36 Gunungan Meriahkan Peringatan Maulid Nabi Muhammad di Sidoarjo

36 Gunungan Meriahkan Peringatan Maulid Nabi Muhammad di Sidoarjo

Suparno - detikJatim
Minggu, 14 Sep 2025 23:30 WIB
36 gunungan meriahkan Gerebek Maulid di Desa Singopadu, Kecamatan Tulangan, Kabupaten Sidoarjo.
36 gunungan meriahkan Gerebek Maulid di Desa Singopadu, Kecamatan Tulangan, Kabupaten Sidoarjo. (Foto: Suparno/detikJatim)
Sidoarjo -

Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Desa Singopadu, Kecamatan Tulangan, Kabupaten Sidoarjo berlangsung meriah pada Minggu (14/9/2025) malam. Warga setempat mengarak 36 gunungan berisi hasil bumi, buah-buahan, jajanan pasar, hingga makanan ringan yang digemari anak-anak.

Yang paling menarik perhatian ialah Gunungan Bromo, gunungan utama yang disusun dari kue basah tradisional seperti apem dan pukis. Gunungan ini memiliki makna filosofis terutama kue apem yang melambangkan permohonan ampun.

Kepala Desa Singopadu, Fahrudin Erfian Yulmi mengatakan bahwa kegiatan ini berawal dari inisiatif Karang Taruna yang kemudian mendapat dukungan penuh dari berbagai elemen masyarakat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Alhamdulillah, NU, Muhammadiyah, tokoh masyarakat, dan lembaga desa semua ikut terlibat. Antusiasme warga luar biasa, sampai ada lebih dari 36 gunungan dengan beragam bentuk, termasuk ada yang menyerupai masjid," kata Erfian, Minggu (14/9/2025).

"Harapan kami, selain memperingati Maulid Nabi sebagai wujud cinta kepada Baginda Muhammad SAW, juga agar warga Desa Singopadu semakin kompak dan mendapat keberkahan," pungkas Erfian.

ADVERTISEMENT

Andri Yulianto, putra dari Wakil Ketua Karang Taruna Desa Singopadu mengatakan acara Gerebek Maulid ini sudah memasuki tahun ketiga pelaksanaan di desa tersebut.

"Setiap tahun kami selalu menghadirkan gunungan utama yaitu Gunungan Bromo. Itu sebagai simbol keberkahan dari bumi. Selain itu ada kirab gunungan buah, sayuran, dan jajanan pasar," ujar Andri di sela-sela kirab Gunungan.

Harapannya, desa Singopadu senantiasa terlindungi oleh syafaat Rasulullah, semakin guyub rukun, dan para petani mendapat hasil panen yang melimpah.

"Kata 'apem' diyakini berasal dari bahasa Arab afuan atau afuwwun yang berarti ampunan, sebagai simbol harapan agar manusia saling memaafkan serta mensyukuri nikmat Tuhan," imbuh Andri.

Kirab gunungan itu diarak keliling desa sebelum kemudian diserahkan secara simbolis kepada kepala desa setempat sebagai bentuk rasa syukur dan kebersamaan warga.




(dpe/abq)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads