Publik dibuat tak habis pikir dengan aksi Susanto si dokter gadungan. Sebab, penyamarannya menjadi dokter gadungan selama bertahun-tahun di beberapa daerah terbilang hampir mulus.
Betapa tidak, pria berusia 48 tahun dan hanya tamatan SMA ini bisa bekerja sebagai dokter di klinik milik PHC. Bahkan, ia juga sempat menjadi kepala puskesmas hingga kepala UPTD.
Publik tentu dibuat bertanya-tanya bagaimana proses rekrutmen hingga akhirnya Susanto bisa bekerja dan menerima upah jutaan rupiah. Termasuk, aksinya melakukan praktik kepada para pasien, meski hanya menjabat sebagai Dokter First Aid.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kasintel Kejari Tanjung Perak Surabaya Jemmy Sandra menyebut, ada hikmah yang bisa dipetik dari kasus Susanto dokter gadungan ini.
Jemmy mewanti-wanti seluruh rumah sakit dan pengusaha di bidang kesehatan untuk mengantisipasi hal tersebut. Supaya, tak kecolongan lagi di kemudian hari.
"Kepada rumah sakit-rumah sakit atau Dinkes, agar lebih hati-hati dalam melakukan rekrutmen, termasuk dokter. Karena modusnya sekarang dengan kemajuan dan kecanggihan banyak sekali modus-modus untuk mengambil keuntungan sendiri," kata Jemmy saat dikonfirmasi detikJatim, Kamis (14/9/2023).
Menurutnya, imbauan itu tak hanya berlaku bagi manajemen rumah sakit dan tenaga medis saja. Namun, juga untuk seluruh masyarakat.
"Kepada seluruh rakyat Surabaya dan Indonesia juga, harap berhati-hati," ujarnya.
Jemmy lantas meminta publik berhati-hati dan bijak dalam bermain media sosial. Ia berpesan, agar publik tak asal memposting data pribadi yang dinilai rawan disalahgunakan, mulai dari KTP, ijazah, sampai sertifikasi sekalipun.
"Bijaklah dalam bermedsos. Karena di akun FB atau media sosial lainnya, mulai dari ijazah, KTP, dan lain-lain tolong dijaga data pribadinya. Seperti contoh punya dr Anggi Yurikno, di-upload semua, lalu diambil dan di-scan ulang oleh yang bersangkutan (Susanto). Lalu, dikirim online ke loker PHC dan diklaim itu adalah data miliknya," tuturnya.
Sebelumnya, Susanto yang hanya lulusan SMA melamar sebagai dokter di PT PHC. Susanto tak melamar dengan ijazah palsu, namun ia menggunakan data-data dan ijazah milik dr Anggi Yurikno.
Data tersebut hanya discan ulang dan foto asli diganti dengan fotonya. Susanto pun lolos dalam seleksi dokter hingga bekerja sebagai dokter di klinik OHIH selama 2 tahun. Selain menjadi dokter di klinik, ia juga pernah menjadi kepala puskesmas.
(hil/dte)