Polisi telah mengamankan 10 anak di bawah umur yang merupakan anggota gangster pengeroyok remaja hingga tewas di Sidoarjo. Sebelumnya, jenazah remaja tersebut ditemukan tewas bersimbah darah di tanah lapang Desa Sepande, Candi, Sidoarjo.
Polisi menangkap mereka beserta barang bukti senjata tajam. Peristiwa pengeroyokan itu terjadi di Desa Sepande, Candi, Sidoarjo pada Senin (22/5) dini hari sekitar pukul 03.00 WIB.
Akibat pengeroyokan itu, korban bernama M Daudi Ardyansah (19) warga Wonoayu, Sidoarjo ditemukan tewas bersimbah darah. Berikut 7 fakta sadis pengeroyokan remaja hingga tewas oleh gangster di Sidoarjo:
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. 10 Pelaku Merupakan Anak di Bawah Umur
Kapolresta Sidoarjo Kombes Kusumo Wahyu Bintaro mengklaim bahwa pelaku pengeroyokan di Desa Sepande Kecamatan, Candi, Sidoarjo berhasil ditangkap kurang dari 24 jam.
"Seluruh pelaku yang berjumlah 10 orang ini merupakan anak di bawah umur," kata Kusumo di Mapolresta Sidoarjo, Senin (24/5/2023).
2. Pelaku Merupakan Anggota Gangster
Para terduga pelaku yang telah ditangkap yakni MAP (16) dan ASR (15) warga Candi Sidoarjo, AM (17) warga Pucanganom, Sidoarjo, PMSRW (15) warga Banjarpoh Sidoarjo, dan RAIP (17) warga Magersari, Sidoarjo.
Selain itu juga MFMP (17) warga Banjarbendo, Sidoarjo, KRPW (16) warga Sidoklumpul Sidoarjo, RYEY (16) warga Kendal Pecabean, Candi, Sidoarjo, serta MPAP (17) dan DM (15) warga Pucanganom, Sidoarjo.
Para pelaku berjumlah 10 orang itu diketahui merupakan anggota gangster. Kusumo mengatakan, para pelaku ini diketahui merupakan anggota dari gangster bernama RGS 21 Surabaya.
"Jadi, 10 pelaku ini merupakan anggota kelompok RGS 21 Surabaya," imbuhnya.
3. Diawali Tawuran
Kusumo menjelaskan, berdasarkan hasil pemeriksaan pada para saksi dan pelaku, peristiwa pengeroyokan itu diawali tawuran melibatkan remaja dari 4 kelompok gangster.
Mulanya, tawuran itu dipicu tantangan dari salah satu gangster hingga akhirnya puluhan remaja dari 3 gangster lainnya sepakat untuk bertemu di sekitar lokasi jenazah korban ditemukan.
"Bermula dari tantangan tawuran kelompok Sidoarjo Brawl melalui Instagram @sidoarjobrawl_ kepada kelompok RGS 21 Surabaya. Kemudian tantangan itu diteruskan kepada kelompok Remaja 21 Komplek dan kelompok T3Heroes," ujar Kusumo.
Setelah mendapat tantangan itu remaja anggota 3 gangster lainnya, yakni RGS 21 Surabaya, Remaja 21 Komplek, dan T3heroes berkumpul di Tropodo Waru. Kusumo mengatakan, para remaja anggota gangster ini sempat bergeser di kawasan Maspion Buduran. Tapi di lokasi itu kelompok Sidoarjo Brawl tidak ada.
Gerombolan remaja gangster ini terus melakukan konvoi, hingga akhirnya pada Senin dini hari pukul 03.00 WIB mereka terlibat tawuran di Desa Sepande depan Greens Mart.
Korban dikeroyok hingga tewas bersimbah darah, baca di halaman selanjutnya!
4. Korban Dikeroyok Lawannya
Kusumo juga mengungkapkan, korban diketahui merupakan anggota salah satu gangster. Korban bahkan tergabung dalam gangster yang melayangkan tantangan tawuran.
"Korban adalah anggota kelompok Sidoarjo Brawl. Kelompok pelaku berjumlah 40 remaja, sedangkan kelompok korban hanya 15 orang. Kelompok korban melarikan diri naik sepeda motor, sedangkan korban berlari hingga dimassa oleh pelaku," ujarnya.
5. Modus Sadis Para Gangster
Modusnya, para pelaku secara bersama-sama melakukan kekerasan kepada korban dengan cara memukul dengan tangan kosong, memakai alat berupa stik golf, kayu, serta senjata tajam hingga korban meninggal.
Tidak hanya menangkap para terduga pelaku, polisi juga telah mengamankan sejumlah barang bukti. Yakni 4 bilah senjata tajam jenis clurit, sebilah pedang, serta sebilah golok.
"Meski para pelaku ini masih di bawah umur semua, kami akan tetap menjerat mereka dengan pasal berlapis. Baik pasal 170 ayat (2) ke 3e KUHP, pasal 351 ayat (3) KUHP juncto pasal 55 KUHP dan pasal 2 ayat (1) UU darurat No 12 tahun 1951 dengan ancaman hukuman 12 tahun penjara," jelasnya.
6. Hasil Autopsi Korban
Kusumo mengatakan bahwa proses autopsi di RS Bhayangkara Pusdik Porong telah dilakukan terhadap jenazah korban. Autopsi itu terbagi menjadi pemeriksaan luar dan dalam.
Dari hasil resume pemeriksaan luar atau pada tubuh jenazah korban ditemukan adanya luka iris pada punggung tangan kiri dan pada tungkai bawah kanan dan kiri.
Selain itu, pada tubuh korban juga ditemukan luka bacok pada bagian pinggang kiri, tungkai bawah kiri, bokong kiri, dan tungkai atas kiri sisi belakang.
Sementara dari pemeriksaan dalam pada bagian organ korban ditemukan adanya pelebaran pembuluh darah dan bintik pendarahan pada otak, serta bau spesifik pada cairan lambung.
Tidak hanya itu, ditemukan pula resapan darah pada otot paha kiri serta luka iris pada pembuluh nadi utama yang berada pada tungkai kaki atas sebelah kiri.
Kusumo mengatakan dari hasil autopsi itu disimpulkan bahwa korban meninggal akibat kekerasan senjata tajam pada paha kiri yang merobek pembuluh nadi utama tungkai kiri sehingga terjadi pendarahan.
7. Ibu Korban Alami Kesedihan Mendalam
Sri Wayati, ibu korban histeris saat mendengar kabar anaknya tewas jadi korban pengeroyokan. Sebelum pergi di malam terakhir itu, kata Sri, anaknya berpamitan akan mengikuti pagelaran banjari pada Minggu (21/5) malam di Porong. Kemudian korban pulang ke rumah pada Senin sekitar pukul 24.15 WIB.
"Selesai mengikuti banjari, Daudi dijemput oleh beberapa temannya. Waktu itu dia tidak berpamitan mau ke mana. Kemudian Senin (23/5) pagi kami sekeluarga mendapat informasi dari perangkat Desa Wonoayu bahwa Daudi meninggal menjadi korban pengeroyokan," kata Sri kepada wartawan di rumah duka, Selasa (23/5/2023).
"Pada saat mendapatkan kabar duka tersebut kami hampir tidak percaya, kemudian kami mengecek di kamar mayat RSUD. Alangkah terkejutnya, bahkan saya sempat pingsan," kata Sri.
Sri bercerita saat korban masih hidup, dia merupakan anak yang paling manja kepada orang tuanya, terutama ke ibunya. Dua hari sebelum korban meninggal, saat akan berangkat kerja, korban minta disuapin saat makan pagi. Selain itu ada beberapa tingkah laku yang aneh yang dirasakan Sri terhadap anaknya sebelum meninggal.
"Dua hari sebelum kejadian yang menyedihkan ini, dia minta tidur di pangkuan saya. Saya sempat menangis, ketika saya tanya, ada apa nak, dia malah menutupi mulut saya dengan tangannya," jelas Sri.
"Tapi dari diri saya sendiri tidak ada firasat apa-apa. Sebenarnya banyak keanehan dari tingkah laku Daudi, tapi saya lupa belum bisa cerita banyak, saya masih syok," tandas Sri.