Seorang ibu, HK (31), warga Kelurahan Bintoro, Patrang, Jember ditemukan tewas diduga gantung diri di dalam rumahnya, Sabtu (17/6) dini hari sekitar pukul 01.00 WIB. Jenazah perempuan itu ditemukan bersamaan jenazah kedua anaknya LA (7) dan AVS (8) di atas kasur di dalam kamar.
Praktisi Psikolog Klinis dan Forensik Surabaya Riza Wahyuni Spsi MSi menyebutkan bahwa belum bisa diketahui pasti latar belakang apa yang membuat HK melakukan hal itu. Karena hingga saat ini belum ada yang bisa dimintai keterangan.
"Kita nggak tahu dia punya problem misalnya pospartum depression. Ada seorang perempuan pasca melahirkan, entah kondisi ekonomi, apakah KDRT. Ketika punya anak tapi tidak mampu mengatasi emosinya, maka yang jadi korban anak-anak," kata Riza saat dihubungi detikJatim, Minggu (18/6/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berbagai kemungkinan bisa menjadi faktor yang menyebabkan peristiwa pilu itu terjadi. Namun dia belum bisa mengungkapkan apa faktornya yang pasti. Riza hanya menyebutkan bahwa ibu itu bisa jadi dalam kondisi gangguan jiwa.
"Kalau ada bisikan, halusinasi. Tapi harus dilakukan pemeriksaan yang lebih lengkap," ujarnya.
Psikolog sekaligus Praktisi Perlindungan Perempuan dan Anak Jatim itu menjelaskan bahwa seseorang tidak pernah bisa mengetahui kondisi persis bagaimana psikologi orang lain. Apalagi yang mengalami skizofrenia atau ada halusinasi.
Bisa juga ibu yang gantung diri itu mengalami pospartum depression pasca-persalinan atau permasalahan yang tidak pernah terselesaikan hingga di satu titik yang bersangkutan nekat melakukan hal di luar nalar.
Dia hanya bisa memberikan saran bila seorang ibu merasa memiliki masalah kesehatan mental seperti emosi, tidak mampu mengontrol diri, kelelahan berlebih, merasa tidak berdaya dan sebagainya bila memang perlu diminta datang ke profesional, salah satunya ke psikolog.
"Susah tidur, kebingungan, tatapan kosong, gelisah, emosi tidak terkontrol, kelelahan luar biasa, itu butuh pertolongan profesional. Kalau punya ciri-ciri itu datang ke profesional. Datang ke psikolog, psikiater. Tidak perlu malu. Itu bukan gila, justru supaya hal-hal yang tidak diinginkan tidak sampai terjadi," katanya.
(dpe/iwd)