Kolam Segaran Trowulan Jejak Hidup Kejayaan Majapahit

Kolam Segaran Trowulan Jejak Hidup Kejayaan Majapahit

Muhammad Faishal Haq - detikJatim
Kamis, 06 Nov 2025 01:00 WIB
Kolam Segaran di Trowulan, Kabupaten Mojokerto disebut sebagai salah satu bukti kejayaan Kerajaan Majapahit pada zamannya. Dulu, kolam purbakala ini menjadi salah satu waduk untuk mengairi lahan pertanian.
Kolam Segaran di Mojokerto. Foto: Enggran Eko Budianto
Mojokerto -

Kolam Segaran di Desa Unggahan, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, bukan sekadar hamparan air biasa. Situs purbakala ini menjadi bukti kemajuan sistem irigasi dan budaya rekreasi pada masa Kerajaan Majapahit.

Hingga kini, bentuk aslinya masih dapat disaksikan, dengan dinding bata merah dan susunan kolam yang rapi. Luas kolam mencapai 6,5 hektare, dengan panjang 375 meter dan lebar 175 meter. Dindingnya setebal 1,6 meter dan setinggi hampir 3 meter, angka yang menunjukkan kehebatan teknik pembangunan masa itu.

Kolam Segaran ditemukan kembali pada awal abad ke-20 oleh Maclaine Pont, arkeolog asal Belanda. Saat itu, situs ini sempat tertimbun tanah. Pemugaran pertama dilakukan pada 1966, lalu dilanjutkan secara besar-besaran pada 1974-1984 hingga wujudnya seperti sekarang, utuh dan terawat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain berfungsi sebagai waduk irigasi, catatan sejarah dan cerita rakyat menyebutkan kolam ini digunakan rekreasi serta menjamu tamu kerajaan. Kini, Kolam Segaran menjadi daya tarik wisata sejarah, sekaligus ruang publik. Area sekitarnya kerap digunakan untuk olahraga ringan, berjalan santai, hingga rekreasi keluarga.

Namun, kolam ini juga pernah mengalami peristiwa menarik. Saat kemarau panjang, airnya surut hingga dasar kolam terlihat, dan warga memanfaatkannya untuk mencari ikan. Fenomena ini menjadi pengingat bahwa situs bersejarah pun hidup berdampingan dengan dinamika alam dan manusia.

ADVERTISEMENT

Teknik Irigasi Majapahit

Kolam Segaran dibangun dengan perhitungan matang. Konstruksi dinding bata merah yang tebal dan tersusun rapi menunjukkan majunya pengetahuan teknik hidraulik Majapahit. Dinding setebal 1,6 meter dan kedalaman hampir 3 meter tidak hanya menahan air, tetapi mengatur distribusinya ke sawah di sekitar Trowulan.

Sistem ini mendukung produktivitas pertanian kerajaan dan membuktikan kemampuan teknologi sipil Majapahit yang kompleks. Letak Kolam Segaran yang strategis, hanya beberapa ratus meter dari jalur Surabaya-Madiun, memungkinkan akses mudah ke pusat kegiatan pada masa lalu.

Hal ini memperkuat dugaan bahwa kolam tidak sekadar berfungsi sebagai irigasi, tetapi juga tempat pertemuan dan jamuan resmi kerajaan. Pemugaran berkala yang dilakukan sejak abad ke-20 menunjukkan kepedulian terhadap pelestarian situs, meski tantangannya tak sedikit.

Modernisasi, perubahan tata guna lahan, dan keterbatasan anggaran konservasi masih menjadi kendala utama. Berdasarkan SK penetapan tahun 1998 dari Kemendikbud, Kolam Segaran termasuk situs bernilai historis yang kini berada di bawah pengawasan ketat.

Cerita Rakyat dan Fungsi Sosial

Di tengah masyarakat, beredar cerita rakyat yang menyebut Kolam Segaran sebagai tamansari atau taman rekreasi keluarga kerajaan. Konon, tempat ini menjadi lokasi raja dan keluarganya bersantai, sekaligus menyambut tamu-tamu penting dari kerajaan tetangga atau negeri asing.

Legenda itu bahkan menyebut para tamu disuguhi makanan menggunakan piring dan mangkuk dari emas serta perak. Setelah jamuan selesai, peralatan makan tersebut konon dibuang ke dasar kolam sebagai simbol kemakmuran Majapahit.

Namun, kisah ini tetap berstatus dongeng turun-temurun, tanpa bukti sejarah yang pasti. Temuan arkeolog di sisi selatan kolam memberikan gambaran yang lebih konkret. Di sana ditemukan sisa pondasi bangunan yang diduga sebagai landasan balai atau paviliun mengelilingi kolam.

Struktur itu diperkirakan menjadi tempat duduk saat pertemuan atau jamuan. Berdasarkan temuan ini, para ahli menyimpulkan Kolam Segaran kemungkinan memiliki fungsi ganda-sebagai tempat rekreasi sekaligus waduk penyimpan air bagi penduduk kota.

Peluang dan Risiko Kolam Mengering Saat Kemarau

Setiap kali kemarau panjang menyebabkan kolam mengering, muncul peluang ekonomi sesaat bagi warga sekitar. Surutnya air membuat ikan dan biota air lain terkonsentrasi di area dangkal, sehingga mudah ditangkap.

Momen ini dimanfaatkan warga untuk "panen ikan massal", yang menjadi sumber protein tambahan dan penghasilan di tengah musim sulit. Namun, di balik berkah itu tersimpan risiko ekologis serius.

Kolam yang mengering menandakan kekeringan ekstrem, mengancam ketersediaan air bersih di wilayah sekitarnya. Bagi ekosistem kolam, kondisi ini bisa memicu kematian massal biota air.

Panen ikan besar-besaran juga berpotensi menimbulkan overfishing, menghabiskan stok induk ikan, dan merusak rantai makanan. Butuh waktu lama bagi ekosistem untuk pulih kembali. Fenomena ini menyoroti dilema antara kebutuhan jangka pendek dan keberlanjutan jangka panjang.

Kemudahan memperoleh ikan memberi solusi instan bagi warga, tetapi juga menandakan masalah lingkungan yang lebih besar seperti perubahan iklim dan kelangkaan air. Tanpa mitigasi, "berkah tahunan" ini bisa berubah menjadi tanda hilangnya sumber daya air secara permanen, kerugian yang besar di masa depan.

Kolam Segaran Trowulan adalah monumen hidup yang merekam kejayaan Majapahit. Setiap jengkal bangunannya menyimpan kisah tentang teknologi tata air yang canggih, kemegahan jamuan kerajaan, dan kehidupan sosial ibu kota masa lampau.

Sebagai salah satu warisan paling penting di Trowulan, Kolam Segaran bukan hanya menyimpan air, lebih dari itu, kolam ini juga menyimpan ingatan dan identitas bangsa yang tak ternilai.

Artikel ini ditulis oleh Muhammad Faishal Haq, peserta magang PRIMA Kemenag di detikcom.




(irb/hil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads