Sidang pemeriksaan saksi Tragedi Kanjuruhan masih bergulir. Kali ini, sidang menghadirkan saksi Ketua Asosiasi Provinsi (Asprov) PSSI Jatim, Ahmad Riyadh.
Dalam kesaksiannya Riyadh menjadi saksi memberatkan terdakwa Abdul Haris, Ketua Panpel Arema FC dan Suko Sutrisno, Securty Officer. Ia dicecar terkait terkait tugas PSSI dan kaitannya dengan tragedi yang menewaskan 135 orang itu.
Riyadh menjelaskan atas Tragedi Kanjuruhan, pihaknya langsung menjatuhkan sanksi kepada terdakwa Haris dan Suko. Sanksi dijatuhkan karena keduanya dinilai lalai dan mengakibatkan pecahnya tragedi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya waktu itu, pada 4 Oktober 2022, rakor sampai malam di pendopo kabupaten 2 hari sebelumnya, lalu sehari sebelumnya menyatakan arema, panpel, dan security officer diputus bersalah," kata Riyadh saat di ruang Cakra Pengadilan Negeri Surabaya, Jumat (20/1/2023).
Ia kemudian ditanya jaksa siapa yang salah saat ada aparat membawa gas air mata ke stadion? Riyadh menuding security officer. Sebab aturan itu sudah ada dijelaskan di manual liga dan security regulation. "Security officer, termasuk senpi dan senjata gas air mata," ujar Riyadh.
Riyadh menambahkan penunjukan Panpel dan security officer merupakan wewenang klub setempat. Sedangkan laga Arema FC dan Persebaya sebelumnya telah dirapatkan jauh 10 hari sebelumnya.
"Klub biasanya, saya sampaikan disini bahwa Pak Haris ini sudah 20 tahun lebih, mulai 2008 pertandingan di Malang selalu Pak Haris dan hasil dari rakor malang dipaparkan bahwa persiapan panpel dan Polres Malang 10 hari sebelumnya sudah ada simulasinya," jelas Riyadh.
"Saya juga melihat datang dan ketemu serta ada laporan dari Askab Malang bahwa ada pertemuan dengan suporter-suporter. Lalu sosialisasi agar pertandingan kondusif, hampir melebihi dari yang dilakukan di regulasi itu," terang Riyadh.
Seperti diketahui, sebanyak 135 orang meninggal dunia saat Tragedi Kanjuruhan. Kejadian ini terjadi seusai laga Arema FC kontra Persebaya yang berakhir 2-3. Sebagian suporter yang tak puas turun ke lapangan.
Mereka kemudian dipukul mundur aparat dengan ditembak gas air mata baik di dalam lapangan maupun di tribun penonton. Akibatnya penonton banyak tewas saat panik saling berdesak-desakan berebut keluar di pintu stadion.
(abq/iwd)