Cerita Mahasiswa Surabaya Kapok Judi Online Setelah Tabungan Terkuras Habis

Cerita Mahasiswa Surabaya Kapok Judi Online Setelah Tabungan Terkuras Habis

Aprilia Devi - detikJatim
Jumat, 28 Jun 2024 06:30 WIB
Ilustrasi Judi Online
Ilustrasi judi online (Foto: Edi Wahyono/detikcom)
Surabaya -

Judi online akhir-akhir ini kian ramai dibahas, sebab dampaknya begitu membahayakan masyarakat. Pemerintah maupun pihak kepolisian pun kini tengah gencar melakukan pemberantasan judi online.

Apalagi, wilayah Jawa Timur ternyata masuk 4 besar provinsi dengan pengguna judi online terbanyak di Indonesia. Dengan rincian pelaku sebanyak 135.227 warga dan angka perputaran uang mencapai Rp 1,015 triliun.

Para pelaku judi online berasal dari berbagai kalangan, mulai dari pekerja, mahasiswa, bahkan para pelajar. Hal ini sungguh memprihatinkan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Alasan para pemain judi online ternyata beragam, salah satunya untuk memenuhi kepuasan pribadi dan ingin mendapatkan keuntungan dengan cara instan. Seperti yang diungkapkan seorang mahasiswa di Surabaya berinisial AR (20).

"Karena pingin menang terus. Paling banyak keluar uang Rp 2 juta sampai Rp 4 juta, terus kalau menang biasanya bisa dapat dua kali lipat, bisa Rp 4 juta sampai Rp 7 juta," ujar AR kepada detikJatim, Jumat (28/6/2024).

ADVERTISEMENT

AR pun sempat terbuai dengan uang yang diperoleh dari hasil judi. Tak tanggung-tanggung, ia rela mengorbankan seluruh uang tabungannya untuk dimasukkan ke berbagai situs judi online.

"Kalau main bisa pakai aplikasi, situs, kebanyakan dari situs. Biasanya uang hasil kerja, uang tabungan saya masukkan ke situs itu semuanya," katanya.

Aktivitas bermain judi online tersebut sudah dilakukannya selama kurang lebih dua tahun ke belakang, hingga tanpa disadari uang tabungannya kini terkuras habis. Ia pun mengaku sempat merasa stres hingga kapok bermain judi online.

"Pernah main di satu situs, sudah naruh deposit dengan nominal jutaan, lalu situsnya terblokir dan uang hangus. Waktu itu sempat stress karena kehilangan uang yang besar. Sebenarnya saya paham sebagai pemain gitu pasti ada yang di atasnya, istilahnya bandar. Nah bandar itu biasanya punya cara sendiri biar kita gak profit," tutur AR.

Usai tabungannya ludes, AR pun menyadari bahwa bermain judi online itu layaknya bom waktu. Lambat laun, ia pasti mengalami kerugian dalam jumlah besar.

"Sekarang saya lebih aware karena di judol itu mempertaruhkan uang yang harusnya bisa digunakan ke hal-hal lain. Saya juga berusaha menghindari lingkungan pertemanan yang masih main judi online, karena lingkungan ini sangat memengaruhi," ungkapnya.

Sementara itu, dengan maraknya aktivitas judi online, Pengamat Kajian Media dan Budaya Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya Radius Setiyawan meminta pemerintah harus lebih serius memberantas kasus judi online.

"Otak manusia sangat mungkin bisa diretas, akibatnya adalah tipu daya, karena imaji mendapat uang dengan mudah dan menjadi kaya raya dengan cara yang instan. Pada kasus ini, judi online bisa mengakibatkan konflik dan ketegangan dalam hubungan keluarga dan lingkungan sosial bahkan bisa berakhir pada kematian," kata Radius.

Radius juga mengingatkan, seharusnya pemerintah tidak hanya sebagai pengawas sosial, tetapi juga memiliki aksi nyata dalam meningkatkan literasi digital. Tentunya, agar masyarakat tidak mudah terperdaya dalam dunia digital yang berdampak pada kekacauan sosial.

"Di tengah kondisi banjir informasi seperti sekarang, masyarakat perlu berpikir reflektif. Artinya, tidak lagi melihat dunia dari sisi permukaan saja. Masyarakat harus menyadari ada dampak besar yang ditimbulkan seperti kehilangan produktivitas, terutama untuk kalangan usia muda, terjerat pinjol, perceraian dan konflik rumah tangga yang meningkat," pungkasnya.




(hil/hil)


Hide Ads