Disidang di Hadapan Para Korban, Maling Spesialis Sekolah Akui Perbuatannya

Disidang di Hadapan Para Korban, Maling Spesialis Sekolah Akui Perbuatannya

Praditya Fauzi Rahman - detikJatim
Rabu, 29 Jun 2022 12:21 WIB
Alexsandro Maxi Hehakaya, terdakwa pencuri spesialis sekolah mendengarkan kesaksian para korban
Alexsandro Maxi Hehakaya, terdakwa pencuri spesialis sekolah mendengarkan kesaksian korban (Foto: Tangkapan layar)
Surabaya -

Alexsandro Maxi Hehakaya, terdakwa kasus pencurian spesialis sekolah menjalani sidang di Pengadilan Negeri (ON) Surabaya. Kali ini agenda yang dijalani mendengarkan saksi korban.

Ada 6 saksi korban dari sekolah yang menjadi korban pencurian yang dihadirkan di ruang sidang Garuda, PN Surabaya. Sidang digelar secara telekonference.

Pada kesempatan pertama, Eko Prasetyo dari SMA Alam Kudus, Surabaya memberikan kesaksiannya. Ia menyebut sekolahnya kehilangan barang elektronik berupa laptop, LCD, hingga kamera.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Barang yang dicuri 3 laptop dan 3 LCD. Ada kamera (akan dibawa), sempat tertinggal. Beberapa barang seperti obeng dan bendel kunci masih tertinggal," kata Eko, Rabu (29/6/2022).

Usai menyadari sekolahnya menjadi sasaran pencurian, ia lantas melihat rekaman CCTV. Dalam rekaman itu, wajah terdakwa terlihat jelas. Ia memperkirakan, kerugian akibat kejadian itu mencapai Rp 40 juta.

ADVERTISEMENT

"Itu kejadian 13 Februari 2022, yang tertangkap di CCTV 1 orang yang masuk. Di Alam Kudus ada penjaganya," ujar Eko.

Korban kedua adalah Niken Pratiwi. Ia merupakan staf dari SMP 56 Surabaya. Niken menjelaskan barang yang dicuri terdakwa serupa, yakni barang elektronik. Sedangkan, barang lain yang dicuri adalah uang infaq.

"Dari CCTV, kelihatan 3 orang. Uang infaq sekolah hilang, barang yang hilang 4 laptop, yang 3 milik guru dan 1 milik sekolah," tutur Niken.

Selain itu, terdakwa juga membawa uang kas seragam anak-anak. Total, uang pembayaran seragam kas anak anak yang digondol mencapai Rp 25 juta. "Jalannya santai, kayak tidak punya dosa," katanya.

Korban ketiga dan keempat adalah Wiwik parwanti serta Semi Purwati. Staf dari SD Hang Tuah Surabaya. Saat itu mereka mengaku terkejut ketika melakukan absen masuk sekolah. Sebab, semua siswi menangis.

"Teriak-teriak, katanya laptop yang hilang 2, kantor guru diacak-acak. Menunjukkan kepada saya maling congkel pintu ruangan saya. Seragam (siswa) MBR juga dicuri," papar Wiwik

Menurutnya, sekuriti sekolah mengaku kebobolan. Selain kehilangan laptop, mereka juga kehilangan kamera DSLR dan beberapa buku.

"Pas saya naik kelas atas sudah diacak-acak, kelas 6 paling parah, 2 blazer hilang, lalu uang Rp 330 ribu dan kerugian Rp 17,5 juta, yang paling penting bagi kami adalah data-data, itu hilang semua," jelasnya.

Korban kelima adalah Margareta Ilin Purbayanti. Staf di SMP Santo Yosep Surabaya itu mengaku baru mengetahui aksi terdakwa usai dihubungi petugas keamanan yang berjaga malam. Ia mengaku, pelaku mencongkel pintu di sekolah.

"Saya ke sekolah setelah saya datang pintu sekolah dalam keadaan terbuka. Saya masuk barang sudah berantakan, lalu saya telepon pihak yayasan, kemudian segera ke kantor polisi," kata Ilin.

Ia juga membeberkan pihaknya juga kehilangan uang Rp 81 juta tunai. Selain itu, juga 10 ATM dan hardisk turut lenyap.

Korban terakhir adalah Yati Marjuana dari SMP 12 Surabaya. Menurutnya, pada Jumat (17/12/2021), ia diberitahu oleh petugas kebersihan sekolah bila ada ruangan yang terbuka.

Saat dikroscek, uang Rp 66,5 juta, uang koperasi sekolah simpanan wajib dan angsuran para staf dan guru yang pinjam di bank raib. "Lalu kami melapor ke polisi," ujarnya.

Keterangan para saksi itu lantas ditanyakan majelis hakim ke terdakwa. Ia pun mengakui semua keterangan saksi. "Iya, benar semua," jawab terdakwa.

Kasus itu bermula saat Alexsandro Maxi Hehakaya bersama-sama dengan rekannya, Calvin Tutu Hatunewa (Penuntutan dalam berkas terpisah), dan Muhammad Yusril Bin Muhammad Syaiful (penuntutan dalam berkas terpisah) melakukan pencurian. Mereka merupakan pencuri spesialis sekolah dasar hingga atas.

Aksi komplotan maling ini beraksi sejak November 2021 hingga Februari 2022. Total ada 10 lokasi atau sekolah yang telah mereka bobol dengan kerugian ratusan juta.




(abq/fat)


Hide Ads