Kasus pencabulan dan pemerkosaan yang dialami anak perempuan berusia 13 tahun di Surabaya jadi sorotan. Pasalnya, empat pelaku tak lain satu keluarga yakni ayah, kakak, dan dua paman korban.
Psikolog, Praktisi Perlindungan Perempuan dan Anak Jatim Riza Wahyuni menyebut ada beberapa penyebab anggota keluarga tega melakukan pelecehan seksual.
Pertama, pelaku memiliki pengetahuan yang sangat rendah. Mereka tidak memahami dan menganggap perilaku pelecehan seksual merupakan hal yang biasa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kedua, kaitan dengan psikologi terkait fantasi seksual. Fantasi seksual mereka yang dipengaruhi tontonan, medsos memengaruhi bagaimana berpikir tentang seksual. Ketiga, pengalihan kejenuhan mereka atau perilaku ingin tahu, kemudian mereka tampilkan kepada korban," jelas Riza kepada detikJatim, Selasa (23/1/2024).
"Keempat, yaitu karakter kepribadian ketika diperiksa lengkap. Beberapa pelaku ada tendensi pedofilnya, tendensi itu bisa terungkap dari hasil pemeriksaan psikologi," tambahnya.
Menurutnya, tendensi ini gejala dan tidak diselesaikan atau tersampaikan hasratnya. Kemudian ditambah dengan tontonan di medsos dan informasi lainnya yang menjadi trigger melakukan pengalihan fantasi seksual.
"Di mana yang menjadi korban itu anak atau korban yang terdekat dengan dia. Seperti ayah kandung kepada anaknya, kakak, pamannya," ujar praktisi psikolog klinis dan forensik Surabaya ini.
Riza menjelaskan bahwa korban rata-rata tidak berdaya, tidak memahami dan tidak mengetahui yang terjadi pada mereka adalah sebuah kejahatan. Ketakutan, kekhawatiran dan tidak berdaya itu kondisi psikologi korban.
Korban pun merasa takut ditinggalkan oleh orang sekitar. Kemudian memilih diam dan menerima perilaku itu.
"Semua yang melakukan tindakan kejahatan seksual tersebut, menyadari sebenarnya bahwa perilaku itu salah, tapi mereka tidak mampu mengontrol. Secara hukum ditanya apakah sadar atas perilaku itu," urainya.
(abq/iwd)