"Pak Mukono sudah melangkah dan menurut saya mencari keadilan keluarga itu juga sesuatu hal yang baik," kata Bupati Mochamad Nur Arifin saat berkunjung ke rumah keluarga MA di Kelurahan Surodakan, Rabu (29/3/2023)
Di rumah keluarga korban Muhammad Arif Okta Ramadan (MA), Arifin menyampaikan belasungkawa. Pihaknya berharap korban diterima di sisi Tuhan Yang Maha Esa dan keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan.
"Kita saling mendoakan dan saling menguatkan," ujarnya.
Dia menjelaskan terkait kejadian tewas si bayi, pihaknya belum berani memastikan penyebabnya, apakah berkaitan dengan imunisasi langsung atau tidak. Saat ini dinkes trenggalek masih melakukan proses investigasi.
"Yang di imunisasi bukan satu orang saja, makanya dengan adanya investigasi nantinya, semoga bisa semakin membuka apakah sebenarnya penyebab kejadian ini. Apakah benar karena akibat imunisasi atau karena (Faktor) yang lain," ujarnya.
Pihaknya enggan berkomentar banyak terkait insiden yang menewaskan korban. Sebab, bukan kompetensinya secara langsung. Pihaknya menyerahkan proses investigasi kepada dinas kesehatan.
"Kalau urusan medisnya saya tidak mengerti, biar hasil investigasinya nanti seperti apa," imbuhnya.
Sementara kakek korban, Sugeng Prayitno (47) mengaku tetap membawa kasus kematian cucunya ke jalur hukum. Dengan proses itu penyebab kematiannya bisa diketahui secara pasti.
"Agar terungkap sebetulnya kematiannya karena apa," kata Sugeng.
Sugeng mengaku awal kecurigaan kejanggalan kematian si bayi MA, saat jenazah dibawa pulang ke rumah duka. Saat itu kondisi beberapa bagian tubuh korban terlihat adanya bercak hitam.
"Itu banyak bercak-bercak hitam di lengan, pinggang kanan kiri, yang disinyalir itu karena kesalahan obat atau suntikan. Makanya kita minta kejelasan pihak terkait untuk melaporkan ini," jelasnya.
Kasus kematian bayi dari pasangan Mukono (46) dan Adelia (17) bermula saat yang bersangkutan mengikuti kegiatan posyandu di Desa Gembleb, Kecamatan Pogalan pada 21 Maret lalu. Saat itu MA menerima tiga jenis imunisasi.
Pascaimunisasi, korban mengalami demam tinggi dan sempat diberikan obat penurun panas oleh bidan desa setempat. Namun selama 2 hari kondisinya tidak kunjung membaik, hingga akhirnya korban dilarikan ke puskemas dan dirujuk ke RSUD dr Soedomo Trenggalek. Setelah menjalani perawatan selama sehari semalam korban meninggal dunia, Jumat (24/3/3024).
(dpe/fat)