Dijuluki sebagai Kota Pahlawan, Surabaya memiliki sejumlah landmark yang menggambarkan perjalanan panjang kejayaan kota ini. Keberadaan landmark mencerminkan perkembangan pesat Kota Surabaya sebagai kota metropolitan modern yang tetap menghargai dan melestarikan warisan budayanya.
Tak hanya menawarkan keindahan arsitektur, landmark juga memiliki nilai sejarah yang mendalam dan bermakna. Mulai dari Balai Pemuda hingga pusat perbelanjaan Tunjungan Plaza yang memiliki cerita unik tersendiri dan menarik untuk digali.
Jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, beberapa landmark Surabaya mengalami perubahan yang cukup signifikan mengikuti perkembangan zaman. Penasaran dengan perbandingan sederet landmark Surabaya selama 10 tahun terakhir? Untuk mengetahuinya lebih lanjut, simak informasi selengkapnya berikut ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perbandingan 7 Landmark Kota Surabaya Kini dan 10 Tahun Lalu
Ditinjau berdasarkan pengamatan melalui Google Street View, berikut 7 perbandingan landmark Kota Surabaya selama 10 tahun terakhir yang terhitung sejak tahun 2014 hingga 2024.
Balai Pemuda Surabaya
Balai Pemuda menjadi salah satu bangunan cagar budaya yang menyimpan sederet kisah sejarah Kota Surabaya. Pemerintah Surabaya menjadikan gedung Balai Pemuda sebagai bagian dari Alun-alun Kota Surabaya yang di dalamnya terdapat Perpustakaan, Rumah Bahasa, Bus SSCT hingga Tourist Information Center.
Berdiri pada 1970, dulunya gedung Balai Pemuda merupakan pusat perkumpulan orang-orang Belanda yang disebut "De Simpangsche SociΡteit" untuk dijadikan sebagai pusat tempat hiburan dan rekreasi bagi orang-orang Belanda. Pada tahun 1957, gedung ini masih bernama Simpang Societeit.
Ditinjau berdasarkan pengamatan Google Street View, dalam sepuluh tahun terakhir Balai Pemuda mengalami perubahan yang cukup signifikan. Seiring berjalannya waktu, cagar budaya tersebut mengalami beberapa kali renovasi untuk menjaga kondisi bangunan agar sesuai dengan kebutuhan zaman.
Jika diamati pada tahun 2014-2017, Balai Pemuda masih mempertahankan ciri khas arsitektur kolonial Belanda dengan mengedepankan fungsi utama sebagai jantung aktivitas seni dan budaya kota Surabaya. Namun pada tahun 2018-2021 mulai tampak perubahan di Balai Pemuda. Terbukti dari adanya renovasi dan revitalisasi besar-besaran melalui pembongkaran kompleks Balai Pemuda menjadi kawasan terbuka untuk dijadikan sebagai pusat aktivitas kesenian dan budaya masyarakat selain di dalam gedung.
Dalam rangka menciptakan ruang publik kepada masyarakat, di tahun 2018 Pemkot Surabaya juga menggagas pedestrian proyek basement di bawah kompleks Balai Pemuda yang terhubung ke sisi Jalan Sudarso Timur.
Selain didesain untuk memudahkan pejalan kaki, basement tersebut juga dijadikan sebagai pusat kesenian, perdagangan serta memfasilitasi para pelaku usaha UMKM sentra kuliner. Ditinjau dari Google Street View, live basement tersebut mulai beroperasi dan semakin berkembang pesat sejak tahun 2021 hingga kini.
Siola dan Patung Perjuangan
Potret Siola Tunjungan (2014) dan Potret Siola Tunjungan (2024). (Foto Atas: Google Street View, Foto Bawah: Rifki Afifan Pridiasto/detikJatim)
|
Jika diamati beberapa tahun ke belakang melalui fitur Google Street View yang tersedia di Maps, ternyata gedung ini mengalami perubahan cukup signifikan. Di tahun 2014, Gedung Siola menjadi tempat bursa mobil bekas. Kemudian, di tahun 2015, Gedung Siola mulai direvitalisasi.
Cat bangunan diubah menjadi abu-abu, hingga berlanjut ke 2016 hasil revitalisasinya semakin terlihat. Terlihat tulisan 'Tunjungan' terpasang di depan gedung itu.
Pada 2017, ada yang baru di Gedung Siola. Patung Perjuangan terlihat terpasang dengan gagah. Patung itu mengisahkan aksi heroik Madun, Arek Suroboyo yang ikut berjuang melawan penjajah.
Perubahan itu terus berlanjut. Di tahun 2019, Gedung Siola yang semula berwarna abu-abu berganti menjadi merah dan putih. Di bagian atas gedung terpajang kata "Siola" sebagai penanda.
Lantas di tahun 2022 sampai dengan 2024 ini, beberapa perubahan lain kembali terlihat. Ada perubahan bentuk tulisan "Tunjungan" menjadi lebih ikonik.
Kemudian, Patung Madun yang awalnya berwarna silver berubah menjadi emas. Semakin menunjukkan kesan sejarah yang berharga. Selain itu, desainnya juga selaras dengan branding kawasan "Tunjungan Romansa" yang hangat.
Titik Nol Kota
Titik Nol Kota Surabaya pada 2014 (atas) dan Titik Nol Surabaya 2024 (bawah) (Foto Atas: Google Street View, Foto Bawah: Rifki Afifan Pridiasto/detikJatim)
|
Jika diamati pada tahun 2014, landmark Titik Nol Surabaya masih belum tampak wujudnya dan belum terlihat adanya tanda pembangunan.
Suasana Kota Surabaya di sekitarnya pada saat itu masih terlihat agak tradisional ditandai dengan adanya becak serta angkot yang masih menjadi alat transportasi di masa itu. Begitu pula hingga tahun 2016, belum ada perubahan yang terjadi di area sekitar Kantor Gubernur di Jalan Pahlawan tersebut.
Lalu di tahun 2017, terdapat perubahan yang tampak di Titik Nol Kota Surabaya. Terlihat sebuah landmark yang telah dibuat dengan adanya tugu kecil berbentuk angka 0 dan tulisan "KM", yang menandainya sebagai ikon dari Titik Nol Surabaya. Kemudian pada tahun 2018, diwarnai dengan adanya proyek revitalisasi besar-besaran.
Baca juga: Serba-serbi 'Pahlawan' di Surabaya |
Pada era kepemimpinan Gubernur Jatim Soekarwo, di tahun 2018 ini diresmikan tugu baru sebagai penanda resmi adanya landmark Titik Nol Surabaya. Tugu yang baru tersebut terlihat lebih megah.
Tugu tersebut berbentuk beberapa kesenian dari Jawa Timur yang menjadi satu kesatuan indah. Antara lain Reog Ponorogo, Tari Remo, Tari Gandrung, hingga Karapan Sapi.
Di tahun 2019, Titik Nol Kota Surabaya sudah menggunakan tugu baru. Tugu baru tersebut tampak semakin indah dengan rerumputan hijau, serta kolam air yang menghiasinya.
Selain itu, Titik Nol Surabaya juga dipoles dengan lebih banyak elemen dekoratif seperti tulisan "Titik Nol" serta "Jawa Timur" yang berada di samping tugu.
Lalu pada 2020 hingga 2024, perubahan tampak pada area sekitar Titik Nol Kota Surabaya seperti adanya penambahan serta perbaikan dari fasilitas umum, seperti tempat sampah, bangku, area parkir, serta halte bus. Perubahan yang terjadi tidak hanya meningkatkan estetika, tetapi juga memperkuat identitas budaya Surabaya.
Patung Sura dan Baya di Kenjeran
Patung Sura dan Baya di Kenjeran dalam sepuluh tahun terakhir. (Foto Atas: Google Street View tahun 2014, Foto Bawah: Rifki Afifan Pridiasto 2024)
|
Dalam beberapa tahun terakhir, landmark ini mengalami berbagai perubahan signifikan yang semakin memperkaya nilai estetika dan historis kota. Melihat dari data Google Street View, area Patung Sura dan Baya di Kenjeran ini terdapat banyak perubahan.
Di tahun 2014, kondisi area ini masih terlihat sangat gersang dan belum terlihat adanya infrastruktur yang berkembang. Memasuki tahun 2016, perubahan yang dapat diamati adalah perkembangan infrastruktur dengan penambahan sistem penerangan serta adanya fasilitas taman bermain anak-anak yang disediakan.
Kemudian pada tahun 2017, akses menuju Patung Sura dan Baya mengalami peningkatan dengan perbaikan akses jalan serta trotoar sekitar yang dirapikan. Dan di tahun 2018, renovasi besar-besaran dilakukan dengan adanya penambahan taman serta penataan lanskap yang menjadi lebih baik memberikan suasana yang lebih nyaman serta asri.
Hingga pada tahun 2019, patung Sura dan Baya raksasa ini dibangun. Patung ini dibangun oleh PT Pelabuhan Indonesia III (Persero). Memiliki tinggi 25,6 meter dengan diameter 15 meter.
Pada tahun 2024, penyempurnaan fasilitas terus dikembangkan, termasuk tempat untuk istirahat yang nyaman serta pemandangan yang lebih menarik. Selain itu, promosi untuk wisata Sura dan Baya juga giat dilakukan melalui berbagai media untuk menjadikannya salah satu destinasi yang utama di Surabaya.
Four Points by Sheraton
Potret Four Points by Sheraton (2014) dan Potret Four Points by Sheraton (2024). (Foto Atas: Google Street View, Foto Bawah: Rifki Afifan Pridiasto/detikJatim)
|
Dilihat dari Google Street View, di tahun 2014, Four Points terlihat masih dalam tahap pembangunan. Bangunan yang berada satu area dengan Tunjungan Plaza itu belum semegah saat ini. Bahkan cenderung terlihat sederhana.
Pembangunan itu berlangsung secara signifikan hingga 2017. Di tahun 2017, Four Points sudah terlihat bersolek dengan nuansa bangunan lebih modern.
Tak berhenti di sana, Four Points juga terus mengalami perkembangan hingga di tahun 2024, hotel bintang 4 di jantung Kota Surabaya itu memiliki 12 lantai dengan 293 kamar berbagai tipe.
Kota Lama Surabaya
Potret Kota Lama Surabaya Sebelum Direvitalisasi (2014) dan Setelah Dilakukan Revitalisasi (2024) (Foto Atas: Google Street View, Foto Bawah: Rifki Afifan Pridiasto/detikJatim)
|
Kala itu, kawasan ini tak sekadar menjadi pusat kota, namun dijadikan sebagai pelabuhan, industri, perdagangan, serta merekam jejak kehidupan beragam etnik dari berbagai bangsa.
Kota Lama Surabaya terbagi menjadi tiga kawasan. Yakni Kawasan Eropa di Jalan Rajawali, Kawasan Pecinan di Jalan Karet dan Jalan Gula, serta Kawasan Ampel di Jalan Ampel.
Jika dilihat dari Google Street View, Kota Lama Surabaya khususnya di Kawasan Eropa telah mengalami beberapa perubahan. Kembali pada 1 dekade lalu, tepatnya di tahun 2014, Kawasan Eropa belum sepenuhnya tertata, kondisi infrastruktur kurang diperhatikan, dan minimnya fasilitas umum yang tersedia menjadikan kawasan ini kurang dilirik pengunjung.
Di tahun 2024, kawasan Eropa Kota Lama mulai dilirik. Revitalisasi dilakukan untuk pemulihan dan optimalisasi bangunan cagar budaya. Berbagai aspek dilibatkan dalam revitalisasi ini, termasuk perbaikan infrastruktur, peningkatan fasilitas umum, serta menjadi ajang promosi kawasan wisata bersejarah di Kota Pahlawan.
Diliriknya kembali Kawasan Eropa setelah dilakukannya revitalisasi melahirkan wajah baru Kota Lama yang menjadi daya tarik pengunjung. Mengusung konsep lawas dengan memamerkan bangunan lampau Eropa yang menjadi ciri khas mampu menarik ribuan pasang mata. Bahkan, meskipun belum diresmikan, Kawasan Eropa kini sesak dipadati pengunjung.
Tunjungan Plaza
Potret Perkembangan Tunjungan Plaza dalam sepuluh tahun terakhir (Foto Atas: Google Street View tahun 2014, Foto Bawah: Rifki Afifan Pridiasto 2024/detikJatim)
|
Tunjungan Plaza pertama kali dibuka pada tahun 1986 dan telah berkembang menjadi salah satu pusat perbelanjaan terbesar dan terpopuler di Kota Surabaya. Tunjungan Plaza terdiri dari beberapa blok (TP 1 hingga TP 6) yang saling terhubung dengan menawarkan berbagai macam pilihan toko mulai dari lokal hingga internasional dan beragam pilihan kuliner, hiburan, acara hingga pameran.
Melihat potret Google Street View, Tunjungan Plaza terus berkembang sejak pertama kali dibuka dengan menambahkan bangunan baru dan renovasi untuk mengikuti perkembangan tren dan kebutuhan konsumen. Tunjungan Plaza 1 hingga Tunjungan Plaza 6 mulai didirikan sejak tahun 1986 hingga 2017.
Baca juga: 6 Rekomendasi Supermarket Korea di Surabaya |
Berdasarkan pengamatan Google Street View, di tahun 2014 Tunjungan Plaza masih terdiri atas empat bagian utama yakni Tunjungan Plaza 1 hingga 4. Pada tahun 2014, Tunjungan Plaza sedang mempersiapkan rencana untuk ekspansi lebih lanjut terkait pembangunan Tunjungan Plaza 5 yang kemudian diresmikan pada tahun 2015.
Jika diamati pada tahun 2014, bangunan Tunjungan Plaza belum sepenuhnya tampak, sebab masih berada dalam masa pembangunan, terlihat dari alat proyek yang masih beroperasi.
Pada tahun 2015, mulai tampak tulisan bangunan Tunjungan Plaza 6. Pembukaan Tunjungan Plaza 6 ini juga menjadi perkenalan dari wujud bangunan baru yang lebih banyak menawarkan fasilitas premium meliputi area parkir yang lebih luas, pusat ATM lengkap, toilet umum dan toilet difabel, restoran mewah hingga fasilitas hiburan lainnya.
Beranjak ke tahun 2019 hingga 2024, bangunan Tunjungan Plaza 6 mulai tampak sempurna, terlihat dari gedung-gedung mal yang telah terbangun secara merata, akses jalan yang lebih mudah, dan beberapa fasilitas lengkap lainnya untuk memudahkan para pengunjung.
Dari pengamatan Google Street View, dapat dilihat bahwa Tunjungan Plaza semakin berkembang pesat sejak tahun 2019 hingga kini.
Itu tadi 7 landmark di Surabaya dan perkembangannya dalam 10 tahun terakhir. Semoga bermanfaat detikers!
Artikel ini ditulis oleh An Nisa Maulidiyah, Aulia Elizabeth Dewi Maharani, Aprilia Devi, Rifki Afifan Pridiasto peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
Simak Video "Video Pejabat PBB Tepis Iklan Israel di YouTube soal Beri Bantuan ke Gaza"
[Gambas:Video 20detik]
(hil/dte)