Kematian RKW (14) siswa kelas 1 SMPN 2 Kota Batu menjadi pukulan berat bagi Pemkot Batu. Langkah evaluasi dan penguatan pengawasan di lingkungan pendidikan harus dilakukan untuk mencegah peristiwa serupa terulang.
Seperti diketahui, RKW meninggal dunia saat menjalani perawatan di Rumah Sakit Hasta Brata Kota Batu pada Jumat (31/5) sekitar pukul 10.00 WIB. RKW meninggal karena mengalami retak pada tempurung kelapa hingga menyebabkan pendarahan dan penggumpalan darah di otak.
Sebelum meninggal, RKW sempat dikeroyok oleh teman-temannya pada Rabu (29/5) siang. Lima anak ditetapkan sebagai tersangka pengeroyokan. Mereka adalah AS (13), MI (15), KA (13), MA (13), KB (13).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada saat kejadian, KA diketahui menjemput korban dan mengambil video saat korban dipukuli. Sedangkan MI memukul dengan tangan kosong sebanyak tiga kali pada bagian kepala samping kiri dan belakang. Ia juga menendang sekali pada punggung korban.
Kemudian MA memukul dengan tangan kosong sebanyak dua kali pada bagian punggung, lalu menendang tiga kali di perut, paha, dan bokong serta menyeret korban. Lalu untuk AS dan KB meski tak ikut memukul, namun keduanya yang menyuruh memukul.
"Apa yang terjadi ini adalah pukulan berat buat kami pemerintah bersama dengan seluruh jajaran Forkopimda. Tentunya kita akan terus melakukan evaluasi baik di lingkungan sekolah maupun lingkungan keluarga," ujar Pj Wali Kota Batu Aries Agung Paewai, Minggu (2/6/2024).
Aries mengatakan agar persoalan serupa tidak terulang lagi, perlu peran serta masyarakat. Tidak bisa jika hanya bergantung pada Pemkot Batu saja. Sebab, ketika sudah berada di luar sekolah itu adalah tanggungjawab keluarga untuk mendidik dan mengawasi anak-anak.
"Ini bukan hanya beban pemerintah. Anak-anak dididik pagi sampai sore di lingkungan sekolah tanggung jawab pendidikan ada di kepala sekolah atau guru. Ketika mereka keluar dari sekolah itu tanggung jawab lingkungan dan keluarga," imbuh Aries.
Dari situ, Aries mengingatkan kepada seluruh orang tua untuk selalu mengawasi dan mendampingi anak selama berada di luar lingkungan sekolah. Dengan harapan, anak-anak tidak sampai terjerumus kepada pergaulan dan lingkungan yang buruk.
"Kami sebagai pemerintah tidak berhenti dan tidak bosan-bosannya mengingatkan bagaimana pendidikan akhlak, pendidikan karakter agar anak-anak kita ini pergaulannya disesuaikan dengan lingkungan dan bangsa kita yang santun dan beradab," tandasnya.
(dpe/iwd)