saja nggak mampu. Kalau makan mampu ngapain begal taksi. Terus mau kerja di Australia keterampilan nggak punya mau jadi apa, bisa dideportasi dia. Masuk kerja di sana berat. Alasan saja untuk menutupi kegagalannya," kata Wayan saat dihubungi detikJatim, Rabu (2/10/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Wayan sendiri mengaku terkejut saat mengetahui pelaku adalah perempuan. Karena kebanyakan pelaku begal seorang laki-laki.
Tapi Wayan tak kaget dengan adanya tindakan kejahatan. Banyaknya kejahatan ini menunjukkam gambaran kondisi negeri ini.
"Kalau terjadi hal seperti ini saya nggak kaget. Ini gambaran kota belum beranjak dari kemiskinan. Lapangan pekerjaan sulit, butuh keterampilan, kuliah, uang nggak ada, perut nggak bisa diajak kompromi. Jalan satu-satunya mendapatkan uang cepat caranya dengan begal. Saya kaget pelakunya sekarang perempuan, kalau laki-laki biasa," ujarnya.
Menurut Pakar Hukum Pidana Unair ini, tingkat kriminalitas tinggi karena kesulitan ekonomi. Perut membutuhkan makan, sementara tidak punya keterampilan dan tidak ada lapangan pekerjaan, maka memilih jalan pintasnya menjadi pelaku kriminalitas.
Wayan mengatakan penyebab tindakan kejahatan pun kompleks dan paling utama kesejahteraan. Bila rakyat makmur pun tetap ada kejahatan, tapi dengan model lain, bukan kejahatan jalanan.
Kejahatan dan kriminalitas terjadi, lanjut Wayan, karena tekanan ekonomi pada rakyat bawah. "Nekat itu bajak taksi, pikirnya mobil bisa dijual, uangnya dipakai makan. Nggak sesederhana itu," katanya.
Bagi Wayan, kasus kejahatan juga menjadi tanggung jawab pemerintah. Polisi pun diminta menangani kasus dengan tidak bertindak represif.
"Tetap salah, nggak ada yang membenarkan tindakan ini. Tapi kenapa sebabnya, kita cari, kita perbaiki sebabnya, akibatnya sudah jelas salah. Ini ada kegagalan pemerintah menyejahterakan rakyat," tegasnya.
"Di balik ini semua pasti ada dorongan yang membuat dia seperti itu. Bagi saya ini adalah butuh perhatian khusus dari pemerintah. Kejadian di Surabaya, wali kota sekarang Pjs, kenapa bisa sampai terjadi seperti ini di kotamu? Terlepas dia pendatang atau warga asli Surabaya. Saya pertanyakan sekarang, kok bisa seperti ini? Berarti tingkat kesejahteraan di Surabaya belum merata, kriminalitas tinggi, jangan bilang kota ini aman," pungkas Wayan.
(esw/iwd)