Setiap bulan Rabiul Awal dalam kalender Hijriyah, umat Islam di seluruh dunia memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW yang dikenal dengan sebutan Maulid Nabi. Perayaan ini menjadi salah satu momen penting bagi umat Islam, bukan hanya sebagai bentuk penghormatan atas kelahiran Rasulullah, tetapi juga sebagai pengingat untuk meneladani akhlak, perjuangan, dan ajaran beliau dalam kehidupan sehari-hari. Pada tahun 2025 ini, peringatan Maulid Nabi bertepatan dengan bulan September dalam kalender Masehi, dan berbagai daerah di Indonesia memiliki cara unik dalam merayakannya.
Di Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, terdapat tradisi khas yang masih dilestarikan masyarakat, yakni Tradisi Keresan. Tradisi ini digelar di Dusun Mengelo, Desa Sooko, Kecamatan Sooko, dan telah diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi. Keresan bukan hanya sekadar perayaan Maulid Nabi, melainkan juga sebuah warisan budaya yang sarat makna. Prosesi yang dilakukan dalam tradisi ini dipenuhi dengan simbol-simbol khusus yang menyampaikan pesan moral, spiritual, sekaligus menjadi bentuk penghormatan kepada Nabi Muhammad SAW.
Baca juga: Sejarah Maulid Nabi Muhammad SAW |
Makna simbolik dalam Tradisi Keresan menjadikannya lebih dari sekadar upacara seremonial. Setiap tahapan prosesi memiliki nilai tersendiri, baik dalam aspek religi, sosial, maupun budaya. Inilah yang membuat Tradisi Keresan di Mojokerto menjadi salah satu tradisi Maulid Nabi yang unik dan patut dilestarikan. Dalam artikel ini akan dibahas lebih lanjut mengenai sejarah tradisi Keresan, tujuan penyelenggaraannya, serta prosesi dan kegiatan yang menyertainya, sehingga pembaca dapat memahami nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berikut deskripsi tradisi Keresan di Mojokerto
Sejarah dan Makna Tradisi Keresan
Tradisi Keresan sudah berlangsung selama berabad-abad dan diwariskan turun-temurun dari leluhur Dusun Mengelo. Puncak perayaan ini bertepatan dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, sehingga memiliki dimensi religius yang kuat.
Bagi masyarakat setempat, Tradisi Keresan bukan hanya ritual budaya, tetapi juga bentuk rasa syukur atas limpahan rezeki. Filosofi utama dari tradisi ini tercermin dalam penggunaan pohon kersen sebagai simbol utama. Pohon tersebut dipilih karena buahnya yang berlimpah dianggap melambangkan harapan agar warga selalu mendapatkan rezeki yang berkelanjutan.
Tata Cara Pelaksanaan Tradisi Keresan
Pelaksanaan Tradisi Keresan memiliki rangkaian acara yang khas. Salah satu momen yang paling ditunggu adalah ketika dua pohon kersen yang sudah dihias dengan berbagai barang diperebutkan oleh warga. Pohon tersebut dipenuhi aneka perlengkapan rumah tangga, pakaian, mainan, buah-buahan segar, hingga produk-produk lokal hasil karya warga.
Prosesi perebutan pohon kersen ini selalu berlangsung meriah. Ratusan warga berbondong-bondong mendekati pohon untuk mendapatkan barang yang digantungkan. Suasana riuh, penuh canda tawa, namun tetap mencerminkan rasa kebersamaan. Meski terlihat seperti rebutan, sebenarnya masyarakat melakukannya dengan penuh kegembiraan tanpa meninggalkan nilai persaudaraan.
Dukungan untuk UMKM Lokal
Selain sarat makna filosofi, Tradisi Keresan juga memiliki peran penting dalam mendukung perekonomian masyarakat Dusun Mengelo. Barang-barang yang digantungkan di pohon kersen sebagian besar berasal dari produk UMKM lokal. Dengan begitu, tradisi ini menjadi ajang promosi hasil karya masyarakat sekaligus menumbuhkan semangat kemandirian ekonomi desa.
Kegiatan ini bukan hanya soal kebahagiaan sesaat, tetapi juga memiliki dampak nyata dalam meningkatkan kesejahteraan warga. Para pelaku UMKM merasa terbantu karena produk mereka dikenal lebih luas, sementara masyarakat ikut merasakan manfaat dari hasil karya tetangga atau kerabat.
Makna Kebersamaan dalam Tradisi Teresen
Lebih dari sekadar ritual budaya, Tradisi Keresan adalah wadah memperkuat ikatan sosial antarwarga. Di tengah modernisasi, tradisi ini menjadi ruang berkumpul yang mampu menyatukan generasi tua maupun muda. Kehangatan suasana perayaan selalu meninggalkan kesan mendalam, sekaligus meneguhkan nilai gotong royong yang menjadi ciri khas masyarakat Jawa.
Melalui kebersamaan inilah, masyarakat Dusun Mengelo dapat terus menjaga kelestarian budaya leluhur. Tradisi yang diwariskan sejak lama tidak hanya menjadi tontonan, tetapi juga tuntunan hidup untuk selalu bersyukur, berbagi, dan saling menguatkan.
Tradisi Keresan di Dusun Mengelo, Desa Sooko, adalah bukti nyata bagaimana kearifan lokal tetap bertahan meski zaman terus berubah. Warga berharap tradisi ini bisa terus dilestarikan oleh generasi penerus, sehingga makna dan nilainya tidak hilang ditelan waktu.
(ihc/ihc)