Rumah Owner Arisan di Jember Digeruduk Terkait Penipuan Rp 4 M

Rumah Owner Arisan di Jember Digeruduk Terkait Penipuan Rp 4 M

Yakub Mulyono - detikJatim
Sabtu, 15 Okt 2022 17:14 WIB
Korban arisan online di Jember
Korban arisan online di Jember menggeruduk kediaman owner arisan (Foto: Yakub Mulyono/detikJatim)
Jember -

Sebuah rumah di Jalan Ikan Paus IV, Kelurahan Sempusari, Kecamatan Kaliwates, Jember digeruduk sejumlah perempuan muda dan ibu-ibu. Mereka meminta pengembalian uang yang diinvestasikan pada Khostiatul Maghdiroh (29), sang owner arisan. Para korban mengaku rugi hingga Rp 4 miliar.

"Para korban ini datang ke rumah Bu Vivi alias Bu Khosyatul Maghfiroh untuk menuntut pengembalian dana-dana investasi, arisan, dan lain-lain. Bu Vivi ini diduga sebagai owner dari persoalan ini semua," kata Kuasa Hukum para korban, Alananto, Sabtu (15/10/2022).

Permasalahan ini, kata pria yang akrab disapa Alan, sebenarnya sudah terjadi sejak 3 bulan lalu. Tapi, selama ini, hanya janji saja yang disampaikan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sehingga dari emosi yang memuncak, maka para korban-korban ini mendatangi rumah terduga owner ini," katanya.

Terkait modus dugaan investasi dan arisan online yang dilakukan oleh Vivi yakni meyakinkan para peserta atau korban dengan beberapa program. Korban diiming-imingi keuntungan menarik.

ADVERTISEMENT

"Istilahnya ada Dapin, Duos, Trio dan program-program lain. Apa yang membuat tertarik, tentu iming-iming profit. Dengan disampaikan (owner) kisaran 20 hingga 30 persen. Sehingga dengan profit itu membuat orang tertarik. Apalagi didukung tenggang waktu beragam. Ada 15 hari, 20 hari, 25 hari, dan macam-macam," ulasnya.

"Dengan nilai transfernya, sekali pengiriman uang juga macam-macam ada Rp 20 juta, ada juga nominal yang lebih. Tanpa ada jaminan, yang unsurnya saling kepercayaan. Apalagi kepada owner," sambung Alan.

Para peserta atau korban, lanjutnya, dimasukkan dalam satu grup aplikasi dan medsos. Tak hanya dari Jember, korban juga berasal dari sejumlah wilayah.

"Yang (peserta atau korbannya), tidak hanya dari Jember. Ada dari Banyuwangi, Kalimantan, Tuban, dan Surabaya. Di mana para korban ini awalnya dari pertemanan, kemudian saling mengenal dan ada yang ikut. Intinya kepercayaan pertemanan. Mereka (para korban dengan owner) saling bertemu," ujarnya.

Namun, setelah berlangsung dalam kurun waktu kurang lebih satu tahun, muncul banyak persoalan. Salah satunya soal pembayaran.

"Mulai tidak lancarnya transfer profit kepada para anggota," ungkapnya.

Kerugian para korban mencapai Rp 4 miliar. Baca di halaman selanjutnya!

Para perempuan itu lalu mendatangi rumah Vivi, sebagai upaya mediasi. Dengan harapan uang yang dipakai masih bisa dikembalikan.

"Mereka semua yang datang ini, baru perwakilan dari para korban dan peserta investasi atau arisan-arisan yang dilakukan owner. Total ada kurang lebih 160 anggota, dengan total kerugian kurang lebih Rp 3 miliar sampai Rp 4 Miliar. Itu masih hitungan kasar para korban ini," kata Alan.

"Barang kali ada upaya-upaya dari owner untuk bisa mengembalikan dana yang dihimpun dari para korban. Sehingga menjadi upaya yang baik. Tapi manakala upaya ini (mediasi) tidak bisa berjalan dengan baik. Apalagi tidak ada itikad baik, maka dimungkinkan upaya hukum yang akan dilakukan," katanya.

Aksi para perempuan itu membuat polisi datang untuk melakukan pengamanan. Sejumlah personel datang ke rumah Vivi.

"Kami datang atas informasi warga, kami hanya memantau dan melihat situasi yang ada untuk menjaga keamanan," kata salah seorang anggota polisi yang enggan disebut namanya.

"Terkait persoalan yang ada, kami sarankan nantinya untuk membuat laporan polisi. Jika ada yang mengarah ke persoalan hukum," sambungnya.

Sementara itu, pemilik arisan, Khosyiatul Magfiroh alias Vivi enggan untuk dikonfirmasi.

"Maaf kami tidak bisa diwawancara," ucapnya singkat.

Salah satu anggota investasi, Rere mengatakan, dia bergabung karena tertarik dengan hasil yang dijanjikan. Apalagi, awalnya transfer berjalan lancar. Namun, setelah ikut menjadi peserta tiga bulan terakhir, dirinya mengaku ada hal yang mengganjal.

"Awalnya lancar saat ikut investasi atau arisan yang ditawarkan owner ini. Tapi lama-lama tidak bisa bayar, dengan telepon menyampaikan berbagai alasan. Tapi ya memang untuk lancar ini, maksudnya hanya profitnya saja yang diberikan kepada peserta. Kita percaya. Bahkan waktu kolaps pun (kondisi kesulitan keuangan), owner ini masih bisa bayar profit yang dijanjikan, entah uang dari mana," ulasnya.

"Mulai terasa ada yang tidak benar, sekitar awal Agustus kemarin. Transferan (baik profit atau pengembalian dana) mulai macet. Ditunda terus," imbuhnya.

Senada dengan Rere, peserta lain, Fitri mengatakan, dirinya juga menjadi korban yang sama.

"Awal ada transferan masuk. Tapi itu pun tidak sampai Rp 5 juta seperti yang dijanjikan. Yang tidak masuk 20 sampai 30 persen yang dijanjikan. Apalagi dalam tawaran investasi ini, owner padahal dapat profit 10 persen dengan alasan untuk admin. Dari sini lah awal kecurigaan kami," sambungnya.

Halaman 2 dari 2
(hil/sun)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads