Kasus pelecehan pertama sangat mencengangkan, di mana seorang anak 13 tahun menjadi pelampiasan nafsu bejat 4 anggota keluarganya. Ayah dan dua pamannya tega mencabulinya. Sedangkan sang kakak kandung memerkosanya.
Kasus pelecehan kedua menimpa seorang anak berusia 4 tahun. Balita itu dicabuli oleh seorang kuli bangunan.
Kemudian ada kasus pelecehan yang melibatkan oknum TNI AL. Oknum tersebut diduga memerkosa seorang siswi SMK yang hendak mengambil beasiswa Surabaya Tangguh.
Sementara untuk kasus kekerasan dialami oleh anak berusia 9 tahun yang kerap disiksa ibu kandungnya sejak lama. Ketika membuat kesalahan, anak berinisial GEL itu dihukum dengan cara keji. Mulai disundut rokok, menyundut catokan rambut, disiram air panas, hingga disuruh kumur air mendidih.
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengatakan, pihaknya akan melakukan pendampingan kepada semua korban. Pemkot Surabaya berkomitmen untuk memperhatikan psikologis para korban.
"Terkait dengan kekerasan anak kita lakukan pendampingan oleh DP3A, kita dampingi psikologinya. Insyaallah bisa kembali terkait dengan kekuatan hati dan psikologi, pendampingan keluarga," kata Eri saat ditemui detikJatim di kediamannya, Rabu (24/1/2024).
Salah satu korban yang dicabuli 4 anggota keluarganya sebelumnya tinggal dalam 1 rumah bersama 11 orang. Setelah kasus terungkap, korban diungsikan di rusunawa dan sekarang sudah di shelter anak agar mendapatkan perlindungan yang lebih aman.
Eri akan melihat kondisi rumah yang ditinggali korban sebelum memutuskan untuk memulangkannya.
"Untuk rumah kita lihat dulu, kalau ibunya apakah tinggal dengan ibunya ditarik dengan ibunya. Ditarik ke DP3A (shelter anak)," ujarnya.
Dengan kejadian ini, ia meminta sosialisasi di setiap perkampungan lebih dimasifkan. Khususnya terkait dengan kekerasan anak dan perempuan.
"Kami sudah menyampaikan ke RT/RW untuk menjaga kampungnya masing-masing. Sulit juga kalau di dalam rumah, tempat yang tertutup dalam keluarga. Pembangunan tidak hanya fisik, tapi SDM. Termasuk SDM akhlakul karimah, pencegahan kekerasan anak dan perempuan. Pendampingan dilakukan sampai sekarang," jelasnya.
Selain mendampingi psikologi korban, juga menemani hingga berhasil dan menjadi anak yang membanggakan. Ia akan menyiapkan sekolah Bibit Unggul untuk para korban pelecehan dan kekerasan.
"Nanti akan ada Bibit Unggul, kalau sekarang namanya Sekolah Anak Negeri, nanti akan saya buat mess, dia akan tinggal di sana. Sekolah dibiayai sampai lulus. Nanti kita ambil anak-anak itu, kita masukkan asrama, kita akan kawal sampai mereka dewasa dan berhasil," pungkasnya.
(abq/dte)