Subayo baru saja tiba di stan dagang ayam potong miliknya yang berada di Pasar Taman, Sidoarjo malam itu. Tak lama, pria yang sering dipanggil Subak itu kemudian adu mulut dengan istrinya, Amalia Qorri
Subak berang karena istrinya ternyata masih kerap memberi utangan kepada pelanggannya. Subak khawatir pelanggan yang berutang tak kunjung melunasi sehingga berpengaruh pada modal dagang.
"Duit cumpon ojo diutang-utango nggarai utang akeh ae suwi-suwi gak dipercoyo ambek juragan (uang cuma sedikit jangan diutang-utangkan nanti utangnya tambah banyak lama kelamaan tak dipercaya juragan)," kata Subak dengan nada marah.
"Engko lak mbalik, yah. Wong langganan (nanti juga kembali, yah. Orang langganan)," jawab Amalia menjawab perkataan suaminya.
Mendengar bantahan itu, tangan Subak langsung menoyor kepala istrinya. Perlakuan Subak ini ternyata membuat istrinya marah.
"Ojo ngunu, yah. Isin iki nang pasar (jangan begitu, yah. Malu ini di pasar)," ujar Amalia kepada Subak.
Cekcok antara Subak dan istrinya ini ternyata sejak awal diam-diam diperhatikan Mariyono, seorang tukang becak yang biasa mangkal di pasar. Ia lalu mengingatkan dengan ancaman agar Subak berhenti bertengkar karena hanya bikin gaduh saja.
"Kon iki ojo tukaran nang pasar ae, kon iku wong anyar tukaran ae, nek gak iso mandeg tak kepruk kon (kamu itu jangan bertengkar di pasar, kamu itu orang baru kok bertengkar saja, kalau gak bisa berhenti tak pecahkan kepalamu)," hardik Mariyono.
Subak yang mendapat peringatan dari Mariyono lalu meminta agar diam saja tak usah cawe-cawe ikut campur urusan dagangnya.
"Ojo melok-melok, iki urusan dagang (jangan ikut-ikut, ini urusan dagang)," tegas Subak kepada Mariyono.
Selanjutnya. Subak tebas leher Mariyono dengan pisau pemotong daging ayam hingga tewas.
(abq/iwd)