Candi Mirigambar Tulungagung, Jejak Majapahit di Tanah Jawa Timur

Eka Fitria Lusiana - detikJatim
Sabtu, 11 Okt 2025 04:00 WIB
Candi Mirigambar Tulungagung. Foto: Kemdikbud
Tulungagung -

Di Desa Mirigambar, Kecamatan Sumbergempol, Kabupaten Tulungagung, berdiri sisa-sisa kejayaan masa lalu yang masih terasa hingga kini. Reruntuhan bata merah yang dikenal sebagai Candi Mirigambar ini menjadi saksi bisu peradaban Hindu di masa Majapahit.

Mengutip situs resmi Bappeda Tulungagung, pelestarian berbagai situs bersejarah di daerah ini diatur dalam Undang-undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Salah satu yang terus dijaga keberadaannya adalah Candi Mirigambar, peninggalan berharga dari zaman kerajaan Nusantara.

Penemuan Candi Mirigambar

Dilansir Direktori Pariwisata Kemenparekraf, Candi Mirigambar pertama kali ditemukan pada tahun 1870-an oleh Rejosari di Desa Mirigambar. Nama desa ini semula adalah Taman Sari, kemudian berubah menjadi Desa Gambar setelah ditemukannya candi yang memiliki beragam relief ini.

Literatur Belanda juga menyebut candi ini sebagai Candi Gambar. Namun, pada 1921, dilakukan penggabungan antara Desa Miridudo dengan Desa Gambar menjadi Desa Mirigambar. Sejak saat itu, situs peninggalan ini dikenal luas sebagai Candi Mirigambar seperti yang disebut hingga kini.

Sejarah Candi Mirigambar

Mengutip dari jurnal berjudul "Relevansi Situs Candi Mirigambar Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah Lokal di Kabupaten Tulungagung", Candi Mirigambar adalah candi pemujaan yang bercorak Hindu.

Keterangan tahun candi ini diketahui dari dua angka yang terpahat pada kedua dinding kaki sebelah timur dan barat. Yakni pertama, di dinding sebelah timur, tertulis tahun 1321 Saka (1399 M). Kedua, di sebelah barat, tertulis tahun 1310 Saka (1388 M).

Candi Mirigambar diperkirakan dibangun pada masa Kerajaan Majapahit, sekitar abad ke-13 antara tahun 1294-1322, pada masa pemerintahan Wikramawardhana dan Hayam Wuruk. Penemuan prasasti tembaga di sekitar situs turut memperkuat dugaan ini.

Sejak masa pemerintahan Belanda, candi ini telah beberapa kali diteliti. Berdasarkan laporan Belanda pada 1915-an, struktur Candi Mirigambar sudah runtuh terutama pada bagian atap. Namun, menyisakan kaki dan tubuh candi yang kondisinya masih cukup baik.

Semua sisi kaki candi ini berhias relief. Di sudut tenggara kedua sisinya terdapat burung garuda. Panjang ukuran candi berkisar 8,50 meter, lebar 7,70 meter, dan tinggi 2,366 meter. Candi ini dibangun dengan bahan bata merah.

Bagian barat candi sempat dilakukan penggalian dan ditemukan kepala arca. Sementara 100 meter dari sebelah barat terdapat fondasi petirtaan. Relief pada bagian timur ini sudah tidak bisa terbaca karena telah aus, tetapi sebagian relief menggambarkan tentang manusia dan hewan.

Kisah di Balik Relief Candi Mirigambar

Relief pada Candi Mirigambar bukan sekadar hiasan batu. Setiap ukiran di dinding candi ini memuat kisah-kisah klasik yang sarat pesan moral dan nilai kehidupan. Berikut beberapa kisah yang ada di balik relief candi ini.

1. Kisah Anglingdhrama

Relief Candi Mirigambar diyakini menyimpan kisah Anglingdharma, seorang raja yang mengerti bahasa hewan. Hal ini terlihat dari relief di dinding teras II yang bercerita tentang binatang. Relief ini menceritakan tentang ikan, burung bangau, dan kepiting.

Hal ini juga diperkuat hasil penelitian arkeolog Belada pada 1990-an, terhadap tiga panel relief yang menggambarkan adegan hewan tersebut. Diperkirakan pula, relief tersebut mengandung kisah Tantri Kamandhana, cerita fabel yang berisi ajaran moral.

2. Kisah Panji Waseng Sari

Selain kisah Tantri Kamandhana, Candi Mirigambar juga memuat relief yang diyakini menggambarkan kisah Panji dan Candra Kirana. Perjuangan Panji melawan raja Magadha yang ingin menikahi kekasihnya.

Relief ini mengisahkan tentang perpisahan, pencarian, hingga akhir penyatuan. Reliefnya menggambarkan perjuangan Panji melawan Raja Magadha demi cinta sejatinya, hingga akhirnya keduanya bersatu kembali.

Situs Purbakala di Sekitar Candi

Pembangunan Candi Mirigambar berlangsung cukup lama, mulai dari akhir masa Kertanegara (Singosari) hingga pemerintahan Hayam Wuruk (Majapahit). Di sekitar kawasan ini diindikasi sebagai kompleks percandian yang luas.

Di antaranya Bekas Pemandian Mliwis Putih, Candi Tuban, serta reruntuhan candi lain sekitar 300 meter di sebelah timur situs utama. Tak heran, apabila pembangunannya memakan waktu cukup lama.

Kini, Candi Mirigambar menjadi salah satu destinasi sejarah yang masih terus diteliti dan dijaga. Keberadaannya bukan hanya mengingatkan pada kejayaan masa Majapahit, tapi juga menjadi sumber pembelajaran sejarah lokal yang berharga bagi masyarakat Tulungagung.

Artikel ini ditulis Eka Fitria Lusiana, peserta magang PRIMA Kemenag di detikcom.



Simak Video "Video: Pasutri di Tulungagung Ditemukan Tewas, Diduga Minum Racun Tikus"

(auh/irb)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork