Bandar Arisan Online di Mojokerto Dipolisikan, Total Kerugian Korban Rp 3 M

Bandar Arisan Online di Mojokerto Dipolisikan, Total Kerugian Korban Rp 3 M

Enggran Eko Budianto - detikJatim
Selasa, 01 Nov 2022 19:51 WIB
Arisan online di Mojokerto diduga merugikan ratusan peserta hingga Rp 3 miliar.
Arisan online di Mojokerto diduga merugikan ratusan peserta hingga Rp 3 miliar. (Foto: Enggran Eko Budianto/detikJatim)
Mojokerto -

Seorang bandar arisan online (arisol) di Mojokerto dilaporkan ke polisi karena diduga menipu ratusan peserta. Kerugian para korban bervariasi. Bila ditaksir secara keseluruhan totalnya mencapai Rp 3 miliar.

Salah seorang korban Ida (28) mengaku menjadi peserta arisol yang digelar EAS sejak Maret 2022. EAS bandar arisol itu adalah seorang ibu 2 anak warga Desa Sumbertanggul, Mojosari, Mojokerto. Ida tergiur mengikuti Eva Arisol Mojosari ini setelah mendapat informasi dari teman-temannya.

"Banyak yang bikin story (WhatsApp) kalau arisan Mba Eva (EAS) amanah. Jadi, saya tertarik ikut. Awalnya enak. Karena owner arisan tegas, membernya disiplin. Dia sewa pengacara untuk menagih peserta yang tak mau bayar," ujar Ida kepada wartawan di sebuah minimarket Jalan Gajah Mada, Mojosari, Mojokerto, Selasa (1/11/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tidak hanya itu, Ida menambahkan bahwa EAS juga membuat promosi menarik untuk menggaet peserta arisol. Mulai dari membebaskan biaya administrasi pendaftaran untuk menambah peserta, hingga membuat undian berhadiah uang tunai, perhiasan emas, dan televisi untuk para peserta.

"Biaya admin beda-beda tergantung nilai uang yang diperoleh peserta arisol. Misalnya arisan dapat Rp 10 juta, biaya adminnya Rp 150 ribu, dapatnya Rp 5 juta kena biaya admin Rp 90 ribu," terangnya.

ADVERTISEMENT

Karena itu, ibu anak satu asal Desa Kedunguneng, Bangsal, Mojokerto ini ikut 2 arisan sekaligus di Eva Arisol Mojosari sejak Maret lalu. Pertama ia bayar Rp 150 ribu setiap 2 minggu untuk dapat arisol Rp 5 juta. Kedua, ia bayar Rp 700 ribu tiap bulan untuk dapat arisol Rp 10 juta. Setiap pembayaran ia transfer ke rekening pribadi EAS.

Sesuai nomor urut peserta saat mendaftar, Ida dijadwalkan menerima arisol Rp 5 juta pada Desember 2022. Sedangkan arisol Rp 10 juta miliknya dijadwalkan cair Februari tahun depan.

Namun, ia harus gigit jari. Pasalnya, EAS tiba-tiba saja membubarkan arisol itu pada 25 Oktober 2022. Bahkan, bandar arisol ini kabur tepat keesokan harinya.

"Kerugian saya Rp 8.450.000. Karena saya sudah rutin membayar, belum sampai dapat, arisan sudah berhenti karena ownernya kabur," katanya.

Kepada wartawan Ida menunjukkan 4 lembar daftar korban yang merasa tertipu Eva Arisol Mojosari. Jumlahnya mencapai 179 orang. Nilai kerugian setiap korban bervariasi. Mulai dari yang paling sedikit Rp 440 ribu sampai paling besar Rp 300 juta per orang.

"Kerugian semua korban kalau ditotal sampai Rp 3 miliar," cetusnya.

Bandar punya 6 rekening berbeda. Baca di halaman selanjutnya.

Begitu juga yang dialami MK (27), warga Kelurahan Tambak Kemerakan, Krian, Sidoarjo. Kuli bangunan ini juga tertarik menjadi peserta arisol yang digelar EAS setelah menerima informasi dari teman-temannya.

"Cerita teman-teman saya arisol ini sudah berjalan 4 tahun. Bandarnya tegas, kalau ada peserta telat bayar kena denda Rp 50 ribu. Pencairan selama ini tepat waktu, tidak pernah dicicil," jelasnya.

Karena itu MK tertarik menjadi peserta Eva Arisol Mojosari sejak 9 bulan lalu. Tak tanggung-tanggung ia menjadi peserta 3 arisan sekaligus. Yaitu bayar Rp 900 ribu setiap bulan untuk mendapatkan Rp 9 juta, bayar Rp 500 ribu setiap 2 minggu untuk dapat Rp 9 juta, dan bayar Rp 130 ribu setiap minggu untuk dapat arisol Rp 4 juta.

Setiap pembayaran arisan ia lakukan via transfer ke rekening pribadi EAS. Menurutnya bandar arisol ini mempunyai 6 rekening bank berbeda-beda untuk menerima pembayaran dari ratusan peserta.

Sesuai nomor urut yang ia peroleh ketika mendaftar, MK dijadwalkan mendapatkan arisol pada 15 Desember 2022, 25 Februari 2023, serta 16 Mei 2023. Namun, EAS sang bandar arisol keburu kabur. Sehingga kini ia pun gigit jari.

"Kerugian saya Rp 13.390.000 dari uang arisan yang sudah rutin saya bayar. Karena saya belum pernah dapat arisan sama sekali," jelasnya.

Senada dengan Ida, MK menyebut EAS tiba-tiba saja mengumumkan penghentian arisol kepada para peserta melalui grup WhatsApp 25 Oktober lalu. Bandar arisol itu kabur dari rumahnya tanpa memberi penjelasan ihwal nasib uang ratusan peserta.

"Tiba-tiba terjadi masalah seperti ini, tanpa memberi penjelasan nasib uang kami, dia langsung kabur. Total kerugian semuanya kurang lebih Rp 3-4 miliar," ujarnya.

Sejauh ini baru perwakilan korban Eva Arisol Mojosari yang melapor ke Polres Mojokerto. Salah seorang korban yang sudah melapor ke polisi adalah ADS, warga Ngoro, Kabupaten Mojokerto. Ia menderita kerugian Rp 132 juta. Sayangnya ADS tidak bersedia memberikan statemen kepada wartawan.

"Harapannya semoga segera ditangani oleh polisi secara adil. Ingin juga uang kami kembali, kasihan korban-korban yang lain," jelas MK.

Kasat Reskrim Polres Mojokerto AKP Gondam Prienggondhani membenarkan adanya laporan dugaan penipuan arisol itu. Menurutnya sejauh ini baru 2 korban yang melapor. Pihaknya akan mengusut tuntas kasus ini.

"Dua orang yang sudah melapor, untuk kerugian masih kami dalami," tandasnya.

Halaman 2 dari 2
(dpe/iwd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads