Kasus pelecehan seksual yang menimpa seorang mahasiswi yang juga Ketua BEM Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) di Universitas Negeri Surabaya (Unesa) mendapat perhatian serius dari kampus. Hari ini, pihak kampus menggelar sidang komisi etik.
Diketahui, mahasiswi berinisial DB ini mengaku menjadi korban pelecehan seksual oleh mahasiswa Teknik Informatika Unesa. Pihak kampus pun menggelar sidang etik untuk menentukan sanksi apa yang akan menjerat pelaku.
Sebelumnya, korban telah melaporkan kejadian ini ke Satuan Tugas Penanganan Kekerasan Seksual (Satgas PPKS). Sementara Ketua Satgas PPKS, Imam Pasu membenarkan adanya laporan pelecehan seksual yang dialami DB. Seluruh pihak yang terkait sudah dipanggil untuk memberikan keterangan terkait kejadian tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"(Korban) sudah melapor, dan kasus (pelecehan seksual) itu sudah kita tangani," kata Imam kepada detikJatim, Kamis (16/11/2023).
Imam mengatakan, hari ini pihak kampus melakukan sidang komisi etik terkait kasus pelecehan seksual ini. Sehingga, Satgas PPKS bisa menentukan sanksi untuk pelaku.
"Kamis (hari ini) sidang komisi etik terkait sanksi, tentu sudah dimintai keterangan semuanya, kalau sudah tahap kesimpulan dan rekomendasi," jelasnya.
Selain sanksi, Imam tidak bisa menjawab terkait kemungkinan drop out (DO) untuk pelaku ketika terbukti melakukan pelecehan seksual di lingkungan kampus.
"Kami komitmen penuh terkait kasus itu dan berpihak kepada korban. Kita tunggu sidang komisi etik dan penetapan dari rektor ya," pungkasnya.
Sebelumnya, kasus pelecehan ini sempat viral usai korban berani mengungkapkannya di Instagram pribadinya. DB menjelaskan kronologi kejadian pada saat Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB).
"It's time to speak up. Pada 20 Agustus 2023, saya mengalami pelecehan seksual yang dilakukan oleh salah satu mahasiswa Teknik Informatika angkatan 2020 di depan gedung rektorat saat mengawasi Mahasiswa Baru 2023 simulasi PKKMB 2023," ujar DB pada akun Instagramnya yang dilihat detikJatim, Kamis (16/11/2023).
Kronologinya, saat itu ia sedang bersama beberapa Ketua BEM fakultas di dekat lapangan sambil memantau mahasiswa baru dari masing-masing fakultas. Kemudian, pelaku datang dengan segerombol mahasiswa teknik dan menyapa semua orang, kecuali DB. Pelaku hanya menatap DB.
"Kemudian, beliau membalikkan diri, menghadap ke lapangan dan menempelkan seluruh tubuhnya ke tubuh saya, menyender dan bertumpu kepada saya. Saya terjepit dan seluruh tubuh saya mengenai tubuh pelaku," bebernya.
"Saya mencoba untuk menggeser tubuh saya, namun kesulitan karena beliau bertubuh besar. Saya mencoba untuk mendorong beliau tetapi juga tidak bisa. Sampai pada akhirnya beliau berdiri tegak dan menertawakan saya, beliau mengatakan 'oh ada orang di sini?'," lanjut DB.
Setelahnya, DB hanya bisa diam. Karena tidak ada yang membantunya, menenangkan atau membelanya saat itu. Justru, ada yang menertawakan dan menganggap itu hanya candaan.
DB pun langsung meninggalkan lokasi, lalu menghampiri teman-temanya dan menceritakan kejadian yang dialaminya sambil menangis.
Usai mendapat pelecehan seksual, DB mengalami trauma mendalam. Ia mengaku takut untuk datang ke kampus, bahkan ia harus menjalani perawatan ke psikolog atau psikatri.
(hil/dte)