Rekomendasi Destinasi di Peneleh Surabaya

Rekomendasi Destinasi di Peneleh Surabaya

Mira Rachmalia - detikJatim
Rabu, 20 Agu 2025 03:00 WIB
Masjid Jami Peneleh Surabaya
Masjid Jami' Peneleh Surabaya Foto: Praditya Fauzi Rahman/detikJatim
Surabaya -

Kelurahan Peneleh di Kecamatan Genteng, Kota Surabaya dikenal luas sebagai salah satu kawasan bersejarah yang menyimpan jejak penting perjalanan bangsa. Tak heran jika kawasan ini mendapat julukan "Kampung Bapak Bangsa", karena menjadi tempat lahir, tumbuh, dan tinggalnya sejumlah tokoh nasional seperti H.O.S. Tjokroaminoto, Ir. Soekarno, dan Roeslan Abdulgani.

Nama Peneleh sendiri memiliki sejarah panjang. Konon, wilayah ini dahulu merupakan tempat tinggal Pangeran Pinilih, putra Wisnu Wardhana dari Kerajaan Singosari yang dipercaya menjadi pemimpin di kampung tepi Kalimas.

Bahkan, Sunan Ampel pernah singgah di kawasan ini sebelum menetap di Ampel, dan mendirikan Masjid Jami' Peneleh yang hingga kini masih berdiri megah. Semua tempat ini menjadi bukti bahwa Peneleh bukan sekadar kampung tua, melainkan pusat peradaban penting dalam sejarah Surabaya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rekomendasi Destinasi di Peneleh Surabaya

Dengan kekayaan sejarah dan budaya, Peneleh menawarkan banyak destinasi menarik, mulai dari Rumah Lahir Bung Karno, Rumah HOS Tjokroaminoto, Masjid Jami' Peneleh, Sumur Jobong, hingga Makam Belanda. Berikut rekomendasi destinasi di Peneleh Surabaya:

ADVERTISEMENT

1. Sumur Jobong

Sumur Jobong di Jalan Pandean Gang ISumur Jobong di Jalan Pandean Gang I Foto: Wisnu Setiadarma/detikJatim

Sumur Jobong merupakan salah satu peninggalan bersejarah yang ditemukan di kawasan padat penduduk, tepatnya di Jalan Pandean Gang I, Kelurahan Peneleh, Surabaya. Penemuan sumur tua ini terjadi secara tidak sengaja pada 8 Oktober 2018, ketika warga bersama pekerja Pemkot Surabaya melakukan penggalian saluran air untuk mengatasi banjir. Lingkungan sekitar sumur berupa perkampungan padat dengan rumah-rumah yang saling berdempetan dan jalan kampung selebar 3-4 meter yang menjadi akses utama warga.

Sumur unik ini memiliki struktur bertumpuk tiga, ditemukan di kedalaman sekitar satu meter dari permukaan tanah. Saat pertama kali ditemukan, kondisi sumur masih tertutup tanah liat dan tercampur air limbah dari rumah-rumah di sekitarnya. Dari permukaan, hanya terlihat dua lapisan jobong, sementara lapisan ketiga terendam air. Menariknya, meskipun berada di tengah pemukiman padat, struktur Sumur Jobong masih dalam kondisi insitu atau berada di tempat aslinya tanpa bergeser.

Menurut hasil kajian Tim Arkeologi Badan Pelestarian Kebudayaan (BPK) XI Jawa Timur, Sumur Jobong di Peneleh memiliki kesamaan dengan sumur-sumur kuno yang ditemukan di kawasan Trowulan. Kesimpulan ini memperkuat dugaan bahwa sumur tersebut berasal dari era Kerajaan Majapahit, sehingga menjadi bukti penting keberadaan peninggalan sejarah di jantung Kota Surabaya. Kini, Sumur Jobong dapat dikunjungi secara gratis setiap hari, menjadikannya destinasi wisata sejarah menarik bagi siapa saja yang ingin mengenal jejak peradaban masa lalu di kawasan Peneleh.


2. Museum HOS Tjokroaminoto

Museum HOS TjokroaminotoMuseum HOS Tjokroaminoto Foto: Angely Rahma

Museum HOS Tjokroaminoto adalah salah satu destinasi wisata sejarah di Surabaya yang memiliki nilai penting bagi perjalanan bangsa Indonesia. Museum ini dulunya merupakan rumah kediaman Hadji Oemar Said (HOS) Tjokroaminoto, tokoh besar sekaligus Ketua Sarekat Islam, organisasi pergerakan terbesar di Hindia Belanda pada masanya. Di rumah inilah Tjokroaminoto kerap mengajar, berdiskusi, dan menanamkan semangat perlawanan kepada para aktivis muda yang kelak menjadi tokoh penting dalam sejarah Indonesia.

Rumah bersejarah yang dibangun pada tahun 1882 ini pernah dihuni Tjokroaminoto bersama istri dan lima anaknya. Bagian depan rumah digunakan sebagai tempat tinggal keluarga, sementara bagian belakang disekat menjadi sepuluh kamar kecil untuk kos para pemuda pergerakan. Tokoh-tokoh nasional seperti Ir. Soekarno, Alimin, Musso, Soeherman Kartowisastro, hingga Semaoen pernah tinggal di kamar-kamar sempit tersebut. Dari rumah sederhana inilah lahir gagasan besar yang membentuk arah perjuangan bangsa.

Sejak tahun 2017, rumah bersejarah ini resmi ditetapkan sebagai museum dan kini mengarsipkan sekitar 143 koleksi yang berkaitan dengan kehidupan HOS Tjokroaminoto. Berlokasi di Jl. Peneleh Gang VII No. 29-31, Surabaya, museum ini dibuka untuk umum setiap hari Selasa hingga Minggu, pukul 08.00-15.00 WIB, dengan harga tiket masuk yang sangat terjangkau, yakni hanya Rp5.000. Museum HOS Tjokroaminoto menjadi saksi bisu perjalanan "Sang Guru Bangsa" sekaligus destinasi edukasi yang wajib dikunjungi ketika menjelajahi kawasan bersejarah Peneleh Surabaya.

3. Museum Rumah Lahir Bung Karno

Warga berpose di dalam rumah kelahiran Bung Karno saat peresmian destinasi wisata Rumah Lahir Bung Karno di Jalan Pandean IV/40 Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (6/5/2023). Pemkot Surabaya meresmikan rumah kelahiran Presiden pertama RI Soekarno sebagai salah satu destinasi wisata sejarah di Surabaya. ANTARA FOTO/Didik Suhartono/tom.Warga berpose di dalam rumah kelahiran Bung Karno ANTARA FOTO/Didik Suhartono/tom. Foto: ANTARA FOTO/DIDIK SUHARTONO

Museum Rumah Lahir Bung Karno yang berada di Jl. Pandean IV No. 40, Surabaya, merupakan salah satu situs bersejarah yang menjadi saksi awal kehidupan Ir. Soekarno, Proklamator sekaligus Presiden pertama Republik Indonesia. Rumah sederhana ini dulunya ditempati oleh pasangan R. Soekeni dan Nyoman Rai Srimben setelah mereka pindah dari Bali untuk mengajar di Surabaya. Pada 6 Juni 1901, di rumah inilah lahir Koesno nama kecil Soekarno yang kelak dikenal sebagai tokoh besar dan pemimpin bangsa.

Kini, rumah bersejarah tersebut dijadikan museum yang menghadirkan berbagai koleksi perjalanan keluarga Soekarno, mulai dari dokumentasi sejarah hingga arsip visual. Menariknya, pengunjung bisa menikmati pengalaman modern melalui video mapping dan teknologi augmented reality yang membuat cerita masa kecil Bung Karno lebih hidup. Museum ini dibuka setiap Selasa hingga Minggu, pukul 08.00-15.00 WIB, dan dapat dikunjungi secara gratis, menjadikannya destinasi wisata sejarah sekaligus edukasi yang wajib dikunjungi ketika berada di Surabaya.

Langgar Dukur Kayu

Langgar Dukur Kayu di PenelehLanggar Dukur Kayu di Peneleh Foto: Halaman tourism.surabaya.go.id

Langgar Dukur Kayu adalah salah satu bangunan kuno bersejarah yang berada di kawasan Peneleh, Surabaya. Nama "Dukur Kayu" sendiri dalam bahasa Indonesia berarti musala di atas kayu, sesuai dengan bentuk bangunannya yang menyerupai rumah panggung. Berada di tengah pemukiman padat, langgar ini menjadi satu-satunya bangunan tua yang masih bertahan hingga sekarang dan tetap digunakan oleh warga sekitar sebagai tempat ibadah.

Bangunan bersejarah ini memiliki dua lantai dengan fungsi berbeda. Lantai bawah digunakan sebagai tempat wudu dan sebuah ruangan kecil yang kini sudah tidak difungsikan, sementara lantai atas masih aktif sebagai tempat salat. Keunikan langgar semakin terasa karena di bagian cungkup mimbar terdapat tulisan berbahasa Jawa yang menyebutkan tahun pendiriannya: "Awitipun jumeneng puniko langgar tahun 1893 sasi setunggal", yang berarti awal berdirinya langgar ini pada bulan Januari 1893.

Langgar Dukur Kayu berdiri di atas lahan seluas sekitar 39 meter persegi dengan dinding kayu bergaya sisik yang khas. Konon, musala kuno ini didirikan oleh sejumlah ulama dari Kampung Lawang dan sering dijadikan tempat pertemuan tokoh-tokoh sejarah serta para ulama pada masanya. Hingga kini, Langgar Dukur Kayu yang berlokasi di Jl. Lawang Seketeng IV (Gang Ponten), Surabaya, tetap dapat dikunjungi masyarakat. Dengan tiket masuk hanya Rp5.000 dan buka setiap hari, langgar ini menjadi destinasi religi dan sejarah yang menarik untuk ditelusuri ketika berkunjung ke kawasan Peneleh.

Makam Peneleh Surabaya

Makam Peneleh SurabayaMakam Peneleh Surabaya Foto: Firtian Ramadhani

Makam Eropa Peneleh di Surabaya adalah salah satu kompleks pemakaman tertua di Indonesia yang resmi dibuka pada 1 Desember 1847. Berlokasi di Jl. Makam Peneleh, kawasan seluas sekitar 6,5 hektare ini awalnya dibangun untuk mengatasi keterbatasan lahan di Makam Krembangan yang sudah penuh. Makam ini menjadi tempat peristirahatan terakhir para pejabat Hindia Belanda, bangsawan, hingga warga Eropa dari berbagai negara seperti Belanda, Swiss, Jerman, Norwegia, Inggris, Italia, Prancis, hingga Austria.

Keunikan Makam Peneleh terletak pada nisan-nisannya yang masih mempertahankan desain klasik dan artistik khas Eropa abad ke-19. Sebagian besar nisan terbuat dari marmer, beton, hingga baja murni berkualitas tinggi dengan pahatan biografi singkat berbahasa Belanda. Tak hanya menjadi tempat pemakaman, kawasan ini juga menyimpan nilai sejarah penting, karena menampung sekitar 33.000 jenazah termasuk beberapa yang hanya tersisa abunya setelah dikremasi.

Kini, Makam Peneleh menjadi salah satu destinasi wisata sejarah Surabaya yang banyak dikunjungi peneliti, pegiat sejarah, maupun wisatawan. Dengan harga tiket masuk hanya Rp5.000, pengunjung dapat berkunjung setiap Selasa hingga Minggu pukul 08.00-15.00 WIB untuk menyusuri jejak peninggalan kolonial di tengah Kota Pahlawan.


Demikian detikers rekomendasi destinasi di Peneleh Surabaya.




(irb/ihc)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads