Akal Bulus 3 Pemerkosa Pelajar di Banyuwangi Mulai Hamil hingga Melahirkan

Akal Bulus 3 Pemerkosa Pelajar di Banyuwangi Mulai Hamil hingga Melahirkan

Tim detikJatim - detikJatim
Jumat, 22 Jul 2022 14:18 WIB
Ilustrasi Pencabulan Anak. Andhika Akbarayansyah/detikcom.
Ilustrasi pencabulan (Foto: Andhika Akbarayansyah/detikJatim)
Banyuwangi -

Akal bulus tiga pemuda di Banyuwangi ini tak patut untuk ditiru. Ketiganya bekerja sama melakukan pemerkosaan pada pelajar hingga hamil dan melahirkan. Aksi ini dilakukan saat korban tak sadarkan diri usai dicekoki miras.

Korban pun melaporkan pemerkosaan tiga pria ini ke Polresta Banyuwangi. Sementara itu, ketiga pelaku hanya menebar janji-janji manis untuk bertanggung jawab atas kehamilan korban. Namun hingga kini mereka menghilang.

Sunaryo, Kepala sekolah tempat korban belajar mengatakan, usai dinikahkan dengan salah satu pelaku, korban kemudian ditinggal begitu saja dan menghilang. Dia kemudian mencari dua pelaku lainnya. Sunaryo mengaku bertemu dengan F yang juga pelaku pemerkosaan korban hingga hamil dan melahirkan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sempat bertemu dengan F. Dia mengaku mau bertanggung jawab. Tapi dia tidak mau sendiri. Makanya harus ditanggung bersama dengan kedua pelaku lain," tambahnya.

Bahkan, F pun meminta nomor korban dan keluarganya. Dia berjanji akan menyelesaikan permasalahan tersebut. Namun, janji hanyalah tinggal janji. Hingga korban melahirkan, para pelaku tak berani mempertanggungjawabkan perbuatan mereka.

ADVERTISEMENT

"Ternyata memang tidak ada itikad baik dari mereka. Akhirnya kasus ini pun dilaporkan ke polisi," tambahnya.

Hingga saat ini, ketiga pelaku masih menghirup udara bebas di desa tetangga. Korban pun hanya menanggung malu tanpa merasakan keadilan.

Kepala sekolah siswi itu sempat menelusuri pernikahan dengan campur tangan perangkat desa dan oknum polisi itu. Pernikahan itu terjadi ketika korban sedang hamil 5 bulan. Sesuai pengakuan orang tua korban, perangkat desa dan oknum polisi setempat mendatangi rumah mereka dan mendesaknya menikahkan putrinya dengan S, salah satu pelaku.

Sunaryo menduga pernikahan korban dengan S, salah satu pelaku yang mencekoki korban dengan miras hingga teler lalu ikut memerkosanya secara bergiliran, cuma settingan. Ia menduga, tujuannya supaya kasus kekerasan seksual itu tidak sampai diproses hukum.

Selain itu, Sunaryo sempat menelusuri dan menanyakan perihal pernikahan itu kepada perangkat desa setempat. Dia meminta penjelasan terkait pernikahan itu. Sunaryo sempat bertemu dengan kepala desa setempat yang sekarang sudah almarhum. Kepala sekolah itu minta dipertemukan dengan tiga pilar di desa setempat. Pasalnya, yang menikahkan adalah perangkat desa dan oknum polisi.

"Waktu itu ketemu dengan almarhum Kades. Dijanjikan ketemu dengan tiga pilar. Tapi sampai saat ini belum ketemu juga," katanya.

Selanjutnya, dia juga bertanya kepada sekretaris desa setempat. Sekdes mengaku tak tahu permasalahan itu. "Sekdes katanya tidak tahu. Malah katanya yang tahu itu oknum polisi yang katanya Bhabinkamtibmas desa setempat," tambahnya.

Perilaku mencurigakan pelaku sebelum kabur, di halaman selanjutnya!

Karena tak dapat titik temu, pihak sekolah menganjurkan korban melaporkan kasus itu ke pihak kepolisian. Sebab, pernikahan yang dilakukan korban dan salah satu pelaku itu terkesan hanya sebagai kamuflase atas kasus dugaan pidana yang telah terjadi.

Pernikahan itu semakin terlihat palsu ketika S, pelaku yang menikahi korban ini menghilang. Pria itu bahkan menghilang sehari setelah mereka menikah. "Saya hanya menganjurkan dan mengantarkan korban melaporkan kasus ini ke polisi. Semoga saja ada titik terang dalam kasus ini sehingga korban bisa mendapatkan keadilan," harapnya.

Sembari menggendong bayinya yang baru berusia 29 hari, korban memantapkan hati mendatangi Polresta Banyuwangi untuk melaporkan kejadian yang ia alami.

Sunaryo mengaku tak tega melihat wajah orang tua korban yang kebingungan. Keduanya tidak mengetahui bahwa anaknya telah menjadi korban pemerkosaan. Bahkan, kedua orang tua korban tidak tahu bahwa putrinya telah hamil.

"Saya tidak tega melihat raut wajah ayah korban saat menjelaskan apa yang terjadi terhadap anaknya," ujarnya kepada detikJatim, Jumat (22/7/2022).

Ayah korban, TH (60) menceritakan bagaimana dirinya terkejut ketika didatangi perangkat desa dan oknum polisi yang meminta agar dirinya menikahkan anaknya yang masih sekolah dengan S, seorang duda.

"Saat itu Februari. Perangkat desa dan polisi datang melamar anaknya. Bapaknya langsung kaget. Kok anak saya masih sekolah dilamar duda?" Ujar Sunaryo menirukan ucapan ayah korban.

Saat menanyakan kesiapan anaknya ketika dilamar S, Sunaryo menyebutkan bahwa saat itu putrinya hanya diam saja. Sikap diam ini dianggap oleh ayahnya adalah kemauan korban untuk menikah.

"Karena anaknya juga diam akhirnya mau juga dinikahkan. Maklum orang tua tidak ngerti hukum dan kalau diajak ngomong ya enggak terlalu nyambung juga," katanya.

Singkat cerita, pernikahan pun dilakukan pada saat itu. Perangkat desa dan polisi rupanya sudah menyiapkan berkas-berkas pernikahan untuk korban dan salah satu pelaku.

"Cerita bapak korban, pada saat itu berkas sudah lengkap. Tinggal menikahkan. Jadi tidak perlu ngurus lagi. Pokoknya terima beres," ujarnya.

Usai menikah, kata Sunaryo, S hendak kabur. Namun hal itu sempat dicegah perangkat desa dan polisi. Akhirnya S mau bermalam di rumah korban dan ayahnya. Selama di rumah korban, S hanya diam dan tidak mau makan. Selang sehari, S pun menghilang.

"Tentu orang tua ini bingung. Ada apa kok kabur?" Katanya.

Selang beberapa waktu, barulah pihak sekolah datang ke rumah korban. Keluarga korban pun bercerita jika anaknya habis terkena musibah. Dia diperkosa dan hamil hingga melahirkan. Selain itu, korban juga dinikahkan kemudian mempelai laki-laki kabur entah kemana.

"Setelah lahiran kami langsung mencoba memberi penjelasan lebih lanjut atas kasus ini. Dan akhirnya korban melaporkan ke polisi," pungkasnya.

Halaman 2 dari 2
(hil/fat)


Hide Ads