Sederet Momen Samanhudi Bertemu Santoso di Sidang

Sederet Momen Samanhudi Bertemu Santoso di Sidang

Hilda Meilisa Rinanda - detikJatim
Rabu, 09 Agu 2023 10:22 WIB
Samanhudi dan Santoso saat berpelukan usai bertemu dalam sidang perampokan eks rumah dinas Wali Kota Blitar
Samanhudi dan Santoso berpelukan usai sidang di PN Surabaya (Foto: Praditya Fauzi Rahman/detikJatim)
Surabaya -

Momen pertemuan eks Wali Kota Blitar Samanhudi dengan Wali Kota Blitar Santoso dalam sidang perampokan rumah dinas berlangsung dramatis. Ini merupakan momen pertama kali keduanya bertemu secara langsung usai kasus perampokan yang diotaki Samanhudi.

Pertemuan ini terjadi di Ruang Cakra Pengadilan Negeri (PN) Surabaya. Samanhudi tak hentinya menatap mantan wakilnya tersebut dengan sorot mata yang tajam. Namun, pertemuan ini berakhir dengan gelak tawa dan pelukan.

Diketahui, kasus yang menjerat mantan Wali Kota Blitar, Samanhudi ini sungguh di luar nalar. Ia ditangkap polisi diduga menjadi otak kasus perampokan rumah dinas Wali Kota Blitar Santoso.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Samanhudi mengenal para pelaku saat ia dipenjara karena kasus korupsi yang menjeratnya. Ia mengaku sakit hati karena aksinya dilaporkan Santoso hingga memberi bocoran pada residivis penjahat untuk melakukan aksi perampokan rumah dinas.

Berikut sederet fakta soal sidang perampokan rumah dinas:

ADVERTISEMENT

1. Samanhudi Tatap Santoso dengan Tajam

Santoso datang dengan pengawalan ketat 3 orang berbadan kekar menuju Ruang Sidang Cakra, PN Surabaya. Sorot mata Samanhudi begitu tajam sembari mendengarkan dengan saksama saat Santoso memberikan keterangan.

Samanhudi duduk bersama kuasa hukumnya. Sementara Santoso menjadi saksi. Samanhudi tak sedikit pun melepaskan tatapan tajamnya pada Santoso. Sesekali, Samanhudi terlihat menggelengkan kepala, seolah tak setuju dengan keterangan mantan wakilnya itu.

Ketika ketua tim majelis hakim, jaksa, dan pengacara bertanya secara bergantian, Samanhudi tak henti-hentinya memandangi Santoso yang tengah bersaksi. Sesekali, ia tersenyum dan matanya tetap menyorot tajam kepada Santoso.

2. Sempat Dikira Gempa Bumi

Dalam keterangannya, Santoso mengatakan, peristiwa perampokan itu terjadi pada 12 Desember 2022 di Kamar Rumah Dinas Wali Kota Blitar. Kejadian ini berlangsung sekitar pukul 03.00 WIB. Ia sempat mengira ini gempa bumi.

"Jam 02.00 WIB baru bisa tidur, istri jam 03.00 WIB habis solat malam (tahajud). Salat belum selesai tiba-tiba pintu sisi timur didobrak. Istri takut dan saya dibangunkan," kata Santoso saat memberikan keterangan sebagai saksi korban dalam sidang, Selasa (8/8/2023).

Dalam posisi setengah sadar, ia mengira kejadian itu hanya getaran lindu atau gempa saja. Namun, saat dikroscek, betapa terkejutnya Santoso lantaran perampok sudah mendobrak pintu timur kamarnya dan masuk ke ruangan.

3. Detik-detik Perampokan

Ia mengaku sempat mengunci pintu kamarnya. Namun, masih saja berhasil didobrak. "Saya berada di kamar langsung disergap diminta tiarap, ada 2 orang yang 1 menyergap istri. Saya diminta tertelungkup di lantai, tangan mulut dilakban, lalu tangan kaki diikat ke belakang," ujarnya.

Santoso lalu diminta menunjukkan brankas. Kepada para perampok, Santoso mengaku tak punya brankas. Perampok lantas mengancam akan menelanjangi istri Santoso.

"Saya memang tidak punya brankas kecuali tas kecil yang saya simpan di lemari pakaian dan tidak dikunci. Lalu uang itu diambil, saya tidak tahu siapa yang ngambil karena saya telungkup di lantai. Lalu diacak-acak diambil uang dan barang-barang lainnya," tuturnya.

Selain uang dalam almari, Santoso mengaku jam tangan, kacamata, hingga beberapa perhiasan milik istrinya raib. Ia menyebut, total kerugian sekitar Rp 400 juta.

Santoso bantah khianati hingga laporkan Samanhudi ke KPK, baca di halaman selanjutnya!

4. Santoso Beber Kedekatannya dengan Samanhudi

Santoso blak-blakan mengenai hubungan politiknya dengan M Samanhudi Anwar. Santoso mengaku lupa kapan dan di mana pertama kali bertemu Samnhudi. Dia hanya menjelaskan posisi politiknya sebagai orang nomor dua di bawah Samanhudi berlangsung sejak di DPRD Blitar.

"Kenalan dengan terdakwa sejak saya menjadi sekwan dan beliau menjadi Ketua DRPD," beber Santoso.

Santoso mengaku ada beberapa kenangan antara dirinya dengan Samanhudi selama berkiprah di politik. Namun, ia tak menjelaskan secara detail lantaran tak berkaitan dengan kasus yang dialami.

"Saya sebagai pembantu di dewan dan sejak di sekda, lalu wakil wali kota hingga terakhir saat ini (wali kota). Saya mendampingi beliau selama 2 tahun. Sebelumnya saya adalah wakil wali kota Blitar, lalu menjadi wali kota sampai dengan sekarang," imbuh dia.

5. Santoso Kaget Samanhudi Terlibat Aksi Perampokan

Santoso mengungkapkan, dirinya tak menaruh curiga kepada orang-orang di sekelilingnya terkait perampokan yang menyasar rumah dinasnya. Termasuk kepada Samanhudi. Ia pun kaget.

"Saya tidak tahu kalau ada kaitan dengan terdakwa (Samanhudi) dengan peristiwa itu. Kalau sekarang dengan terkuaknya peristiwa ini akhirnya saya tahu, kalau awalnya menduga pun tidak," katanya.

Santoso mengaku hubungan dengan Samanhudi masih ia jaga. Bahkan, ia tetap menghormati dan memandang Samanhudi sebagai pimpinannya.

"Saya secara pribadi tetap menghormati. Apapun bentuknya, beliau atasan saya. Balas dendam sakit hati terdakwa itu saja saya tahu saat melihat Youtube dengan orasi yang beliau sampaikan. Di youtube seingat saya ada kata-kata akan balas dendam," ungkapnya.

Mendengar keterangan Santoso, Samanhudi cuma tersenyum. Namun, sorot matanya tajam menatap Santoso.

6. Santoso Bantah Laporkan-Khianati Samanhudi

Santoso membantah telah melaporkan Samanhudi ke KPK. Ia mengaku mengetahui isu itu saat melihat konten YouTube berisi orasi balas dendam Samanhudi kepadanya. Dia membantah melaporkan Samanhudi ke KPK.

"Kedatangan KPK saya tidak tahu. Saat KPK datang saya tidak tahu. Pada saat ketemu KPK itu saat kami dipanggil dimintai keterangan. Tapi, waktu KPK datang dan apa tujuannya saya tidak tahu. Tidak benar isu melaporkan terdakwa ke KPK," tuturnya.

Ia juga membantah mengkhianati Samanhudi di Pilkada 2021. Saat itu, Samanhudi yang berada di Rutan Medaeng usai ditahan karena kasus korupsi, ingin menjadikan anaknya sebagai Wali Kota Blitar.

Ketika mendekati pelaksanaan Pilkada 2021, Santoso mengaku didatangi putra Samanhudi yang memintanya untuk menjadi calon wakil wali kota. Santoso mengaku namanya sudah didaftarkan ke DPC PDIP Kota Blitar sebagai calon wakil wali kota. Namun, ternyata DPP PDIP justru merekom Santoso sebagai calon wali kota Blitar, bukan wakil.

"Sudah didaftarkan di DPC. Setelah itu rekomendasi dari DPP saya yang ditunjuk jadi Calon Wali Kota Blitar, putranya tidak dapat rekomendasi," ujarnya.

Dari sana lah, Santoso mengaku sudah tidak berkomunikasi lagi dengan Samanhudi dan keluarganya. "Putranya dari Partai Gerindra, setelah rekomendasi turun tidak ada komunikasi lagi dengan anak terdakwa," imbuh dia.

7. Sidang Berakhir dengan Pelukan

Usai sidang, keduanya diminta untuk bersalaman oleh hakim. Permintaan hakim ini dilakukan oleh dua pria yang dulunya kompak menjadi wali kota dan wakilnya dalam memimpin Kota Blitar.

"Monggo (silakan) berjabat tangan, mau berpelukan juga boleh. Tapi, kalau memang tidak mau ya tidak apa-apa," kata Ketua Majelis Hakim PN Surabaya Abu Achmad Sidqi Amsya usai sidang, Selasa (8/8/2023).

Keduanya pun langsung berjabat tangan. Setelah itu, tangan Samanhudi dan Santoso saling merengkuh. Mereka berpelukan hangat.

Selanjutnya, keduanya saling bertatapan, saling senyum dan tertawa singkat selama beberapa detik. Lalu, Samanhudi kembali duduk, sedangkan Santoso meninggalkan lokasi sidang.

Halaman 2 dari 2
(hil/fat)


Hide Ads