Kasus pencabulan dan perkosaan terhadap santri di Banyuwangi mengakibatkan trauma mendalam bagi para korban. Mereka yang masih di bawah umur enggan berkomunikasi dan mengurung diri di rumah.
Salah satu keluarga korban Priyo Prasetyo Utomo mengatakan sikap keponakannya berubah setelah dicabuli pengasuh sekaligus pimpinan Ponpes di Kecamatan Singojuruh, Banyuwangi, FZ.
"Dulu riang. Sekarang lebih pendiam," ujarnya kepada detikJatim, Sabtu (25/6/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perubahan sikap itu, kata Priyo, diduga karena trauma usai kejadian itu. Bahkan beberapa kali korban mengigau minta tolong dan ketakutan. Mereka pun juga enggan makan dan takut ditemui orang tua.
"Ya karena memang seperti trauma gitu," tambahnya.
Bahkan sebelum kejadian itu terungkap, kata Priyo, muncul kegelisahan para korban. Mereka lebih memilih berdiam diri dan merasa takut. Hingga akhirnya satu dari 5 korban curhat kepada beberapa santri dan terungkaplah kebejatan pengasuh ponpes tersebut.
"Anak-Anak itu merasa gelisah begitu. Tidak mau makan dan trauma takut ditemui ortu sampai cerita ke salah satu temennya ternyata temennya mengalami perlakuan yang sama," pungkasnya.
Perbuatan pengasuh pondok pesantren (ponpes) di Banyuwangi ini sungguh bejat. Bukannya mendidik santrinya dengan ilmu agama, ia justru mencabuli 6 santrinya. Kini pria berinisial FZ tersebut telah dilaporkan ke polisi.
Laporan ini terkait dugaan pemerkosaan dan pencabulan santri di bawah umur. FZ merupakan pemilik sekaligus pimpinan salah satu ponpes di Kecamatan Singojuruh, Banyuwangi. Total ada 6 keluarga korban yang telah melapor.
Laporan dilakukan di Mapolresta Banyuwangi beberapa minggu lalu. Tak hanya perempuan, korban pengasuh ponpes bejat ini juga ada laki-laki. Enam korban itu terdiri dari lima perempuan dan satu laki-laki. Seluruh korban merupakan anak di bawah umur.
(dpe/sun)