Cerita Ofisial Persebaya Selamat dari Amuk Aremania yang Rusak Mobil Patwal

Cerita Ofisial Persebaya Selamat dari Amuk Aremania yang Rusak Mobil Patwal

Amir Baihaqi - detikJatim
Selasa, 14 Feb 2023 21:30 WIB
Tragedi Kanjuruhan
Truk dan sedan patwal yang dibakar massa suporter (Foto: Dok. detikJatim)
Surabaya - Roy Ardiles, salah satu ofisial Persebaya menceritakan detik-detik selamat dari amukan massa Aremania saat menumpang kendaraan patroli dan pengawal (patwal) polisi. Kesaksiannya itu disampaikan dalam sidang Tragedi Kanjuruhan di ruang Cakra, Pengadilan Negeri (PN) Surabaya.

Roy dihadirkan dalam sidang Tragedi Kanjuruhan dalam agenda mendengar keterangan saksi bersama Manajer Persebaya Yahya Alkatiri, Selasa (14/2). Roy merupakan ofisial tim media Persebaya yang turut serta saat tandang ke Stadion Kanjuruhan.

Menurut Roy, atmosfer laga antara Arema FC vs Persebaya memang berlangsung panas setelah kalah 2-3. Bahkan sebelum peluit ditiupkan wasit, ofisial yang ada bench sudah masuk ke ruang ganti karena adanya lemparan dan cacian dari Aremania.

"Sebelum peluit panjang pun staf pelatih, head coach, medis berapa mulai masuk. Setelah itu Kapten Persebaya (Alwi Slamat) berdoa bentar terus masuk, itu terakhir. Masuk lewat tunnel (lorong stadion) itu udah ramai chant (nyanyian), lemparan," kata Roy menjawab pertanyaan kondisi saat itu dari penasihat hukum terdakwa.

Setelah masuk, lanjut Roy, sebenarnya dirinya bersiap untuk menemani Pelatih Persebaya Aji Santoso jumpa pers. Namun jumpa pers belum dilaksanakan, keburu ada pemberitahuan dari perangkat pertandingan untuk segera evakuasi dan Persebaya hanya punya waktu 5 menit.

"Dalam setiap pertandingan kita harus official prescon after match (jumpa pers setelah pertandingan). Pas keluar sudah ada teriakan evakuasi. Saya ngawal head coach (Aji Santoso) mau presscon nggak bisa. Saya bilang situasi nggak memungkinkan," terang Roy.

Dengan persiapan hanya 5 menit, seluruh ofisial dan pemain Persebaya langsung memasuki kendaraan taktis (rantis) barracuda. Roy pun mengaku sempat memastikan tak ada yang ketinggalan.

Setelah itu, ia naik kendaraan patwal yang berada di depan iring-iringan barracuda. Di dalam kendaraan itu, ia kemudian hendak mengirim file-file pekerjaannya sebagai tim media. Namun, ia mengaku tak fokus karena kendaraan mendapat halangan.

"Patwal ada dua, pertama dan kedua. Setelah itu masih kirim file dan lain-lain menyelesaikan kerjaan. Beberapa saat ada motor-motor pasukan itu siap-siap kita jalan. Setelah itu saya sudah hilang fokus karena bingung kerjaan," tutur Roy.

Roy mengaku tak fokus karena beberapa kali sedan patwal yang ditumpangi harus terhenti. Menurutnya, saat itu kondisi masih normal. Namun tak lama, situasinya berubah karena massa Aremania mulai melempar benda-benda keras dan menyerang ke iring-iringan patwal dan rantis.

"Kanan-kiri saya lihat, di kanan-kiri masih santai, suporter (Aremania) pulang. Lama-lama nggak tahu jam berapa, barikade kanan-kiri didorong (dijepitkan ke kendaraan patwal pertama). Mobil kita masih jalan. Driver saya, bapak patwal kedua itu turun membantu bapak-bapak polisi yang pakai ponco hijau atau kuning menenangkan 'gini-gini' setelah itu 'sudah-sudah'. Terus ada helm melayang kena kepala yang nyetir patwal saya," jelasnya.

Sejak saat itu lah, serangan Aremania semakin brutal. Bahkan, sebuah barikade besi dilemparkan ke sedan patwal yang pertama. Ia pun mengaku ketakutan dengan situasi tersebut.

"Kanan-kiri semakin lama semakin ramai. Saya konsen kerjaan. Di depan jalan bentar barikade terbang-terbang. Massa semakin ramai. Patwal pertama sudah mulai dilempari. Saya mikir kok serem," tutur Roy.

Setelah menyerang mobil patwal pertama, massa kemudian mulai menyerang patwal kedua yang ditumpangi Roy. Namun ia masih belum menyadari dan masih mengirim file-file pekerjaannya dari dalam mobil. Ia baru tersadar serangan itu membahayakannya saat pintu mobil yang ditumpangi tak bisa dibuka karena terhalang barikade yang didorong massa.

"Saya ada di patwal. Jadi patwal pertama dilempari. Setelah itu kedua. Saya masih di dalam berusaha kirim kerjaan. Semakin banyak lemparan. Barikade kanan kiri udah mepet-mepet saya gak bisa keluar. Saya cuma ngeluarin action cam (kamera)," jelasnya.

Beruntung, saat itu ada orang dengan badan besar berupaya menyingkirkan barikade dan sambil memerintahkan untuk keluar. Saat di luar matanya sudah perih dan lantas menuju ke petugas untuk minta diselamatkan..

"Ada orang badan besar satu orang, barikade depan dibuangin. Sopir (patwal) saya, keluar driver-nya itu. Saya cuma lihat orang di luar udah nunjuk-nunjuk. Saya cuma dengar 'keluar keluar keluar'. Saya keluar di luar udah perih gitu aja sih. Saya lihat (petugas) baju hijau saya samperin, saya bilang 'saya ofisial minta diselamatkan'. Pas saya berusaha lari, patwal saya udah hancur," tandas Roy.


(abq/dte)


Hide Ads